Atas Bumi Nan Permai

Lirik: Folliot S. Pierpoint (1835-1917)

Musik: Conrad Kocher (1786-1872)

Folliot S. Pierpoint lahir di Inggris pada 1835. Ia adalah lulusan dari Queens College, Cambridge University. Ia bekerja sebagai pengajar kemudian juga menjadi penulis. Selama 82 tahun hidupnya, ia menerbitkan 7 volume buku puisi. Kebanyakan dari puisinya berisikan akan kecintaannya pada alam. Salah satu puisinya adalah “Atas Bumi Nan Permai”. Pada saat menulis puisi ini, ia berumur 29 tahun. Dalam puisinya ini, ia menggambarkan keindahan alam sekitarnya. Pada 1917, ia meninggal.

Puisinya ini menggunakan musik yang ditulis oleh Conrad Kocher. Conrad lahir di Jerman pada 16 Desember 1786. Ia adalah seorang musisi Jerman dan juga pemain organ. Musiknya ini ditulis pada 1838 dikenal dengan nama “Dix”. Sebenarnya musiknya ini seringkali dipakai dalam ibadah gereja Anglican, juga ketika merayakan hari Thanksgiving, dan di sekolah minggu. Conrad sendiri belajar piano dan pembuatan musik di Rusia kemudian ke Roma. Lalu ketika kembali ke Jerman, ia menjadi pemain organ dan pemimpin paduan suara di Stuttgart, Jerman. Ia sangat tertarik dengan musik gereja reformasi. Bahkan ia yang mempelopori pendirian sekolah musik sakral di Stuttgart. Ia mendapat penghargaan Doctor of Philosophy dari Universitas Tubingen pada 1852. Dia juga menulis karya-karya musik kristen seperti misalnya oratorio. Ia meninggal pada 12 Maret 1872 di Stuttgart, Jerman.

Lagu ini menceritakan keindahan alam ciptaan Tuhan. Ketika kita melihat alam ciptaan ini, kita kembali memanjatkan syukur kepada Tuhan. Kita bersyukur atas alam sekitar kita. Kita bersyukur atas orang-orang yang mengasihi kita seperti keluarga dan teman-teman kita. Kita bersyukur atas segala hal yang Tuhan berikan di sekeliling kita. Ketika kita menikmati alam ciptaan Allah itu berarti kita menikmati segala kebaikan Allah dalam hidup kita. Kita mesti melestarikan alam itu sebagai wujud syukur kita tas kebaikan Allah bukan malahan menghancurkan atau merusak alam. Kita menikmati kasih antar manusia yang hanya mungkin dapat terjadi karena Kristus sudah menyatakan kasih sejati melalui karya penebusan-Nya di atas salib. Demikian pula kita saling memperhatikan dan membangun dalam kehidupan bersama bukan malah merusaknya dengan membenci bahkan melakukan tindakan yang merusak sesama. Kiranya karya penebusan Kristus kita teruskan dalam segala tindakan kasih kita terhadap Tuhan Allah, alam dan sesama.

Ajaiblah Firman Hidup

Musik dan Lirik: Philip P. Bliss, 1874

Philip Paul Bliss adalah salah satu penulis lagu-lagu kristen yang terkenal dalam sejarah. Dia menulis banyak sekali lagu-lagu kristen baik dalam musik dan liriknya diantaranya adalah  Almost Persuaded, Dare to Be a Daniel, Hallelujah ‘Tis Done!, Hallelujah, What a Saviour!, Hold the Fort, Jesus Loves Even Me, Let the Lower Lights Be Burning, Once for All, The Light of the World Is Jesus, Whosoever Will, and Wonderful Words of Life. Masih ada ribuan lagu yang lain lagi.

Philip Bliss lahir di Clearfield County, Pennsylvania pada 9 Juli 1838. Ayahnya, Isaac Bliss, adalah seorang methodis yang taat dan sangat menyukai musik sehingga mendukung Philip Bliss dalam musik. Ayahnya sangat tekun berdoa sehingga itu juga membuat Philip Bliss menjadi seorang kristen yang sejak kecilnya mempunyai kerohanian yang baik. Selain itu, dari kecil dia juga bertumbuh dalam pengenalannya akan alkitab. Pada umur 10 tahun, itu pertama kali dia mendengar suara piano dan semakin mendorong dia untuk menjadi seorang musisi. Dia juga membantu orang tuanya dengan menjual sayur-sayuran dari rumah ke rumah. Pada suatu sabtu, ketika dia sedang menjual sayur-sayuran, dia mendengar musik yang sangat indah. Saat itulah dia mendengar pertama kali suara piano yang dimainkan oleh seorang perempuan muda. Ketika dia berumur 11 tahun, dia memutuskan untuk menjalani hidup mandari sendiri. Saat berumur 12 tahun, dia bertobat dan berkomitmen sungguh-sungguh melayani Tuhan. Kemudian dia bergabung dalam Baptist Church of Cherry Flats, Pennsylvania. Sejak umur 11 tahun, dia bekerja sebagai asisten memasak dalam suatu perkayuan yang 2 tahun kemudian diangkat menjadi pemotong kayu. Sambil bekerja, dia tetap melanjutkan sekolahnya dan juga tetap melanjutkan belajar musik yang dibayar dari gajihnya sendiri. Namun di tengah-tengah kesibukan itu, dia tetap melayani Tuhan dan bahkan ikut terlibat aktif pelayanan dalam kebaktian-kebaktian yang diadakan oleh Methodist.

Pada umur 17 tahun, dia memutuskan untuk memilih pekerjaan tetap. Dia pergi ke Bradford City dan kemudian menjaid seorang guru di Hartsville, New York. Dia belajar musik di bawah bimbingan J.G. Towner baik dalam hal conducting dan vocal. Kemudian suatu kali dia menghadiri pertemuan musik di Pennsylvania. Di situ dia bertemu dengan William B. Bradbury yang adalah seorang komposer musik-musik sakral. Philip Bliss juga banyak belajar dari William B. Bradbury. Kemudian Philip memutuskan untuk menjadi guru dan komposer musik. Dia mempunyai beberapa murid yang mau belajar musik dengannya. Kemampuannya dalam musik dan mengajar membuat orang-orang memperhatikan dia. Tapi sayang karena kurang biaya, dia tidak bisa melanjutkan pendidikan musiknya secara formal. Pada tahun 1860, nenek dari isterinya memberikan dukungan dalam hal finansial sehingga dia bisa melanjutkan pendidikan musik secara formal di Normal Academy of Music of New York. Di sana diberikan pendidikan musik selama beberapa minggu dalam 3 tahun. Sejak itulah dia mulai juga menulis lebih banyak lagu-lagu lagi.

Pada 1869, dia hadir dalam kebaktian yang dipimpin oleh D. L. Moody. Malam itu kebaktian tidak ada yang melayani sebagai singers. Philip memperhatikan hal itu. Akhirnya, Dia ikut terlibat dalam mengembangkan musik ibadah di gereja tersebut. Moody juga mengajak dia terlibat dalam pelayanan kebaktian-kebaktian yang akan dia pimpin. Selama 2,5 tahun, mereka menjadi tim pelayanan. Sejak itu dia terus pelayanan dalam hal musik di berbagai kebaktian dan KKR dengan orang yang berbeda-beda juga. Hingga dia meninggal pada 29 Desember 1876 dalam suatu kecelakaan.

Lagu ini mengajarkan bahwa firman Allah itulah yang memberikan hidup sejati. Manusia berdosa sudah kehilangan jalan yang benar. Manusia berdosa menuju kematian dan hukuman kekal. Namun Tuhan Allah memberikan firmanNya baik tentang hukum-hukum yang harus ditaati dan janjiNya supaya manusia dapat hidup dalam kebenaran sejati. Kiranya kita terus bertekun dalam belajar firman Tuhan dan menjadi pelaku firman Tuhan.

Kita Harus Membawa Berita (We’ve A Story to Tell to the Nations)

Teks: Henry E. Nichol, 1896

Musik: Henry E. Nichol, 1896

Pujian yang mendorong kita untuk pergi dan mengajar bangsa-bangsa adalah pujian “Kita Harus Membawa Berita.” Teks lagu ini ditulis oleh Henry Ernest Nichol yang lahir di Hul, Yorkshire, Inggris pada 10 Desember 1862. Karena keinginan untuk belajar musik, maka ia mengabaikan cita-cita semula untuk menjadi sarjana teknik. Setelah menerima Bachelor Musik dari Universitas Oxford di tahun 1888, ia membuat banyak sekali melodi dan 130 di antaranya ditulis untuk ibadah perayaan di sekolah minggu. Ia juga menggunakan nama lain yang dirangkai dari huruf namanya sendiri menjadi Colin Sterne. “Kita Harus Membawa Berita” pertama sekali diterbitkan di London dalam himnal untuk sekolah minggu pada tahun 1896.

Pujian ini lebih populer sebagai hymn misionaris di antara gereja-gereja yang terbeban dalam penginjilan selama bertahun-tahun. Lagu ini mengekspresikan ciri-ciri Penginjilan abad ke-19 yang dinamis (cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan), energetik (semangat berkobar-kobar), ekspansif (jangkauan luas) dan ketat. Pujian ini menjadi suatu hal yang terkutuk bagi banyak agama di dunia modern karena mengatakan bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui pendengaran akan Injil Kristus. Meskipun demikian masih ada gereja-gereja Kristus lain yang belum mengenal pujian ini. Pujian ini didesain untuk memotivasi umat Tuhan supaya memberitakan firman Tuhan kepada banyak orang. Salah satu misionaris yang melayani di Sulawesi Utara, Indonesia adalah Pdt. Johann Friedrich Riedel. Perkembangan  orang Kristen  di Tondano (salah satu daerah di Sulawesi Utara) meningkat setelah dibaptisnya seorang tokoh agama suku (walian) pada tahun 1834, sehingga sesudah  Riedel bekerja melayani  selama 8 tahun  maka pada tahun 1839, didirikanlah bangunan Gereja dengan 800 tempat duduk.

Bangkitkan Jiwaku

Musik & Teks: B. B. McKinney

Penulis lagu ini bernama Baylus Benjamin McKinney. Ia lahir pada 22 Juli 1886 di Heflin, Louisiana. Dan meninggal pada 7 September 1952 di Nort Carolina. McKinney mendalami music secara akademis di Southwestern Baptist Seminary di Texas, Amerika Serikat. Pada 1942, ia diberikan penghargaan Doktor Musik oleh Universitas Baptis di Oklahoma. Dia aktif sebagai editor musik baik dalam suatu lembaga musik dan juga dalam sekolah minggu. Dia menulis cukup banyak lagu-lagu Kristen yang berisikan ungkapan iman kristiani (doktrinal). Beberapa diantara adalah “Ku Tahu Alkitab Sungguh Benar” dan “Bangkitkan Jiwaku”.

 

McKinney hidup dalam masa dimana ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan secara luar biasa daripada sebelumnya. Modernisme yang mengandalkan rasio dan eksperiman manusia. Dalam masa demikianlah McKinney mengumandangkan kembali seruan keselamatan di dalam injil. Modernisme yang cenderung mengantar manusia semakin berpusat pada diri. Injil menyadarkan manusia akan keterbatasan dan keberdosaannya. Injil menyadarkan manusia perlu Sang Juruselamat. Injil merupakan berita yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan di tengah-tengah Modernisme. Dengan demikian bersaksi bagi Kristus di tengah-tengah tantangan zaman merupakan suatu peperangan rohani. Karena itu alkitab mendorong kita: Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera” (Efesus 6:14-15).

 

Setiap bait lagu ini merupakan ungkapan hati yang merindukan pimpinan Tuhan untuk bersaksi bagi-Nya di tengah tantangan zaman. Kemampuan dan keberanian bersaksi bagi Kristus bukanlah dari kekuatan diri melainkan dari Tuhan Allah saja. Karena kita adalah manusia berdosa dan terbatas, hanya Tuhan saja yang dapat memampukan kita untuk memberitakan kebenaran Firman-Nya. Lagu ini menyatakan pemberitaan injil diawali dengan doa dan bersandar pada otoritas Firman Tuhan. Doa ini berisi permohon agar Tuhan membangkitkan dorongan bersaksi dalam diri kita dan kiranya Roh Kudus memimpin kita. Atas pimpinan Roh Kudus kita akan mencari jiwa bagi kemuliaan Tuhan.

 

Beritakan Injil Selamanya

Musik & Teks: Stephen Tong

2 Timotius 1:8a “jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita”

Pdt Stephen Tong lahir tahun 1940 di kota Xiamen, Cina. Ayahnya berasal dari Cina dan Ibunya berasal dari Indonesia. Dari keluarga ini lahirlah 7 orang anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Ayahnya meninggal dunia ketika Pak Tong berumur 3 tahun. Sejak itu Ibunya mengasuh 7 orang anak ini sendirian. Ketika Pak Tong berumur 9 tahun, Ibunya membawa mereka ke Indonesia. Mereka pun tinggal di Surabaya. Ketika Pak Tong berumur 17 tahun, dia mengikuti suatu kebaktian yang dipimpin oleh seorang hamba Tuhan bernama Andrew Gih. Dalam kebaktian itu, dia dan 4 saudaranya laki-lakinya menyerahkan diri untuk hidup melayani Tuhan seumur hidup mereka. Kelima orang ini adalah Peter, Caleb, Solomon, Stephen dan Joseph. Mereka pun sampai sekarang menjadi hamba Tuhan dan melayani di beberapa tempat di dunia. Pdt. DR. Stephen Tong sendiri sudah melayani lebih dari 50 tahun di berbagai negara.

 

Lagu ini mengungkapkan kerinduan secara pribadi dari Pdt. Stephen Tong dan juga seruan alkitab supaya kita menyebarkan injil sejati tentang Yesus Kristus Tuhan Sang Juruselamat. Banyak injil palsu tersebar yang mengajarkan hal-hal lain seperti kekayaan, kenyamanan dan berpusat pada manusia. Injil sejati adalah Injil tentang Yesus Kristus. Ia adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Ia adalah Allah yang datang ke dunia. Ia hidup dengan ketaatan penuh pada kehendak Allah Bapa bahkan sampai mati di salib (1 Korintus 15:1-4). Jika kita tidak menjelaskan pengorbanan Kristus, maka kita tidak membagikan Injil.

Selain injil yang sejati, lagu ini juga menyatakan bahwa penginjilan harus didasarkan pada kasih Tuhan dan kuasa Roh Kudus. Ungkapan kasih yang sejati adalah dorongan supaya orang lain yang kita kasihi datang dan mengenal Kristus. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Roh Kudus-lah yang mengubahkan kehidupan (Titus 3:5). Orang yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus akan lebih mengasihi Tuhan Yesus daripada hal-hal lain duniawi. Kita harus banyak-banyak berdoa, memohon kuasa dari Roh Kudus agar kita dimampukan untuk bersinar sedemikian rupa, sehingga orang lain akan mengenali kuasa Allah di dalam kita (Matius 5:16).