Memprioritaskan Tuhan Seumur Hidup

“apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!” (Hagai 2:20)

Bangsa Israel telah meninggalkan Tuhan dan mereka pun dibuang oleh Tuhan ke Babel. Namun harapan masih ada karena Tuhan masih menyertai mereka. Pada waktu yang Tuhan sudah tentukan, bangsa Israel dipulangkan kembali ke tanah perjanjian melalui perintah Raja Koresh yang hatinya digerakkan oleh Tuhan. Perintah Tuhan bagi mereka sungguh jelas yaitu mereka harus membangun Bait Suci sebagai pusat ibadah bangsa Israel dan lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Namun sungguh disayangkan kitab Hagai menyatakan bahwa bangsa Israel tidak segera melaksanakan perintah ini. Nabi Hagai diutus kepada bangsa Israel untuk mengingatkan mereka akan perintah Tuhan membangun Bait Suci dan menegur mereka yang lebih mementingkan urusan pribadi mereka ketimbang panggilan mereka.

 

Panggilan yang tidak dijalankan

Kesalahan bangsa Israel bukanlah aktivitas pembangungan rumah, bercocok tanam, atau berbisnis. Tuhan tidak menyalahkan mereka atas semua hal itu. Tuhan menegur mereka karena mereka telah melalaikan panggilan mereka. Panggilan untuk membangun Bait Suci tidak menjadi prioritas bagi bangsa Israel. Mereka tahu dan ingat akan perintah ini “Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!” (Hagai 1:2). Mereka ingat namun tidak menjadikannya prioritas. Ketika Tuhan Yesus berkata “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” (Matius 6:33) Ia menyatakan bahwa perintah Tuhan dan panggilan Tuhan bagi kita harus menjadi prioritas utama. Mungkin ada kalanya kita merasa khawatir dan memprioritaskan urusan-urusan yang tidak berdosa namun sebenarnya bukan panggilan utama kita, misalnya saat kita lebih mementingkan usaha pencarian nafkah. Tentu saja kita harus bekerja karena itu perintah Tuhan, namun jangan sampai itu menghalangi kita dari melaksanakan panggilan kita. Hikmat dan pengaturan prioritas hidup menjadi kunci dalam hal ini. Tuhan Yesus sudah menyatakan bahwa kita tidak perlu khawatir akan urusan-urusan yang berkenaan dengan kebutuhan fisik kita. Bagi mereka yang mencari dan memprioritaskan panggilan Tuhan, Tuhan berjanji “semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Dalam Kitab Hagai pun Tuhan menyatakan janji berkat-Nya bagi bangsa Israel jika mereka mulai memprioritaskan panggilan mereka untuk membangun Bait Suci. Jika kita percaya bahwa Tuhan adalah segalanya, maka utamakanlah Dia dan kita akan meraih segalanya.

 

Perintah Tuhan yang belum dijalankan

Jika kita melihat kehidupan bangsa Israel seperti yang dideskripsikan oleh Hagai, kita dapat menilai bahwa mereka bukan sedang ditegur secara khusus oleh Tuhan karena dosa-dosa eksplisit tertentu misalnya pencurian, perzinahan, pembunuhan, ataupun pertikaian. Mereka terlihat menjalankan kehidupan mereka secara normal di dalam rutinitas. Namun nabi Hagai datang untuk mengingatkan mereka bahwa ada perintah Tuhan yang belum mereka jalankan. Orang muda yang kaya itu datang kepada Yesus dan bertanya apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan hidup kekal. Ketika Tuhan Yesus menjabarkan perintah-perintah yang harus ditaati, orang muda tersebut menyatakan bahwa semuanya itu sudah dilakukannya. Namun Tuhan Yesus kemudian menyatakan satu hal yang belum ia lakukan yaitu melepaskan harta benda miliknya. Di saat itu juga orang muda itu mengetahui bahwa dirinya belum sempurna. Ada dua macam pemikiran yang sangat berbeda. Pemikiran yang pertama berkata “aku sudah melakukan ini, aku sudah melakukan itu, aku sudah melakukan banyak hal, aku sudah meraih banyak hal.” Namun pemikiran yang kedua berkata “perintah Tuhan manakah yang belum saya jalankan? Saya belum melakukan ini, saya belum melakukan itu, saya harus meraih lebih banyak lagi untuk kemuliaan Tuhan.” Kita harus mengadopsi pemikiran yang kedua. Tentu saja kita boleh memandang kepada masa lalu sebagai bahan refleksi diri, namun kita juga harus memandang ke masa depan dan merencanakan perbuatan-perbuatan baik yang diperkenan Allah. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh berhenti mengejar panggilan Allah selama kita masih bernafas. Jika Tuhan masih memberikan kita kekuatan pada hari ini, itu berarti Tuhan masih memberikan kita pekerjaan-Nya. Perlombaan itu belum selesai sampai kita mencapai garis akhir dan bertemu Tuhan tatap muka di surga.

 

Mari kita merenungkan kembali panggilan Allah bagi kita dan melaksanakan segala kewajiban yang belum kita tuntaskan. Semua ini kita bisa capai di dalam anugerah Allah.