Kristus, Raja Dunia (Jesus Shall Reign)

Lirik: Isaac Watts

Musik: John Hatton

Isaac Watts dikenal sebagai “Bapak Himne Inggris”. Dia adalah anak tertua dari 9 bersaudara. Ayahnya aktif dalam pelayanan gereja. Meskipun Isaac mempunyai kesehatan yang kurang baik, dia sangatlah pandai dalam banyak hal. Isaac sejak kecil mempunyai kemampuan khusus dalam sastra dan puisi. Dari umur 5 tahun sampai 13 tahun, dia sudah belajar bahasa Latin, Yunani, Perancis dan Ibrani. Dan dia sudah mulai menulis puisi. Saat berbicara pun dia seperti sedang berpuisi. Isaac menilai hymn yang dinyanyikan di gereja mereka itu kurang bagus. Dia juga mempelajari mengenai psikologi, berkotbah, memperdalam alkitab, menulis buku-buku agama kristen, pandai dalam logika dan lain-lain. Karena itu ayahnya menantang Isaac untuk membuat puisi-puisi lagu kristen supaya dinyanyikan dalam gereja tempat mereka beribadah. Sejak itu, dia terus membuat lagu yang baru dan dinyanyikan setiap minggu. Dia meninggal saat berumur 74 tahun. Sebagai penghargaan, dibuat suatu monumen Isaac Watts di Westminster Abbey, Gereja yang terkenal di Inggris.

Ketika himne ini ditulis pada tahun 1719, gerakan misionaris injili dimulai. Pada 1779, William Carey (Misionaris yang pergi ke India) adalah salah satu orang yang mendorong untuk menyampaikan injil ke seluruh bangsa yang ada di dunia. Isaac Watts terinspirasi lagu ini dari Mazmur 72. Lagu ini merupakan salah satu lagu himne tentang misi penginjilan terbaik yang pernah ditulis dan tersebar di seluruh daerah-daerah terpencil/pedalaman. Seperti di South Sea Islands (Australia) ada 18.625.000 orang primitif menyanyikan lagu ini.

Pesannya mengajak kita semua untuk menyampaikan kabar Injil bahwa Yesus adalah Raja. Dialah satu-satunya yang harus disembah dan dipuji. Dia sudah mengalahkan maut. Dia layak menerima segala hormat dari segala bangsa. Marilah kita memuji dan menyembah Dia. Marilah kita menyebarkan kabar ini ke seluruh pelosok dunia. Penginjilan merupakan perintah Allah yang harus dikerjakan oleh setiap orang Kristen dari muda sampai tua di seluruh dunia. Paulus mengatakan: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Korintus 9:16c)

O Bangkitlah Kabarkan Injil-Nya (O Zion, Haste)

Himne ini ditulis oleh Mary A. Thomson yang lahir pada 5 Desember 1834 di London, Inggris dan meninggal dunia pada tahun 1923 di Philadelphia, Amerika Serikat.  Ia menikah dengan John Thompson, seorang pustakawan Free Library dari Philadelphia dan juga Kepala Akuntan di Church of the Annunciation. Mereka memiliki 12 anak namun lima di antaranya meninggal pada waktu masa kecil. Selama hidupnya, Mary Thomson telah mengarang lebih dari 40 lagu.

 “O Zion, Haste” adalah salah satu himne agung  pada abad ke-19 yang menyatakan tanggung jawab gereja untuk memenuhi Amanat Agung yang ada dalam di dalam Matius 28:19-20: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Banyak catatan yang menarik tentang  lagu himne ini  seperti bagian refrainnya mengundang jemaat untuk “mengumandangkan kabar gembira perdamaian, penebusan dan pelepasan dari Yesus Kristus.“ Pada bait terakhir terdapat seruan langsung bagi penyanyi untuk mengutus para misionaris dan mempersembahkan harta serta dukungan doa. Ini bermaksud menyatakan pengorbanan yang bersifat eskatologis (menuju akhir jaman) yang menggiring masuk ke dalam Yerusalem Baru atau “Sion.”

Gereja disebut sebagai “Sion” yang pada awalnya mengacu kepada kota Yerusalem seperti yang tercantum di dalam 2 Sam. 5:7: “ Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud.” Menurut Albert Bailey, seorang hymnologist mengatakan bahwa arti metafor ini dialihkan kepada gereja di bumi ini. Di dalam Ibr. 12:22  dikatakan: “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah.” Makna metafor “Sion” ini disempurnakan dan memiliki arti sebagai “Yerusalem Baru” seperti tercantum di dalam Why. 21:2: “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

Come Christian Join To Sing

Lirik: Christian Henry Bateman (1813-1889)

Musik: Johann Michael Hadyn (1737-1806)

Lagu ini awalnya ditulis untuk nyanyian anak yang judulnya “Come Children Join to Sing.” Pertama muncul dalam Sacred Melodies for Sabbath Schools and Families (1843) yang diedit oleh Christian H. Bateman. Liriknya ditulis oleh Christian Henry Bateman yang juga menulis banyak lagu-lagu kristen untuk anak-anak. Dia mempublikasikan buku nyanyian anak yang berjudul “The Sacred Song Book” yang sangat terkenal di Skotlandia dan terjual lebih dari 6 juta buah. Kemudian hari, orang-orang dewasa pun sangat senang dengan lagu-lagu tersebut. Salah satunya yaitu “Come Children Join to Sing” diubah judulnya menjadi “Come, Christians, Join to Sing.” Christian Henry Bateman sebenarnya adalah seorang hamba Tuhan Moravian di Skotlandia. Pada umur 30, dia berpindah ke Congregational Church. Dan pada 56 dia menjadi anggota Church of England.  Ketika dia menjadi anggota di Congregational Church, dia mulai menulis lagu-lagu untuk anak-anak tersebut.

 

“Come, Christians, Join to Sing” adalah suatu panggilan untuk bernyanyi dengan sukacita memuji Tuhan. Ajakan ini terdapat juga dalam Mazmur 95:1, “Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita”. Kata-kata “Alleluia, Amin” selalu dinyanyikan 3 kali dalam setiap baitnya. Alleluia (Hallelujah) dari bahasa ibrani artinya “Puji Tuhan.” Dan “Amen!” dari bahasa yunani artinya “sungguh, pasti, benar.” “Pujilah Tuhan!”Amin!” adalah dua seruan ibadah yang telah bergema di sepanjang sejarah ibadah Kristiani dan Yahudi yang diungkapkan dalam kata-kata “Haleluya! Amin!” Lagu pujian ini disela dengan kata ‘Haleluya!” dan kata “Amin!”, yang mengajak untuk memuji Tuhan dan yang merupakan perayaan kebaikan Allah dalam Kristus serta penantian saat berlanjutnya pujian tersebut dalam kekekalan di sekeliling tahta Allah. Melodi-nya begitu joyful dan menyenangkan untuk dinyanyikan.

 

 

Tinggal Serta-ku (Abide With Me)

Lirik lagu Abide with Me atau Tinggal serta-ku mengatakan:

Hidupku surut, ajal mendekat,
nikmat duniawi hanyut melenyap.
Tiada yang tahan, tiada yang teguh;
Kau yang abadi, tinggal sertaku!

Aku tak takut, kar’na Kau dekat;
susah tak pahit, duka tak berat.
Kubur dan maut, di mana jayamu?
Tuhan yang bangkit tinggal sertaku!

B’rilah salibMu nyata di depan;
tunjukkan jalan yang menuju t’rang.
Fajar menghalau kabut dan mendung.
Tuhan, kekal Kau tinggal sertaku!

Ditulis oleh Henry Francis Lyte, seorang hamba Tuhan yang melayani di gereja yang sederhana. Pada umur 51 tahun, dokter menyatakan dia menderita tuberkolosis yang parah. Namun di dalam kelemahan terus melayani Tuhan. Hingga suatu kali dia hanya terbaring di tempat tidur kemudian menggambil kertas dan menuliskan puisi “Abide with me” (Tinggal serta-ku). Tiga minggu kemudian dia meninggalkan dunia dan bertemu dengan Bapa di Sorga, Tuhan yang dia sembah dan layani selam hidupnya. Kematian menjadi pintu menuju kemuliaan yang telah dijanjikan Tuhan.

Lebih Baik Yesus (I’d Rather Have Jesus)

Lirik lagu ini merupakan puisi yang ditulis oleh seorang perempuan bernama Rhea F. Miller. Ia lahir pada 1894 di Brooktondale, New York. Ibunya Bertha, adalah seorang Kristen yang takut Tuhan sedangkan ayahnya seorang yang sering minum-minuman keras. Bertha terus mendoakan suaminya yang akhir suatu kali bertobat dan bahkan menjadi hamba Tuhan. Rhea dibesarkan dalam keluarga demikian. Pada tahun 1922, suatu saat Rhea berjalan melewati lapangan dekat rumahnya serta merenungkan kembali bagaimana ayahnya bertobat dan memutuskan untuk berkomitmen hidup bagi Kristus. Dari renungannya inilah, Rhea menuliskan barisan puisi indah ini.

 

Pada tahun 1932, seorang musisi berumur 23 tahun bernama George Beverly Shea membaca puisi ini dan begitu terinspirasi. Ia pun membuat alunan melodi untuk puisi tersebut. Suatu kali George menyanyikan lagu ini di rumahnya. Saat itu ibunya mendengarkan George bernyanyi, ibunya begitu tersentuh dengan kata-kata dan alunan melodi yang begitu indah.  Sesudah itu lagu ini pun dinyanyikan di gereja dan menjadi berkat bagi banyak orang.

 

Lagu ini merupakan suatu ekspresi lahir baru yang sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam alkitab: Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, …” (Filipi 3:8). Kristus sudah mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi hidup dalam kesia-siaan. Lagu ini kembali mengingatkan kita untuk terus mengutamakan Kristus dalam segala hal.

 

1 Yoh. 2:17 – Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.