Tuhan Ku Cinta-Mu

Teks & Musik: John E. Sung (27 September 1901-18 Agustus 1943)

 

Lagu ini ditulis oleh John Sung. Ia adalah seorang pengabar Injil dari Tiongkok yang sangat dikenal dalam kalangan gereja-gereja di Jawa, terutama di kalangan gereja-gereja Tionghoa, termasuk juga di kota Surabaya. Hidupnya merupakan kesaksian dari cintanya kepada Tuhan. Sejak ia menjadi hamba Tuhan, ia terus berusaha hidup untuk memuliakan Tuhan Allah. John Sung diberi gelar Obor Allah di Asia, karena beliau merupakan seorang penginjil yang luar biasa pada abad 20, khususnya dalam acara-acara Kebaktian Kebangunan Rohani yang dipimpinnya. John Sung juga seorang pengkhotbah yang memulai pelayannya awal tahun 1933 di propinsi Shantung. Ia pernah juga bergabung satu tim dengan Dr. Andrew Gih, pendiri Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Malang. John Sung lahir di desa Hong Chek, wilayah Hing Hwa di propinsi Fukien, Tiongkok Tenggara, pada tanggal 27 September 1901. John merupakan anak ke-6 dari pendeta Sung, seorang hamba Tuhan di Gereja Methodist. Nama kecil yang diberikan keluarganya adalah Ju Un, artinya Kasih karunia Allah.

 

Waktu kecil Ju Un merupakan anak yang cerdas namun nakal. Salah satunya, ia pernah melemparkan sebuah mangkuk berisi nasi panas ke wajah adiknya. Karena takut akan hukuman yang segera akan diberikan, maka Ju Un memutuskan utnuk melompat ke dalam sumur. Suatu kali sesudah dipukuli ayahnya, ia mengintip dari celah-celah kamar kerja ayahnya. Ia heran melihat ayahnya menangis. Lalu ia berlari dan menabrak pintuk mendapatkan ayahnya. Ju Un berteriak, “Apa yang terjadi, Ayah? Ayah menghukum aku, tetapi aku tidak menangis. Mengapa justru ayah yang menangis?” Jawab ayahnya, “Ini adalah pelajaran mengenai kasih sayang Allah.” Pada tahun 1913, dalam sebuah Kebangunan Rohani di Hing Hwa, ia bertobat. Sejak itu, Ju Un mulai terlibat dalam pelayanan khususnya dalam mengabarkan injil.

 

Tanggal 10 Februari 1926, Dr. John Sung, M.Sc, Ph.D. telah memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan dan ia telah mendaftarkan diri di Union Theological Seminary. Tanggal 4 Oktober 1926, John Sung kembali ke Tiongkok. Pada waktu kapal hendak merapat di dermaga pelabuhan Shang Hai, John Sung membuang ijazah sarjananya serta tanda-tanda penghargaan yang diperolehnya di Amerika Serikat ke dalam laut, kecuali ijazah doktornya untuk diperlihatkan dan menyenangkan hati ayahnya. Ia menganggap bahwa penghargaan-penghargaan dan ijazahnya dapat menggoda dia meninggalkan panggilannya sebagai penginjil. Kemajuan kerohaniannya semakin terlihat, Sung menanggalkan semua kemuliaan dunia untuk mendapatkan yang lebih berharga, yakni kemuliaan Allah.

 

Di kota Shang Hai, John Sung muncul untuk kali yang terakhir. Orang-orang berjubel-jubel, dan sementara menunggu pengkhotbah mereka asyik bercaka-cakap. Dr. Sung muncul, tiba-tiba dengan tinjunya ia memukul meja sekeras-kerasnya sambil berteriak, “Apakah ini gedung untuk berkomedi atau untuk kebaktian?” Semua terdiam, lalu ia mulai berkhotbah. Alkitab yang dikutip hari itu adalah dari 1 Tesalonika 5:2, “Hari Tuhan datang seperti pencuri waktu malam.” Tubuh John Sung makin lemah; hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa ia menderita kanker dan TBC.

 

Tahun 1943 merupakan tahun yang paling sulit bagi John Sung. 16 Agustus 1943, John Sung begitu jelas mengetahui bahwa ia akan meninggal. Malam itu pula ia tidak sadar, tetapi besoknya ia pulih kembali dan sempat menyanyikan tiga lagu rohani. Tidak lama kemudian tubuhnya kembali lemah. Pukul 07.07 waktu setempat, tepatnya tanggal 18 Agustus 1943, dalam usia 42 tahun; John Sung dipanggil Tuhan saat sahabat-sahabatnya berdoa di samping tempat tidurnya.

 

Kiranya melalui lagu ini yang dihidupi oleh John Sung kembali mengingatkan kita bahwa Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Kiranya kita juga mengasihiNya segenap jiwa dan seluruh tenaga kita.

Sungguh Heran (I Stand Amazed)

Teks: Rufus Henry McDaniel

Musik: Charles Gabriel

Musik dari lagu ini ditulis oleh Charles Gabriel, seorang komposer asal Amerika. Gabriel lahir pada 18 Agustus 1856 (Tahun yang sama dengan Johnson Oatman) di Wilton, Iowa. dan dibesarkan dalam kehidupan pertanian. Ayahnya mengajar menyanyi di sekolah dan juga di rumah mereka. Karena itu Charles tertarik dengan musik. Ia belajar organ. Walaupun tidak pernah belajar musik secara formal, ia pernah memimpin paduan suara remaja sekolah untuk pergi ke beberapa tempat dan bernyanyi. Gabriel dikenal sebagai penulis lagu-lagu untuk kebaktian penginjilan atau yang kita kenal dengan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani). Dia menulis lebih dari 8.000 lagu untuk penginjilan termasuk menulis lirik lagu. Kadang dia menggunakan nama samaran: Charlotte G. Homer, H. A. Henry, dan S. B. Jackson. Dia tidak mau terlalu terkenal karena menulis banyak lagu. Dia ingin agar Tuhan dipermuliakan dalam lagu-lagu yang dia tulis. Gabriel terus melayani Tuhan dalam bidang musik sampai dia meninggal pada 15 September 1932 di Los Angeles, California.

 

Lagu ini mengungkapkan akan kekaguman terhadap kasih Kristus yang begitu luar biasa. Sebagaimana dinyatakan dalam Efesus 3:18-19, Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Karena kasihNya, Ia rela datang ke dunia berdosa. Dan ia rela untuk mati disalib menggantikan hukuman dosa manusia. Sehingga manusia berdosa yang percaya kepada Kristus, tidak binasa tapi beroleh hidup kekal. Kasih yang sangat sulit untuk dimengerti betapa besarnya kasih Pencipta kepada ciptaan yang berdosa. Ciptaan yang sebenarnya tidak layak menerimanya, tapi tetap kasih itu nyata.

Hai Bangkit Bagi Yesus (Stand Up, Stand Up For Jesus)

George James Webb lahir pada 24 Juni 1803 di Inggris dan meninggal pada 7 Oktober 1887 di Amerika. Ia adalah seorang musisi Amerika yang kemudian menulis musik “Hai, Bangkit Bagi Yesus.” Lagu ini salah satu lagu yang sangat dikenal dalam perkembangan hymn kristen di Amerika. Pada 1858, sesudah berkotbah dalam suatu kebaktian yang besar, seorang penginjil Dudley Atkins Tyng pergi ke ladangnya. Ketika sedang menggunakan mesin pertaniannya, ia terluka parah dan semakin kritis. Dalam momen terakhir dalam hidupnya, ia mengatakan kepada rekannya, George Duffield (1818-88): “Beritahukan yang lain untuk terus bangkit bagi Kristus.” Duffield sedih sekali karena rekan pelayanannya yang dipakai Tuhan luar biasa meninggal saat itu. Ia pun terus mengingat kata-kata terakhir dari rekannya itu dan menuliskannya menjadi suatu puisi yang indah untuk mengobarkan semangat orang-orang kristen untuk bangkit bagi Kristus. Lagu ini awalnya dipopulerkan dalam suatu koran untuk sekolah minggu.

Lagu ini menyatakan bahwa umat kristen adalah pasukan salib Kristus yang terus akan memperoleh kemenangan di dalam Dia. Seperti dikatakan dalam Roma 8:37-39, “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Dan kemenangan juga akan direalisasikan dengan begitu jelas ketika Tuhan Yesus datang kembali seperti dikatakan dalam Wahyu 17:14, “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”

 

Tiap Langkahku (Each Step I Take)

Penulis lagu ini bernama W. Elmo Mercer. Ia adalah seorang penulis lagu-lagu Kristen yang lahir pada 15 Februari 1932 di Amerika Serikat. Sejak kecil ia sudah belajar piano. Pada saat berumur 13 tahun, ia melayani di gereja sebagai pianis ibadah. Ia mulai menulis lagu-lagu Kristen sejak berumur 14 tahun. Pada saat berumur 19 tahun, ia menulis lagu “Tiap Langkahku” (Each Step I Take). Lagu yang sederhana dan indah ini menjadi berkat bagi banyak orang di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hampir semua gereja di Indonesia mengenal lagu ini.

            Dalam lagu ini kita diajarkan bahwa Tuhan Allah memimpin setiap langkah umatNya. Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 20:24, “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN”. Ia memimpin setiap langkah kita untuk hidup seturut dengan perintahNya. Demikian ditegaskan dalam 1 Samuel 2:9  Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa. Hal ini menjadi jaminan kepada kita sehingga tidak hidup dalam kekuatiran dan ketakutan. Kita memperoleh ketenangan sejati dalam setiap langkah kita karena Tuhan Allah memimpin kita.

       Apakah hidup orang Kristen akan selalu lancar tanpa hambatan? Tidak selalu demikian. Ada waktu dimana kita seringkali mulai malas ikut Tuhan, iman kita mulai goyah dan bahkan jatuh dalam dosa. Namun saat sulit yang demikian kita mesti tetap memandang kepada Kristus. Kita mesti mohon ampun kepadaNya dan semakin dekat lagi kepada Kristus. Karena di dalam Kristus-lah kita memperoleh kekuatan sejati untuk terus hidup bagi Dia di tengah segala kesulitan dan masalah yang kita hadapi.

Sampai akhirnya, Tuhan Allah memimpin langkah kita semakin dekat padaNya dan menuju Yerusalem baru. Ia akan menjadikan segalanya baru tentu termasuk diri kita. Kita yang percaya kepada Kristus akan semakin disempurnakan. Dan kita akan bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan dan kesucian.

Yesus Segala-galanya (Jesus Is All The World To Me)

Teks: Will L. Thompson (1847-1909), 1904

Musik: Will L. Thompson (1847-1909), 1904

Will Lamartine Thompson dikenal sebagai “Penyair dari Ohio” karena talenta literatur dan musikalnya yang terhormat. Ia menulis banyak lagu sekuler dan lagu gereja yang sukses dan mengedit serta menerbitkan beberapa kumpulan lagu. Namun ulasan referensi biografis mengatakan bahwa sukacita terbesar Thompson adalah menulis dan mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhannya. Thompson telah memberikan himnodi Kristen dua lagu abadi, kesaksian bagi umat Kristen: “Jesus is All the World to Me,” dan “Softy and Tenderly,” sebuah lagu undangan yang berpengaruh dalam mengarahkan banyak orang yang belum percaya kepada Juruselamat.

 

Thompson dididik di Mount Union College di Ohio dan di Boston Conservatory of Music. Ia juga belajar di Leipzip, Jerman. Ia mendirikan Will L. Thompson Company, sebuah perusahaan rekaman music yang sukses, yang berkantor di East Liverpool, Ohio, dan Chicago, Illinois. Kata-kata dan musik Thompson untuk lagu “Jesus is All the World to Me” diterbitkan dalam kumpulan himnalnya di tahun 1904, dan sejak saat itu telah digunakan secara luas oleh orang-orang percaya untuk menyatakan pengabdian kepada Kristus dan ketergantungan kepada-Nya sepanjang hidup.

 

Filipi 3:8-9

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.