RINGKASAN KHOTBAH

  • Minggu, 09 Februari 2025

DARI NAZARET KE BANGSA-BANGSA: KRISTUS DINYATAKAN

Vik. Pieter Kurnia, S.T., M.Th.

Selamat pagi Bapak Ibu yang dikasih Tuhan, ya shalom bagi kita semua. Kita akan merenungkan satu bagian firman Tuhan. Kita akan membaca di dalam Lukas pasal keempat. Lukas pasal keempat ayat 14 sampai kepada ayat ke 30. Kita akan membaca secara bergantian saya 14. Bapak Ibu, Saudara sekalian melanjutkan di dalam ayat ke 15 demikian seterusnya sampai kepada ayat ke 30. Dalam kuasa roh kembalilah Yesus ke Galilea dan tersiara kabar tentang dia di seluruh daerah itu.

Ayat 15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. 16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” 24 Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Bapak Ibu yang dikasih Tuhan, Yesus memulai pelayanannya. Ya ayat 14 setelah Yesus dicobai di Padang gurun. Pelayanan pertama dia langsung berkhotbah. Dia langsung menyatakan kebenaran firman Tuhan. Dia melalui pertolongan daripada Allah Roh Kudus, Dia datang dan Dia memberitakan kebenaran firman Tuhan. Ini adalah Pemuda misterius yang datang, Dia sudah dibaptis, semua orang menceritakan dia. Dan ketika semua orang menceritakan Dia, tersiarlah kabar. Tapi pelayanan pertama Tuhan Yesus. Ini adalah perikop yang menceritakan bagaimana perjalanan Tuhan Yesus setelah Dia datang ke dalam dunia, Dia dibaptis, Tuhan memimpin Dia di dalam pelayanan. Kalau Bapak, Ibu belajar di dalam tradisi dalam gereja, pada mainstream, pada umumnya ada kalender gerejawi. Ada kalender dan kita juga menerapkan walaupun tidak utuh, ada yang namanya masa adven. Bapak, Ibu masih ingat ketika kita sebelum tanggal 25 Desember, kita menyalakan lilin. Ada masa adven, menantikan Yesus kembali. Juga ada masa sengsara. Kita nanti di bulan April akan sama-sama merenungkan sengsaranya Tuhan Yesus.

Ada Rabu-abu, ada Kamis putih. Itu adalah kalender gerejawi yang ada di dalam setiap minggu selama satu tahun penuh itu. Kalender gerejawi itu ada menjadi tradisi atau warisan bagi kita. Untuk apa? Membentuk hidup kita. Membentuk gereja Tuhan dibentuk melalui suatu liturgi, suatu yang berulang-ulang untuk membentuk kita suatu pengenalan Tuhan yang sejati. Kalender gereja itu membentuk kita supaya menjadi instruksi, edifying.

Ada instruksi, ada guidance, ada inspirasi bagaimana kita sebagai gereja bertumbuh. Dan lebih utama lagi, kita makin mengenal Kristus itu sebagai Yesus. Sebagai Allah sejati. Itu yang terjadi. Bukan Yesus sebagai teladan moral atau guru. Wah bagus ya, Yesus itu guru ya. Teladan, baik. Berikan pipi kiri kalau kamu ditampar pipi kanan. Kalau ada yang minta uang, kasih banyak. Ada yang minta 100, kamu kasih 200. Tidak. Kita harus belajar kebenaran firman Tuhan. Bukan hanya sekedar meneladani dia sebagai guru moral. Tetapi di dalam kalender gereja, gereja mengajarkan Yesus Kristus adalah Tuhan. Inilah dikenal dengan masa di mana setelah inkarnasi Yesus, di dalam kalender gereja sampai kepada Rabu-abu, persiapan masa sengsara Tuhan Yesus. Minggu-minggu sengsara. Ada masa epiphany. Epiphany berarti manifestasi. Bagaimana Allah menyatakan kehendak-Nya. Bagaimana Allah menyatakan Injil kepada semua orang. Melalui pertolongan dari Allah, sehingga orang melihat Yesus bukan semata-mata manusia biasa. Tetapi Dia benar, sungguh adalah Allah. Ini belajar kristologi. Gereja banyak yang lemah di dalam kristologi. Maka di dalam masa pembentukan kalender, terutama di dalam masa epiphany, kristologi pekerjaan Kristus selama Dia inkarnasi, semakin diperkuat. Epiphany berarti manifestasi. Supaya gereja itu teguh. Teguh bahwa Yesus benar Allah yang menjadi manusia. Yesus itu memberikan keselamatan bagi segala bangsa. Ini puncaknya ketika Yesus mati di atas kayu salib. Bahwa benar, seperti prajurit Romawi, melihat Yesus yang mati menyerahkan Diri-Nya kepada Tuhan. Di situlah mereka memuliakan nama Tuhan. Prajurit yang kafir, yang tidak mengenal taurat Tuhan. Tetapi ketika melihat peristiwa salib, dia teguh bahwa Dia ini adalah Anak Allah yang maha tinggi. Kenapa itu terjadi? Sekali lagi, karena pembentukan di dalam kalender gereja yang membentuk kita, menguatkan kita, membimbing kita. Itu yang terjadi, masa epiphany. Dan di dalam kalender gereja, ini adalah, ayat 14 sampai 30 masuk dalam bagian dari epiphany tersebut. Bagaimana kita melihat bahwa Yesus benar-benar Allah yang sejati. Mari kita mengeksposisikan, menjelaskan.

Pada ayat 14 dan 15, Bapak Ibu melihat bahwa ada kuasa roh. Setelah Yesus dicobai, maka Yesus itu kembali ke Galilea, melakukan pelayanan, melakukan khotbah. Yang menarik Bapak Ibu, kalau kita belajar dalam systematic theology, bahwa Yesus 100% manusia, maka Dia juga dipimpin oleh Roh Kudus untuk Dia melakukan pekerjaan, pekerjaan yang baik. Roh kudus memulai menguatkan dan Yesus saat itu juga memulai pelayanan-Nya.

Kalau misalnya di dalam teologi reformed, kita seharusnya tidak begitu asing. Mengapa? Karena kehadiran Roh Kudus pasti juga menyatakan Yesus Kristus. Kehadiran di mana ada pneumatologi, doktrin Roh Kudus yang benar, selalu bersesuaian dengan Christology yang benar. Nggak mungkin Christology dan pneumatologi itu saling menghancurkan. Tidak. Orang yang dipenuhi Roh Kudus, maka dia adalah orang yang selalu memuji nama Tuhan.

Maka di ayat 15, Bapak Ibu, ketika peristiwa Yesus melakukan pelayanan, ayat 15 menjadi penekanan. Sementara itu, ia mengajar rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang mengembalikan segala puji atau doksologi kepada Dia. Selalu begitu. Gereja selalu seperti ini. Jadi kita nggak bisa mengatakan saya penuh oleh Roh Kudus, setiap pemberitaan mengenai kesaksian diriku, diriku, diriku, itu putus. Itu tidak sesuai dengan kebenaran yang diajarkan oleh firman Tuhan.

Kita nggak bisa berkata bahwa gereja itu, gereja yang dipenuhi roh kudus, tapi melupakan yang namanya firman Tuhan. Nggak bisa. Oh saya senang kok gerejanya baik. Tetapi gereja itu sangat berapi-api, musiknya baik, tetapi tidak pernah memberitakan firman Tuhan. Maka ada yang salah. Itu bukan gereja yang dipenuhi oleh Roh Kudus, sesuai dengan firman Tuhan. Bersyukur gereja kita. Bersyukur. Gereja kita mewajibkan yang pelayanan itu ikut PA. Kok mewajibkan? Memang gereja harus demikian. Ada kerinduan untuk belajar firman Tuhan. Lalu satu sisi juga ada kewajiban untuk doa. Kenapa doa? Karena tahu pelayanan ini bisa terjadi karena pertolongan daripada Allah Roh Kudus. Kita menggantungkan pelayanan kita. Bukan semata-mata kita hebat, punya banyak talenta, tetapi kita bergantung meminta pertolongan daripada Tuhan yang memampukan kita. Itu yang terjadi.

Maka segala puji, hormat, kembali kepada Tuhan. Doksologi itu ada. Kalau kita lihat di dalam ayat 14 dan 15, kata “memuji Dia”, “memuji nama Tuhan”. Kata “memuji nama Tuhan” itu menjadi suatu thesis statement. Bapak, Ibu yang mungkin S1, S2, atau S3 itu kan selalu bikin cari thesis statement. Satu kata kalimat, dan kalimat itu akan dibedah di dalam bab-bab selanjutnya. Kenapa kamu bisa menyatakan thesis statement itu A? Kita bedah.  Kenapa argumentasi-argumentasi? Bab berikutnya juga demikian, demikian, demikian. Terus kita jelaskan bagaimana serangan-serangan argumentasi dan kita membela thesis statement kita. Defense thesis statement. Dan Lukas, seorang sejarawan, seorang berpendidikan, dia seorang tabib, dia menuliskan dengan cara indah, memuji nama Tuhan. Bagaimana semua pasal-pasal di dalam Lukas itu berujung kepada doksologi, kepada Tuhan. Sebagai contoh, Bapak Ibu, kita hanya highlight saja. Ketika di dalam Lukas pasal ke lima, Bapak Ibu bisa lihat Lukas pasal lima secara sekilas, itu ada perikop di mana di ayat 17 sampai ayat ke-26, orang lumpuh disembuhkan. Orang lumpuh disembuhkan. Nah ketika mujizat kesembuhan terjadi, orang lumpuh itu boleh berjalan. Ada puji-pujian. Ayat 25, 26, saya bacakan bagi kita semua. Dan setika itu juga, bangunlah ya orang lumpuh itu, di depan mereka lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya, sambil doksologi kepada Allah, memuji Allah. Semua orang itu takjub, lalu melakukan doksologi, memuliakan Allah. Dan mereka sangat takut katanya, hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan. Lihat ya, selalu seperti itu, mujizat kesembuhan. Ada orang lumpuh, maka itu membawa kembali kepada puji-pujian. Bukan hanya itu saja, Lukas pasal ke tujuh, Bapak Ibu bisa melihat secara sekilas, ada orang yang mati, orang muda di kota Nain. Tetapi karena Tuhan kebetulan ada di situ, maka Tuhan bisa menyelamatkan. Wih, keren sekali, ada peristiwa-peristiwa yang begitu indah, peristiwa-peristiwa yang terjadi. Lalu dalam Lukas pasal tiga belas, Lukas tiga belas juga bercerita bagaimana ada yang kerasukan setan 18 tahun. Tapi Tuhan sembuhkan, 18 tahun. 18 tahun itu panjang ya, sampai SMA lulus. Dia bungkuk, tapi Tuhan lepaskan. Dan semua orang yang melihat itu takjub dan memuji nama Tuhan. Tapi Lukas sangat baik. Di dalam thesis statement, bukan karena ada kesembuhan, karena ada orang lumpuh berjalan, bahkan ada orang-orang yang mati dibangkitkan, maka memuji nama Tuhan. Bukan hanya berhenti dalam mujizat-mujizat yang secara fisik. Tapi yang mesti kita lihat adalah di bagian terakhir Lukas pasal 23. Mari kita lihat Lukas pasal 23, saya sudah singgung sebenarnya. Lukas pasal 23, ketika Yesus mati, di situ puji-pujian menjadi klimaks. Menjadi thesis statement, benar kita harus memuji nama Tuhan. Saya baca ayat 46, Bapak Ibu baca ayat 47, Lukas pasal 23, ayat 46 dan 47.

“Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring. Ya Bapak, ke dalam tanganku, kuserahkan nyawaku. Dan sesudah berkata demik yang ia menyerahkan nyawanya. Dan sesudah berkata demik yang ia menyerahkan nyawanya”. “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!”

Lihat Bapak Ibu, kalau kita baca prajurit, senturion yang tidak kenal taurat. Ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Senturion itu memuji nama Allah. Segala pujian kembali kepada Allah, maka kalau misalkan balik lagi. Kalau kita melakukan segala sesuatu, ada orang melakukan segala sesuatu mujizat-mujizat, tetapi tidak kembali kepada Tuhan. Ada yang salah. Kalau itu tidak kembali untuk memuliakan nama Tuhan, kristologi yang benar. Maka itu adalah satu-satunya yang salah. Ada yang salah. Prajurit Romawi melihat peristiwa salib. Justru peristiwa salib itulah yang membuat kita memuji nama Tuhan. Maka di dalam kesempatan, di dalam Lukas pasal 4 yang kita sudah baca. Yesus beribadah. Yesus bukan hanya beribadah, Dia berkhotbah. Semua orang memuji nama Tuhan. Artinya apa? Di dalam firman Tuhan, dalam pembacaan firman Tuhan, perenungan firman Tuhan. Kita pun diberkati. Roh Kudus memimpin kita. Ih, dapat yang namanya perenungan firman Tuhan. Dan kita bersyukur dan kita memuji nama Tuhan. Kadang-kadang kalau baca Alkitab itu ada namanya “aha moment”. Aha. Tahu kan kalau misalnya, aha. Itu ada seperti inspirasi, iluminasi atau ih kok baru ngeh. Itulah pertolongan dari Roh Kudus yang menguatkan kita ketika kita bergumul. Kita baca firman Tuhan, kok kayak nggak nyambung. Tapi baca lagi, baca lagi. Ih ternyata itu ada jawaban. Itu “aha moment”. Siapa yang bisa buat itu? Roh Kudus. Dan ketika Roh Kudus yang menuntun kita membaca firman Tuhan, kita akan mengembalikan doksologi kepada Tuhan. Itu pneumatologi yang benar. Kristologi ada di dalam setiap pneumatologi yang benar. Roh Kudus itu setiap ada. Memberitakan Yesus yang dimuliakan. Bahkan kalau dipikir-pikir di bagian terakhir ya, Lukas Pasal 24. Ketika ada orang di Emaus nggak percaya Yesus khotbah. Yesus khotbah. Dia ceritakan, dia kutip bahwa Mesias harus menderita semuanya supaya apa? Supaya masuk dalam kemuliaan. Tidak ada kemuliaan tanpa salib. Tidak ada kemuliaan tanpa yang namanya penderitaan. Dan penderitaan itu dilakukan oleh Yesus Kristus di dalam pimpinan daripada Roh Kudus. Roh Kudus. Dan kalau lihat lagi ya, Roh Kudus itu bekerja juga dengan cara yang sederhana. Kita kan berharap spektakuler ya. Orang buta bisa melihat. Oh, mungkin jarang terjadi. Atau misalnya ada kesembuhan Ilahi atau apa pun itu. Tetapi di dalam konteks Lukas Pasal 4 pun, kita sadar bahwa Yesus yang beribadah secara rutin. Kalau kita bacakan secara teliti ya. Yesus itu di dalam ayat 16, ayat 17. Ia datang ke Nazaret dan menurut kebiasaan, menurut yang biasa, yang common, yang tidak spesial. Dia pergi ke sinagoge. Dia pergi di hari Sabat, masuk rumah, ibadah. Lalu Dia baca firman Tuhan. Hal biasa ya. Tapi itulah pekerjaan Roh Kudus yang bisa juga bekerja secara sederhana. Dia pimpin kita ibadah. Bosan ya ibadah terus. Tapi kebosanan itu bagi dunia bosan. Tapi kita lihat itu yang membentuk. Kalau misalnya ada orang yang berkata saya gak mau ke gereja, susah. Saya malas sekali ke gereja. Itu sesuatu yang error. Karena Yesus pun ibadah. Yesus hari minggu ibadah. Sorry, Yesus gak ibadah hari Minggu. Hari Sabat itu Sabtu dalam Yahudi. Dalam hal ini, Yesus punya liturgi. Dia punya yang namanya doa. Dia punya segala sesuatu yang ritual, yang rutin. Itu yang membentuk Yesus sekalipun. Lihat ya, begitu indah dalam hal ini. Tapi ketika Dia masuk ke dalam itu, Dia berkhotbah. Dia mulai dalam khotbah, Dia membaca firman Tuhan yang dikutip. Yang mengutip dalam Yesaya 61. Bapak, Ibu bisa lihat di dalam ayat 1 dan 2. Itu Nabi Yesaya. Dia kutip bagaimana ada Roh Tuhan ada pada Dia. Mesias. Roh Tuhan itu adalah Kristus. Yang diurapi sudah mengurapi Dia. Itu yang terjadi. Jadi apa yang kita bisa pelajari dalam bagian ini? Roh Tuhan itu datang. Dia mengurapi, Dia menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Dan Dia telah mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang yang tertawan. Penglihatan bagi orang-orang buta. Membebaskan orang-orang yang tertindas. Dan memberitakan tahun rahmat Tuhan atau tahun Yobel, tahun pembebasan. Tahun pembebasan telah datang. Yesus datang. Dia memberitakan firman Tuhan. Dia nyatakan kebenaran firman Tuhan. Dia jelaskan Injil. Kabar baik menurut Yesus adalah bagaimana orang miskin itu pun mendapatkan Injil. Dan setelah semua selesai, Dia kutip semua, Dia khotbah.

Pada hari ini, hari ini. Ayat 21. Genaplah apa yang dituliskan Yesaya pasal 61. Ketika kamu mendengar. Ketika mereka mendengar itu, apa respons daripada jemaat? Apa yang respons daripada orang-orang di Sinagoge. Mungkin kalau kita baca sekilas, karena LAI sudah memberikan judul “Penolakan di Nazaret”. Tapi sebelum ditolak, Bapak Ibu harus lihat di ayat 22 bagian awal. Orang-orang banyak itu membenarkan Dia. Setuju. Dia kagum, heran dengan apa yang dikatakan oleh pemuda misterius yang bernama Yesus ini. Setuju. Baru di bagian terakhirnya ada penolakan. Menarik ya, responsnya itu plot twist yang sering kita terjadi. Ternyata ada setiap pemberitaan itu bukan ada rejection, rejection, rejection terus. Tapi ada konfirmasi, ada kesetujuan. Tapi kita tunggu. Kenapa akhirnya dari setuju, akhirnya berubah menjadi rejection, jadi penolakan? Nah ini kalau kita lihat ya, kenapa di setuju? Karena Yesus memberitahukan sesuatu yang terjadi atau common pada saat itu. Orang Israel, orang Yahudi ketika Yesus hadir itu mereka tertindas, mereka mengalami kemiskinan karena tertindas, mereka itu mengalami penyakit-penyakit yang berat maka ketika ada orang yang berkhotbah begitu, mereka senang, ada orang-orang yang miskin yang dilepaskan mendapatkan kabar baik suatu kelepasan, ini kalau di zaman sekarang kan sebenarnya kurang relevan, kalau dikatakan Injil, saya meng-highlight dengan kata Injil untuk orang-orang miskin pada ayat 18a yang mengurapi aku menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, kan susah ya orang miskin. Ini kalau berita orang miskin kan kalau dekontekstualisasikan ke zaman sekarang kan masa yang terima Tuhan itu cuma yang namanya orang miskin tentu kita nggak bisa melihat seperti itu, kan kalau dengar firman Tuhan, kalau orang yang kaya secara aset ya langsung berkata ini nggak relevan, apalagi jemaat GRII, di jemaat GRII ada campuran, ada yang kaya, kaya banget, ada juga menengah, ada yang miskin yang kaya banget, yang kaya, aset saya kan banyak, di Meikarta ada satu, di Jababeka juga punya, punya aset banyak, berarti berita Injil itu nggak relevan dong. Tapi tentu kalau pembacaannya kan boleh juga secara terbalik ya, kalau dibaca, didengarkan oleh orang kaya kan, loh kan saya kaya secara materi maksudnya nggak mungkin dong masuk surga, nggak mungkin terima kabar baik ini. Tapi orang miskin juga bisa begini, tuh kan lihat tuh kata Pak Peter orang-orang kaya itu mesti tobat, kasih aset-asetnya, kasih aset kepada orang miskin kayak aku, supaya aku dapat kelimpahan, nah mobil tuh, mobil saya tuh nggak punya mobil, punyanya cuma motor, kasih mobil, saya rasa pembacaan seperti pembacaan yang salah, makanya kita harus mengoreksi cara bacanya apa Injil kabar baik kepada orang miskin, apa maksudnya orang miskin di dalam hal ini, saya meng-highlight di dalam hal ini, bahwa miskin bukan secara materi bukan secara jasmaniah, tapi miskin secara rohani, secara rohani, karena firman Tuhan di dalam versi ucapan berbahagia ya, ada versi Matius, ada versi Lukas kalau Matius, berbahagialah orang yang miskin di hadapan Tuhan, tapi Lukas ada beda, di dalam Lukas pasal 6 dikatakan, berbahagialah orang yang miskin karena dia mempunyai kerajaan surga, tidak ada di hadapan Tuhan, artinya pembacaan orang literal miskin di dalam kondisi rohani, kondisi bagaimana dia tidak mungkin punya kemampuan termarginalkan, outcast, sedih. Wah, kalau teman-teman yang di mahasiswa SMA itu ada geng-gangan ya, bayangkan kalau di geng-gangan itu ada orang yang dimusuhin. Teman saya itu pernah potong rambut itu salah, di outcast selama seminggu, sedih banget, nggak diajak ngomong. Terus, bayangkan kalau misalkan ya, kita ada grup-grup kelompok ya, nggak diundang di dalam grup kelas, sedih banget kan, outcast, termarginalkan. Orang yang nggak mungkin mendapatkan firman Tuhan, tidak mungkin mendapatkan sekuritas, mendapatkan hormat kuasa, ini orang yang tidak mungkin. Maka dalam konsep miskin, ini adalah miskin rohani, dan dia, tandanya adalah, minta tolong hanya kepada Tuhan. Orang miskin yang meminta kepada Tuhan, sadar dirinya miskin, karena dosa, bangkrut, dan oleh kesadaran itu dia minta Tuhan, benarkanlah saya, minta tolong, karena Engkaulah pembela ini terjadi, maka sekali lagi, orang kaya, orang miskin itu tidak di dalam kategori materi tapi bagaimana orang yang sadar dirinya miskin, secara rohani, itulah yang nantinya mendapatkan kebenaran firman Tuhan. Jadi, ini yang terjadi, saya akan membahas lebih dalam lagi tentang fokusnya ke dalam miskin, saya maju sedikit di mana Tuhan juga bicarakan bukan hanya kabar baik kepada yang miskin, tapi dia mengutus memberitakan pembebasan kepada orang yang tertawan. Tertawan ya, tertawan, masuk penjara, tentu ini juga bukan bicara tentang literal, oh kalau dengerin firman Tuhan, orang Kristen tidak mungkin dipenjara faktanya bapak ibu, faktanya, Yohanes Pembaptis di dalam pasal-pasal berikutnya, ditangkep. Faktanya dia diikat, dia dipenjarakan oleh Herodes, karena tuduhan palsu, karena ketidaksenangan, subyektivitas. Emosi ya, pengadilan tidak sah, Yohanes Pembaptis, orang yang baik, orang yang taat, akhirnya masuk penjara, bahkan dibunuh di penjara. Jadi kalau dikatakan Yesus hadir, bahwa hari ini sudah genap, bahwa aku memberikan kabar baik kepada orang miskin tetapi juga memberitakan pembebasan kepada orang-orang yang tertawan, itu tidak bicara tentang secara literal, tapi bicara bagaimana pembebasan itu karena kita bebas dari belenggu dosa. Kita terikat, tidak mungkin bisa lepas, tapi Tuhan membebaskan. Tentu dengan pembacaan sama, dikatakan bahwa Tuhan akan mencelikan, memberikan penglihatan bagi orang-orang buta, buta bukan beriata, buta secara literal sekali lagi itu bicara tentang orang yang tidak mungkin bisa melihat pekerjaan Tuhan, apalagi melihat Tuhan. Contoh ya Bapak Ibu, seekor anjing, anjing ya, anjing, itu gak bisa lihat merah sama hijau, dia ada buta warna parsial, sama pun dia gak bisa kenapa? karena ketidakmampuan dan ketidakberdayaan seekor anjing melihat warna. Kan hal yang sama bagi kita secara spiritual, kita bisa melihat, kita punya kemampuan pancaindra mata. Tapi yang dimaksudkan ini adalah secara rohani, bahwa kita tidak dimungkinkan tanpa pertolongan roh kudus melihat Kristus itu yang sejati kita stop hanya teladan moral, kita stop sebagai Yesus, sebagai guru yang baik, tapi firman Tuhan, Roh Kudus itu akan mencelikkan mata kita yang buta, sehingga kita sadar, oh, aha, sadar, ini loh Yesus, ini. Dan ketika kita sadar, orang buta itu kita, kita akan menuntun orang-orang buta lainnya kepada keselamatan yang sejati. Di Lukas itu ada suatu perkataan, jangan orang buta menuntun orang buta, itu kan wajar ya tapi kalau kita sudah tercelik, biarlah kita menjadi jalan, menjadikan kita diri kita sarana, membawa orang itu kembali kepada Tuhan. Saya lanjutkan, selain buta, dikatakan untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, ini mirip dengan tertawan tertindas, orang yang ter-bully. Teman saya ya, mama papanya itu udah berumur, kena tuduhan pencemaran nama baik. Dia disuruh datang ke pak polisi, pak polisi sesuai janji jam 2 siang, tapi apa yang terjadi, ternyata dicuekin, dicuekin sampai lama, dan ternyata memang demikian, papa saya, mertua saya itu juga tentara, dia ngerti memang secara psikologis, suruh datang lebih awal, tapi baru bisa diinterogasi, baru bisa ditanyakan, diwawancara lakukan suatu treatment, itu tunggu sampai malam, tunggu orang itu ngantuk, bete. Teman-teman, bapak ibu, kalau nunggu, males ya, bosen ya, kalau nunggu sampai setengah jam mungkin masih bisa tolerir, tapi kalau tunggu, yang naik pesawat, pernah naik pesawat ya, kalau delay 1 jam mungkin bisa terima ya, kalau delay-nya 3 jam udah emosi, habis 3 jam tambah lagi, 3 jam tambah lagi, besok hari, emosi kan. Ini yang terjadi, psikologis terkena, orang yang ditangkap, orang yang dituduh, orang yang kena pencemaran bahkan orang kalau nonton spionase seperti itu, perang, itu sengaja diwawancari dengan kondisi psikis yang tertindas. Kondisi yang sulit sekali. Iblis juga caranya sama, dia tindas kita secara rohani, tindas kita dengan cara apa? “Ih kamu, abis dengar firman Tuhan, nanti kan kamu dosa lagi nih, pulang nih, nanti aku bawa ke 1, 2 paling berapa jam kemudian kamu berdosa lagi, udah kamu berdosa lagi”, biasanya kan kalau dengar firman Tuhan oke, saya mau tobat, minggu depan datang lagi ke dalam ibadah, mau ngaku dosa, mau datang kepada Tuhan eh ternyata pas sudah ibadah lagi, ngaku dosa lagi, ngerti firman Tuhan, merasa tersentuh oleh firman Tuhan berapa hari kemudian jatuh lagi, kalau itu terjadi pola itu berkali-kali, berkali-kali, pasti ada hati nurani yang tertindas, hati kita tertindas, dan iblis pakai itu, udahlah, ngapain kamu ke gereja, untuk apa kalau kamu ke gereja, hatimu tertindas? Biarkan kamu tidak perlu datang ke gereja, biar hati itu lepas, lakukan dosa secara utuh. Tapi itu cara iblis makanya bagaimana kita bisa lepas dari belenggu? Kristus yang harus menghancurkan. Ada yang kecanduan, ada yang tidak bisa tidak berdosa, lakukan dosa, kebanggaan. Bagaimana bisa lepas sekali lagi? Karena pekerjaannya pada Allah Roh Kudus, Allah Roh Kudus yang memampukan kita sehingga kita bisa lepas dari belenggu si iblis yang tidak mungkin kita bisa kalahkan.

Sekali lagi ya, kalau kita lihat lagi lanjut ke dalam hal ini, kalau kita balik ya, Yesus Kristus Dia berbicara, suatu kata-kata yang awalnya diterima, itu hal yang nyambung sebenarnya sekali lagi nyambung, kalau saya bilang disini, kalau kita di gerejanya sulit loh, bikin izin. Bapak Ibu yang merenungkan, atau Bapak Ibu pengurus yang hadir zaman Pak Tumpal sampai sekarang ngurus izin susah. Bayangkan kalau ada seorang politikus ya berkata, izin gereja akan gampang. Kan merasa tersentuh ya. Boleh diizinkan dengan gampang. Baik! Kenapa? Karena kita punya status yang sama, status yang sama, pergumulan yang sama. Pergumulan terjadi, apalagi kalau orang yang retorikanya baik, sangat hebat sekali akan berkata, ini kan di bagian terakhir kalau Bapak Ibu ya. Dia akan memberitakan tahun rahmat Tuhan atau Tahun Yobel. Ini kalau di dalam tahun baru ya. Anggap aja tahun baru Imlek aja ya, biar dekat ya. Terus ada pengkhotbah berkata, “Tahun ini adalah Tahun Kemenangan. Tahun Pembebasan, mari Bapak Ibu kita sama-sama melawan tipu muslihat iblis”. Kan keren ya, kan retoriknya keren sekali, hebat sekali, suatu perkataan-perkataan. Tetapi menjadi permasalahan. Ketika Yesus melakukan retorika, mengatakan bahwa ada pembebasan-pembebasan, itu menjadi masalah. Ketika berkata bahwa Akulah Mesias itu, Akulah Tuhan yang dijanjikan itu, Akulah orang itu yang berdiri, yang berkhotbah.

Maka orang-orang yang ada di Nazaret itu menolak, reject. Sama kan ya, saya kalau kotbah di sini, saya ini adalah Tuhan, Mesias. Pak Peter lagi delulu kayaknya, Yesus juga delulu, Bapak Ibu tau delulu ya, delusi. Lagi delusi, Yesus itu lagi delusi, mana ada perempuan, eh seorang muda yang bisa berkata demikian. Ini seorang yang mimpi di siang bolong, yang salah. Nggak mungkin. Tapi sekali lagi, kalau memang Yesus itu adalah Mesias dan dia klaim benar, itu harus kita respons dengan benar.

Contoh ya, Bapak Ibu saya mengambil contoh dari pendeta Dr. Stephen Tong, dalam KKR dia sering sekali berkata, kalau oksigen itu, ya oksigen itu harus kita hirup ya. Kalau oksigen itu pernah berkata kepada manusia, “hai manusia, hiruplah aku, minumlah aku, pakai mulutmu untuk bisa menghirup diriku, supaya kamu bisa hidup”, oksigen itu berkata fakta. Dia berkatanya benar, maka kita harus percaya. Tapi kalau ada orang yang berkata, “Ah dasar kamu, saya nggak mau menghirup oksigen, saya nggak mau seumur hidup pun mau bernafas, saya mau menghirup yang lain”. Oksigen tetaplah oksigen. Bapak Ibu, orang yang rebel, yang tidak mau menghirup oksigen, ya matilah, nggak bisa. Kenapa? Karena memang demikian. Kalau Yesus Kristus adalah Mesias dan kita tidak percaya, tidak membuat Yesus berhenti jadi Mesias. Kalau Bapak Ibu tidak percaya atau kita sekalipun tidak percaya atau meragukan, Yesus tetap Tuhan.

Yang perlu adalah kita mengakui Dia dan kita beriman kepada Dia. Inilah epiphany sebenarnya. Epiphany. Membawa kita semakin lama bertumbuh-bertumbuh bahwa Yesus benar bukan hanya guru moral. Yesus mengklaim diri-Nya adalah Mesias yang dijanjikan. Kalau ada orang ya, seorang yang berkata, ini tidak mungkin ya, Yesus itu adalah Tuhan, itu salah baca alkitab. Pembacaan Yahudi pada zaman itu percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

Oleh sebab itu, Yesus itu mau dimatikan. Yesus itu Tuhan, Dia klaim diri-Nya adalah Tuhan, Dia adalah Mesias. Saya lanjutkan lagi. Di mana penolakan Yesus terjadi dan orang-orang di Nazaret meragukan, “ini anak Yusuf, ini mana mungkin dia mengklaim daripada Dia adalah Mesias?” Ini kan suatu sindiran ya. Ini sindiran Bapak Ibu ya, sindiran. Ini bukan suatu kebanggaan ya. Kayak misalnya, saya, anak saya Thea. ya.

Thea terus bisa main piano di umur 3-4 tahun, 5 tahun. Kan bilang, itu Bapaknya saya. Itu bukan kebanggaan itu. Bukan. Tidak ada ekspresi atau tanda baca yang positif. Tapi tanda baca yang dipakai oleh orang-orang adalah pencemooh. “Ini anak Yusuf, kami tahu asal-usulnya, kami tahu dia. Enggak mungkin dia klaim Dia adalah Mesias”. Dan lebih lagi ya Bapak Ibu, di Injil Markus, paralel ya. Kisah paralel. Itu bukan bicara, ini anak Yusuf. Dia bilang, ini anak Maria. Bapak Ibu, tahu nggak bedanya selain beda ini dari perspektif, Yusuf itu papanya, Maria itu mamanya? Kita mesti lihat lebih tajam lagi. Apa? Budaya patriak lebih setuju orang itu berdasarkan papanya. Jadi kalau Yesus adalah anak Yusuf, itu masih lebih baik. Masih lebih sopan. Tapi dia bilang, “ini kan anak Maria”. Artinya mengatakan mana papanya? Mana keberadaannya? Ini nggak jelas berdasarkan budaya patriak pada hari itu. Ini orang-orang yang diabaikan.

Tapi Yesus akhirnya memberikan suatu pembelaan dengan dua contoh. Dua contoh Bapak Ibu, dua contoh. Bapak Ibu bisa melihat di dalam ayat pasal keempat. Di dalam ayat 25 sampai kepada ayat 27. Ada dua contoh yang dipakai. Contoh pertama adalah Elia. Nabi Tuhan. Begitu banyak janda-janda yang ada di Israel. Tapi Tuhan hanya mengutus Elia pergi ke janda yang ada di Sarfat. Dia pergi ke janda yang ada di Sidon. Ada kelaparan tiga tahun, enam bulan. Tapi Allah itu mengutus kepada bangsa asing. Pergilah ke janda daripada orang-orang asing ini. Yaitu khususnya janda di Sarfat. Dan menariknya ya. Ini kalau baca Alkitab kita harus melihat perspektifnya. Zaman Elia, raja yang berkuasa pada zaman Elia, Raja Ahab. Raja Ahab nikah dengan siapa? Izebel. Dan Izebel itu berasal dari Sidon.

Ini mau mencatatkan orang Israel, umat pilihan Allah yang mendapatkan covenant daripada Allah. Sekarang sudah sama dengan orang kafir. Dan orang kafir direpresentatikan sebagai janda di Sarfat itu justru mendapatkan berkat keselamatan. Lihat ya, plot twist ya. Jadi di awal itu udah plot twist. Harusnya bangsa Israel dapat kebebasan dengan cara kelaparan ini sudah diselesaikan. Tetapi Tuhan berkata dengan jelas, “Karena kamu sudah bersekutu menyembah daripada dewa Sidon. Karena kamu menyembah berhala. Kamu sama dengan orang-orang yang dimurkai. Maka aku berikan anugrah. Kelimpahan dengan mengutus Elia ke orang, ke Sarfat itu. Ke perempuan, ke janda ini”. Lihat ya, itu contoh pertama. Contoh kedua, dia pakai Elisa. Apa yang terjadi? Elisa menyembuhkan satu orang asing juga. Banyak orang kusta. Banyak orang kusta, tetapi Elisa disuruh Tuhan menyembuhkan Naaman, orang Siria. Orang yang tidak diketahui asal-usulnya. Bukan orang percaya, orang perjanjian. Tapi dia ditahirkan. Ini menarik ya, kita lihat ya. Naaman itu menurut Bapak Ibu kaya apa miskin? Naaman itu panglima perang Bapak Ibu. Panglima perang itu kaya ya. Kaya ya, serasa masih normal ya. Kita juga di dalam ini pasti kaya ya. Pemimpin perang, kaya. Tapi Tuhan selamatkan. Maka sekali lagi ya, ini menjadi thesis statement saya juga.

Injil tidak diberikan kepada orang-orang miskin dalam konteks miskin literal. Tapi diberikan kepada miskin secara rohani.

Naaman contohnya. Naaman itu kaya, tapi dia miskin secara rohani. Dia minta pertolongan kepada nabi Tuhan, yaitu Elisa akhirnya menyembuhkan dia. Itu kalau jadi Naaman itu pride-nya tersentuh lho. Terganggu lho. Kan Naaman bawa upeti banyak sampai ke tempatnya si, kediamannya si Elisa. Elisa kagak show.

Elisa tuh gak munculin batang hidungnya. Sebel gak? Udah berkunjung, bawa makanan banyak. Terus tiba-tiba, udah kamu pergi aja ke sungai Yordan. Berenang tujuh kali. Wah, pride-nya Naaman sebagai orang kaya itu. Orang prajurit yang menjajah Israel itu tersinggung. Tapi inilah contoh. Saya lanjutkan ya. Ini contoh bagaimana orang terasing malah mendapatkan keselamatan. Naaman jadi contoh. Dan menarik lagi ya. Kalau kita lihat di dalam bahasa yang dipakai ya. Bahasa yang dipakai. Kita lihat ayat 27. Pada zaman nabi Elisa, banyak orang kusta di Israel dan tidak seorang pun dari mereka yang ditahirkan. Selain daripada Naaman orang Syria itu.

Bapak, Ibu kata tahir itu adalah kata yang sebenarnya tidak masuk di dalam kontes medis. Istri saya medis. Dokter gigi. Tadi saya pakai contoh ada Pak Wiro. Dia dokter juga. Orang kan kalau berobat ya. Istri saya misalnya ada yang sakit gigi. Terus udah diberikan obat. Di-treatment. Dokter Anto juga ada, Pak Anto ya. Pastikan kita kalau udah sembuh, pasti gak bilang, Pak, Bu, sudah sembuh ya. Jangan sampai kamu lupa rawat giginya. Jangan sampai kamu sakit lagi. Kita kan gak mungkin ya. Dokter. Istri saya gak pernah sih bilang, Kamu sudah bukan sembuh, tapi kamu sudah tahir. Bapak, Ibu. Kalau ada dokter ngomong begitu. Tunggu, tunggu. Tahir itu apa ya? Untung anak remaja bilang, tahir itu apa ya? Google dulu. Tahir itu bahasa apa sih? Kan gak nyambung ya. Kalau kusta, harusnya secara logika sembuh. Kalau orang kena penyakit, kan lawan penyakit. Katanya ya pasti dia berharap sembuh, tapi yang diceritakan oleh Yesus adalah Naaman ini sakit kusta, tapi sekarang tahir. Ini bukan bicara tentang bagaimana kusta itu sembuh secara medis, tapi berbicara orang yang najis. Orang yang tidak dapat firman Tuhan, sekarang sudah menjadi bagian firman Tuhan, sudah ditahirkan.

Ini Injil menurut orang, Injil bagi orang-orang miskin. Dan kalau kita lihat apa responnya, responnya sekali lagi orang Israel marah karena dia sadar apa yang dimasukkan Yesus itu bukan dirinya, bukan karena Yesus berkata kami ini ditindas oleh orang Romawi maka kami miskin secara aset, secara materi, tapi Yesus berbicara yang miskin itu justru adalah yang miskin rohani. Maka mereka marah, berusaha membunuh dan mereka mengerti bahwa Yesus itu Juruselamat, Mesias itu juga memberikan berita injil kepada orang-orang di luar orang Israel.

Keselamatan diberikan kepada segala bangsa yang miskin, yang kaya, yang kuat, yang lemah. Injil menembus masuk, menghancurkan barier, merobohkan. Injil, itulah yang diberitakan bagi kita semua. Injil.

Ketika Yesus berkata demikian, itu menjadi suatu hal yang menggetarkan orang-orang Yahudi. Maka orang Yahudi sekali lagi mau membunuh daripada Yesus itu sendiri. Itu yang terjadi, itu yang terjadi Bapak Ibu. Maka kalau kita lihat ya, sadar bahwa sebenarnya yang dimaksudkan Allah adalah orang yang miskin. Itu adalah miskin secara rohani. Maka kita harus sadar ketika firman Tuhan ini, mana bagian kita? Jangan-jangan firman Tuhan ini mengatakan, oh sudahlah itu buat orang-orang di sana. Enggak, tapi kita harus sadar bahwa firman Tuhan itu masuk kepada orang yang benar-benar berpengharapan hanya kepada Tuhan saja.

Menarik ya. Kalau misalkan ada orang yang lebih jahat daripada kita atau saudara kita. Biasanya saudara ya, saudara yang lebih nggak benar daripada kita pernah nipu. Saudara kita, saudara kandung misalkan nipu. Membohongi kita, bikin bisnis sama-sama. Terus tiba-tiba dibohongi. Sakit hati nggak? Sakit hati. Atau teman baik tiba-tiba nikung. Kalau pacaran-pacaran itu pacaran segitiga. Sahabat-sahabatan tapi sahabatan nikung. Sakit hati. Bayangkan kalau sakit hati itu, sakit hati, tiba-tiba ya, orang yang menjahati kita, yang menzalimi kita, yang membohongi kita, mengkhianati kita, datang ibadah di GRII Cikarang. Apa responnya? Kita mungkin sama kayak orang nazaret. “Gila. Injil diberikan kepada orang miskin saya, tapi dia itu… sudahlah. Kalau perlu penyambutan itu… Kasih tahu ya, itu orang bahaya. Jangan datang. Pengacau. Jangan datang ke GRII Cikarang”.

Tapi firman Tuhan dikatakan, ketika kita baca, justru di refleksikan kepada kita. Injil diberikan kepada semua orang. Melalui anugerah daripada Allah Roh Kudus. Maka perikob anak yang hilang. Anak yang hilang itu unik, cuma ada di lukas. Anak yang hilang itu nggak ada di Injil Matius, nggak ada di Injil Markus, di Yohanes, apa lagi. Cuma ada di lukas. Mau mengatakan bahwa ada si bungsu yang balik dan kita harus terima.

Karena malaikat di sana bersuka cita. Karena si sulung itu tidak bersuka cita. Maka Tuhan tegur dia. Itu yang terjadi. Bukakan. Anak yang hilang. Ada puji-pujian dari malaikat ketika si bungsu itu pulang. Ada puji-pujian, ada pesta ketika si sulung itu pulang. Eh maaf, si bungsu itu pulang. Dan akhirnya apa? Bapak itu menyediakan pesta yang indah. Ada yang tersesat. Dan dia kembali. Itulah membuat puji-pujian. Sukacita ya. Semua bangsa boleh berkumpul bersama-sama. Nggak terlihat status sosial. Injil bagi seluruh bangsa. Kita ini si miskin. Semua orang disana membutuhkan Injil. Dan kalau ada orang bagi perspektif kita itu nggak layak. Tapi Tuhan layakan, kita harus terima.

Kemarin, minggu lalu. PA Wanita nyanyi Mandarin. Lagu Yesus Bangkit ya. Kristus Hidup, Yesus Hidup ya. Ibu Yeni tanya ke saya. Bagus nggak Pak Peter? Saya nggak bisa komen ya. Tapi saya komennya cuma, yang penting Yesus Bangkit. Itu spontan. Kenapa? Karena mungkin dari keterbatasan talenta. Nyanyi. Terus juga bahasanya bahasa asing lagi. Aduh, bahasa Mandarin. Saya baca aja juga nggak bisa. Susah. Tapi fakta yang mesti kita terima. Kristus bangkit menjadi syalom bagi kita. Kristus bangkit nanti, suatu saat nanti, kita benar-benar sungguh memuji Tuhan dengan indah banget ya. Indah. Artinya orang-orang Batak pun bisa nyanyi dengan indah. Chinese. Chinese pun juga bisa nyanyi di bahasa Batak. Kenapa? Karena Kristus bangkit. Ada pengharapan. Itu indah banget. Karena nanti di surga, di langit dan bumi baru, segera puji-pujian, tujian baru, terjadi karena Kristus itu sudah bangkit. Udah nggak ada lagi nada fals. Udah nggak ada lagi kelemahan. Semua akan disempurnakan ketika Yesus menyatakan kandak-Nya di dalam kedatangan yang kedua. Kenapa itu terjadi? Karena janji-Nya. Karena Kristus bangkit. Kristus bangkit. Bapak Ibu, kata syalom itu baru terjadi ya. Karena Yesus bangkit. Kalau Yesus nggak bangkit, kita masih dalam bahaya. Kalau Yesus nggak pernah bangkit, berarti Yesus kalah dari dosa. Kalau Yesus nggak pernah bangkit, maka manusia akan, ujungnya adalah maut. Tapi karena Yesus bangkit mengalahkan maut, maka ada syalom. Syalom berarti damai sejahtera. Artinya apa?

Hidup kita, walaupun mengalami penuaan, akhirnya kita lemah secara tubuh, tetapi kelemahan secara tubuh itu tidak menghancurkan, tidak membuat kita jatuh. Tapi iman kita makin kuat, bahwa Kristus itu bangkit, mengalahkan maut. Wah itu penghiburan. Sangat penghiburan. Sangat menghibur, bahwa Kristus itu benar-benar bangkit, benar-benar menguatkan kita.

Dan bagian terakhir, bagi perenungan kita pada hari ini. Mereka akhirnya mau membunuh Yesus. Orang-orang Nazaret kampung halaman-Nya, kampung halaman, betrayer ya di kampung halaman, bunuh, mau bunuh Yesus. Tapi Yesus akhirnya lewat. Tapi saya mau menjelaskan kepada kita ya. Dia bunuh, dia bunuh. Ini mau mengantisipasi bagaimana penolakan Yesus. Kalau sebelumnya perikop, sebelumnya kita tidak baca perikop, sebelumnya dimana Yesus dicobai. Yesus dicobai dan ada rejection, ada penolakan, ada konflik dari iblis. Level kosmik. Level kosmik, artinya level daripada spiritual. Yesus dicobai oleh iblis. Tetapi di level umat Allah pun, juga ada penolakan. Ini menjadi bayang-bayang, Kristus akan mati di atas kayu salib. Dibunuh oleh umat pilihan Dia. Dibunuh oleh bangsa-Nya. Menjadi antisipasi. Tapi puji Tuhan ya, Kristus itu sabar ya, Kristus itu sabar. Kristus itu memberikan rahmat-Nya dengan begitu melimpah. Mengapa saya katakan?

(47:46) Karena Tuhan Yesus baru menggenapi bagian awal dari Yesaya 61. Mari kita buka Yesaya 61, karena ada bagian yang sekarang masih belum digenapi. Yesaya 61, kita baca bergantian. Saya ayat pertama, Bapak Ibu ayat kedua. Yesaya 61, ayat 1 dan 2. Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara. Ayat 2 Bapak Ibu, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,

Bapak Ibu, Yesus hanya mengutip ayat 1 sampai 2 A saja. 2 B Dia tidak kutip. 2 B dikatakan “hari pembalasan Allah kita” itu belum digenapi. Kapan? Yesus Kristus datang kembali. Dia masih memberikan rahmat yang begitu indah. Karena saat dia datang, dia baru memberikan keselamatan di dalam konteks mencelikan mata orang buta. Dia membebaskan kita dari belenggu dosa. Tapi ketika nanti tiba saatnya, penggenapan selanjutnya, Dia akan membalaskan kepada si iblis, kepada orang-orang yang bebal, yang menolak Tuhan, dan kepada nabi-nabi palsu. Dia akan melawan, meribikan hari pembalasan Tuhan ketika Yesus datang kembali. Tuhan masih bersabar. Kalau kita lihat, kita mesti menjawab secara teologis juga. Kenapa penubuatan Yesus itu terjadi, digenapi dalam 2 stage, 2 kali. Karena orang, kita mesti tahu di dalam perjanjian lama itu, mereka yang mendapatkan wahyu. Tapi mereka, wahyu itu progresif. Progresive revelation. Revelation makin lama, makin lama, makin progresif. Di dalam perjanjian lama, digambarkan seperti, Bapak Ibu kalau yang tahu, pergi ke gunung ya. Misalkan gunung gitu ya. Kan kalau dari Jawa kan ada gunung yang besar, pergi ke gunung. Semakin lama, semakin dekat-dekat-dekat-dekat, ternyata, ternyata ya, gunung yang dilihat itu, yang dari jauh itu ternyata bukan satu gunung. Ternyata di baliknya itu ada gunung lainnya. Karena kita perspektif dari jauh, maka kita melihat hanya satu gunung. Ketika sudah mendekat, baru tahu ternyata ada gunung di baliknya. Ini sama seperti orang-orang perjanjian lama. Ini jauh, progresive revelation. Mereka belum mendapatkan revelation dengan lebih utuh.

Dia melihat dari jauh bahwa nanti Mesias akan datang sekaligus, akan memberikan keselamatan, bebaskan tawanan-tawanan, mencelikan orang buta, bangkitkan orang-orang. Tetapi hari pembalasan dianggapnya hari yang sama. Tapi di dalam perspektif perjanjian baru, berarti kita, gereja sekarang kita lihat, Yesus datang di dalam perspektif dua kali, dua kali stage. Nanti dia akan datang kembali untuk melakukan pembalasan. Ini sebenarnya berkat.

Kalau Yesus datang langsung memberikan penghakiman, matilah kita. Karena Tuhan kasih waktu dan panjang sabar, maka kita yang bergumul di dalam dosa, kita yang melawan Tuhan, bener gak ya Yesus Tuhan? Bener gak ya Juruselamat? Benerkah Dia ini adalah yang harus saya sembah? Kita masih ada waktu. Mengapa? Inilah masa epiphany. Masa epiphany. Pelan, pelan, pelan. Makin lama, sadar. Nanti di pasca, kita sadar bahwa Yesus benarlah Juruselamat kita. Itu terjadi.

Waktu doa pagi kemarin, kan saya bahas Ibrani, dan di dalam Ibrani itu mengutip Mazmur 110, bahwa dikatakan bahwa segala bangsa, semua bangsa-bangsa raja-raja akan bermufakat melawan yang diurapi. Melawan Kristus. Nanti Yesus Kristus yang diurapi, yang kita tahu, akan membuat musuh-musuh itu menjadi tumpuan kaki. Dan yang di surga itu tertawa. Perjanjian lama cuma sekali doang Tuhan tertawa. Ketika bangsa-bangsa itu bersekutu melawan.

Saya pikir sih, saya pakai ilustrasi yang sama juga, doa pagi. Bayangkan kalau anak-anak sekolah minggu bersekutu bersama melawan para guru sekolah minggu atau melawan saya lah. Anak saya. Bersama Tania. Dia ajak juga Nara. Teman baik ya, Besti. Ajak juga kakak Fani. Ajak juga semua anak bersekutu melawan saya. Saya mungkin ketawa ya. Ini ngapain ya? Ini tunggu-tunggu, ini mau ngapain? Ini apa yang dilakukan ya? Ada prank atau enggak ya?

Tapi kalau itu benar terjadi, benar terjadi, saya nggak akan langsung bikin mereka jadi tumpuan kaki ya. Nggak mungkin lah. Anak-anak saya sama anak-anak lain saya langsung dirajam. Maka kenapa sih Tuhan tidak segera menyatakan kendaknya dengan membuat bangsa-bangsa yang melawan Tuhan jadi tumpuan kaki? Karena ada masa dimana masa antara-antara kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Tuhan masih sabar. Minta kita kembali kepada Dia. Minta kembali kepada Tuhan.

Maka kalau kita lihat ya, pemberitaan firman Tuhan atau secara khusus ya, orang-orang yang melayani di dalam sekolah minggu, KTB ya. KTB, sekolah minggu guru-guru yang mengajarkan firman Tuhan. Itu bukan bicara untuk transfer knowledge doang. Bukan bicara ini Daud, Golihat. Daud kecil, gue lihat besar. Daud yang menang, jadilah seperti Daud yang kecil. Enggak. Atau dikatakan ini ada Elia, ini ada Elisa, ini ada Baal, jangan sembah Baal. Enggak. Bukan transfer knowledge. Ini ada 10 perintah Tuhan. Perintah pertama kamu harus hafal kan. Bukan. Guru sekolah minggu, teman-teman yang melayani di dalam KTB, pemimpin KTB. Itu bukan hanya transfer knowledge tetapi ada misi penyelamatan. Ada rescue mission. Bayangkan, kita lihat dia itu sebagai orang yang miskin, yang terhindar. Kita mau mengulurkan tangan ini loh. Tuhan sudah berikan Injil. Maka kita akan mempersiapkan firman Tuhan baik di sekolah minggu, baikpun juga pemimpin KTB, baikpun juga pengajar-pengajar yang memang mengajarkan firman Tuhan. Dia akan ngotot. Kenapa? Ini bukan cuma transfer knowledge, tapi ini mau menyelamatkan. Menyelamatkan orang. Menyelamatkan anak-anak kita. Anak-anak kita itu bukan berarti dia itu putih polos ya. Enggak. Status dia itu sudah di dalam dosa. Kalau kita ngerti anak kita ada di dalam dosa, kita akan ngajarin anak kita akan ngotot. Bawa ke gereja. Bawa ke dalam kebenaran firman Tuhan. Kenapa? Karena ini misi. Misi apa? Misi rescue. Misi penyelamatan. Makanya ini menjadi pembelajaran bagi kita. Bagaimana Tuhan masih berbelas kasihan. Masih ada masa antara. Masih ada kesempatan mempersiapkan diri. Masa epiphany. Kiranya Roh Kudus memampukan kita. Menyadarkan kita. Menyadarkan setiap orang yang mendengarkan firman Tuhan. Akan kebutuhan keselamatan. Bahwa kita ini adalah miskin. Kita ini tertawan. Kita ini adalah orang-orang buta. Dan kiranya Allah berbelas kasihan juga kepada kita. Mencelikan mata kita. Membebaskan kita. Memberikan kita kasih karunia. Belas kasihan. Sehingga nantinya kita semakin teguh. Bahwa Yesus bukan hanya teladan moral. Bukan hanya guru moral. Tetapi Dia adalah Mesias yang dijanjikan. Kiranya Tuhan memberkati kita.

YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=44RDyxjNrPE&t=1637s

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pembicara-WK)

INGATLAH KEPADA PERKATAAN RASUL

Eksposisi Kitab Yudas

Pdt. Dr. J. Putratama Kamuri, M.Th.

Bapak, ibu, saudara yang terkasih dalam Tuhan sekali lagi kita akan melihat mengenai konteks. Saya punya satu Kebiasaan kalau apa eksposisi lalu kemudian kita lewat sampai akhir tahun, maka di awal tahun saya akan kembali mengingatkan kepada konteks sebelum kemudian kita melanjutkan. Nah bapak ibu kalau bapak ibu dan saya lihat dari ayat 1 sampai dengan ayat yang ke-17 ayat 1 sampai 2 akan bercerita mengenai siapa saudara dan saya sebagai gereja personal maupun secara komunal dan ini harusnya menentukan bagaimana saudara dan saya memandang gereja bagaimana saudara dan saya bersikap terhadap gereja. Akhir-akhir ini saudara dan saya akan sering mendengar dan saya kira bukan hanya di satu tempat cukup sering saudara dan saya menemukan di dalam tulisan ataupun di dalam kehidupan sehari-hari orang bilang kami mencintai Kristus tetapi kami membenci gerejanya jadi mencintai Kristus membenci gereja itu di dirasa sebagai sesuatu yang normal apalagi ketika menemukan bahwa gereja itu tidak sempurna hari ini saudara dan saya akan sekali lagi saya ajak untuk mengingat bahwa gereja memang enggak sempurna dari sananya kita gak sempurna. Kristus tidak mendirikan gereja yang sempurna tetapi Kristus mendirikan gereja yang terus-menerus disempurnakan untuk menjadi serupa dengan dia sehingga nanti kita akan lihat ya gereja itu Mulia tetapi tidak sempurna. Lalu ada semacam kunci yang diberikan supaya saudara dan saya bisa terus-menerus menjadi sempurna seperti apa yang Tuhan mau tapi mari kita mulai dengan melihat sekali lagi secara garis besar apa yang digambarkan oleh Kitab Yudas di dalam ayat 1 dan ayat yang ke-2 Yudas bercerita kepada saudara dan saya mengenai kemuliaan gereja yang didirikan oleh Kristus Yesus. Kristus mendirikan gereja. Gereja enggak sempurna tetapi dia mulia. Kenapa? Karena Yudas bilang karena mereka dikasihi di dalam Allah Bapa atau mereka dikasihi oleh Allah Bapa. Saya pernah sampaikan di tempat ini bahwa kalau dikasihi oleh Allah Bapa itu berarti ini adalah kasih yang kekal. Bandingkanlah dengan apa yang dituliskan oleh Paulus di dalam Efesus pasal 1 ayat 3 sampai dengan ayat yang ke-6. Kalau Bapa mengasihi saudara dan saya Dia bukan baru mengasihi kita di dalam sejarah, bukan baru mengasihi saudara dan saya setelah saudara dan saya ada, tetapi Alkitab memberi petunjuk di dalam Kitab Efesus pasal 1 bahwa kalau saudara dan saya dikasihi di dalam Bapa, kalau saudara dan saya dikasihi oleh Bapa itu berarti saudara dan saya telah dikasihi sejak kekekalan karena Dia memilih saudara dan saya sejak di dalam kekekalan. Artinya Dia sudah kenal saudara dan saya sebelum kita ada, sejak kekekalan. Dia tahu kita, Dia kenal kita lalu kemudian Dia pilih inilah penghiburan bagi saudara dan saya karena kalau Dia kenal kita sebelum kekekalan berarti Dia sudah tahu kita nanti setelah tercipta dalam sejarah kita adalah orang berdosa yang melawan Dia kemudian nanti setelah Dia tebus, kita akan terus hidup dalam perlawanan kepada Dia tapi Dia tetap pilih bapak, ibu, dan saya. Ini kasih Tuhan, Bapa memilih kita untuk menjadi anak-anak tetapi bukan anak-anak yang kemudian sempurna di dalam ketaatan dan cinta kepada Bapa, kita akan menjadi anak yang terus melukai, tetapi Papa itu mengasihi kita sejak kekekalan Dia tidak mengasihi kita karena Dia tahu saudara dan saya akan jadi orang-orang baik. Dia mengasihi saudara dan saya di dalam ketidaksempurnaan kita dan saudara dan saya bisa melihat Allah mengasihi saudara dan saya dengan kasih yang begitu kuat, kasih yang tidak dapat digagalkan oleh dosa termasuk dosa-dosa dan pemberontakan saudara dan saya kepada Dia. Ini kasih Tuhan, kasih yang sangat kuat, kasih yang begitu besar yang melampaui apapun dan kemudian kalau Dia mengasihi kita sejak kekekalan saya berapa kali bilang berarti ini adalah kasih yang kekal. Kasih yang kekal berarti tidak ada waktu di mana Allah

tidak mengasihi kita. Ketika saudara dan saya bergumul hari ini secara personal, secara komunal tekanan secara politis itu sering kali dipakai oleh iblis untuk menghancurkan gereja, tetapi tekanan politis tidak akan pernah bisa memisahkan saudara dan saya dari kasih karunia Allah. Apalagi? Saudara dan saya mengalami kekurangan, mengalami penderitaan? Paulus bilang, “kekurangan, ketelanjangan, penderitaan tidak akan pernah bisa memisahkan saudara dan saya dari kasih Allah, sebab Allah mengasihi saudara dan saya dengan kasih yang kekal”. Tidak ada waktu, tidak ada masa di mana saudara dan saya tidak dikasihi oleh Allah. Ketika hari ini saudara dan saya menjadi gereja Tuhan yang diizinkan oleh Tuhan berhadapan dengan penyakit bahkan berhadapan dengan kematian sekalipun, di dalam kondisi itu pun Allah mengasihi saudara dan saya dan kasih Allah yang kekal ini tidak bisa terlepas dari gereja-Nya. Kalau orang tanya kepada kita seberapa berharga gereja itu perhatikan bahwa Tuhan telah mengasihi gereja sejak kekekalan sebelum orang mengasihi saudara dan saya sebelum orang benci saudara dan saya, Allah telah mengasihi kita ketika saudara dan saya ada di dalam sejarah. Orang benci, orang menganiaya gereja, Allah masih mengasihi kita. Oleh sebab itu Yudas bilang, “Engkau gereja, engkau berharga, berharga di mata Tuhan”.

Sehingga mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Bapa sejak kekekalan, tapi kasih Allah itu bukan hanya kasih di dalam kekekalan. Kalau Dia hanya mengasihi saudara dan saya di dalam kekekalan kelihatan abstrak. Kasih Allah adalah kasih yang menembus masuk ke dalam sejarah ini. Kasih yang sangat konkret, sekali lagi kasih Allah di dalam kekekalan itu menembus masuk ke dalam sejarah sehingga ini adalah kasih yang konkret. Dia mulai dengan memberikan Kristus bagi saudara dan saya, maka di situ dikatakan kita dipanggil, kita bukan hanya dikasihi, tetapi kita dipanggil salah satu petunjuk yang boleh meyakinkan saudara dan saya bahwa kita, sekali lagi bahwa kita adalah umat Allah yang dikasihi oleh Allah. Bapak, ibu, dan saya tanya sendiri dalam hati pernah enggak terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Kalau saudara pernah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat itu berarti Allah mengasihi kita sehingga di dalam sejarah Dia berikan Kristus yang mati bagi kita dan keindahan Kristus inilah yang menjadi cara Tuhan untuk memanggil kita datang kepada Dia. Kalau Allah mau panggil saudara dan saya datang untuk jadi anak Allah, Dia akan mulai dengan memberi Kristus kemudian Dia memberikan pengertian melalui firman tentang Kristus dan kemudian saudara dan saya datang untuk meresponi Kristus. Keindahan Kristus adalah cara Tuhan untuk menarik saudara dan saya datang kepada Dia. Pernah saudara meresponi Kristus punya panggilan sebagai Tuhan dan sebagai Juru selamat sehingga Dia bilang kalau Allah mengasihi di dalam Allah Bapa maka melalui pekerjaan Allah Roh Kudus, Dia panggil kamu kalau Allah panggil kita berarti Dia panggil melalui firman menyelamatkan saudara dan saya menjadikan kita anak-anak Allah dengan jaminan keselamatan. Tetapi kalau Dia panggil kita, kita bukan hanya selamat tetapi ada ciri ini, Allah panggil dengan firman supaya kita mendekat dan berelasi dengan Dia. Tadi Pak Gok dan ibu membaca teks di tempat ini, Keluaran pasal 12, “inilah tandanya bahwa Aku menyertai engkau, inilah tandanya bahwa Aku mengutus engkau..”. Ini kan ngomong mengenai ini tandanya Aku menyertai engkau Musa. Inilah tandanya Aku mengutus engkau. Musa seorang hamba Tuhan merasa yakin bahwa dia disertai Tuhan, seorang hamba Tuhan merasa yakin bahwa dia diutus oleh Tuhan kapan? Ketika dia bilang, “ketika kamu nanti setelah aku bebaskan dari Mesir beribadah kepadaku di gunung ini”. Seorang hamba Tuhan yang disertai oleh Tuhan cirinya itu bukan dia mendapatkan segala sesuatu, bukan. Tetapi kalau dia disertai dan diutus oleh Tuhan, dia akan bawa umat Tuhan beribadah kepada Tuhan. Oleh sebab itu maka saudara dan saya akan melihat kalau Allah panggil saudara dan saya untuk menikmati keselamatan, Dia tidak mungkin tidak memberikan kesempatan bagi kita untuk beribadah kepada Dia. Dia akan panggil kita untuk mendekat maka dikatakan gereja adalah orang-orang yang dipanggil oleh Roh Kudus dengan firman untuk mendekat berelasi dengan Allah dan kemudian bertumbuh secara spiritual. Tapi kemudian ada kata yang ketiga dipakai di situ, dalam ayat yang ke-2, “mereka dipelihara untuk Yesus Kristus”. Mereka dipelihara, saya memulai dengan menggaris bawahi itu dipelihara, berarti saudara dan saya tidak akan mungkin kehilangan keselamatan kita. Di dalam dunia yang sulit dunia ini, sulit membayangkan bagaimana saudara dan saya bertahan di tengah-tengah dunia yang sulit, secara personal, secara komunal ada banyak tekanan tetapi saudara dan saya akan didapati setia sampai mati. Kenapa? Karena kita dipelihara oleh Allah Bapa, karena saudara dan saya dipelihara oleh Allah Tritunggal, sehingga Yesus Kristus bilang begini, “Aku akan mendirikan gereja-Ku, alam maut tidak akan menguasainya”. Bagi orang Yahudi begitu dia dengar kata maut, dia langsung mengerti dua hal. Pertama, kematian secara lahiriah. Kematian secara lahiriah tidak akan membuat gereja itu dikuasai oleh alam maut. Mereka mati tapi maut tidak menguasai mereka. Kematian secara lahiriah tidak akan memisahkan saudara dan saya dari kasih Allah.

Ini yang disebut sebagai jaminan Allah bagi saudara dan saya. Gereja itu tidak dikuasai oleh alam maut. Itu bicara mengenai apa yang disebut sebagai neraka. Meskipun mereka menderita tetapi Allah tidak akan membiarkan kuasa neraka itu menghancurkan gereja. Salah satu ciri saudara dan saya adalah gereja yang sejati adalah kesetiaan sampai akhir. Di dalam tradisi reformed kita akan bilang, “kita tuh gak pernah tahu satu orang itu umat pilihan Allah atau bukan, cuma Allah yang tahu”, tetapi saudara akan tahu saudara umat pilihan atau tidak salah satunya adalah hembusan nafas terakhir anda, kepada siapa Allah Anda memandang kesetiaan karena Allah yang memelihara kesetiaan bukan karena saudara dan saya kuat Kristus bilang Allah Maut tidak menguasainya pertanyaannya Kenapa Yudas jawab karena mereka dipelihara oleh Allah Tetapi kemudian ayat 2 juga ayat 1 juga bilang mereka bukan hanya dipelihara oleh Allah. Tapi kalau mereka dipelihara, mereka akan dipelihara untuk Yesus Kristus. Ini bicara mengenai perjuangan gereja untuk mengerjakan keselamatan. Allah kasih keselamatan, Allah pelihara mereka dengan cara mendorong mereka supaya mereka mengerjakan keselamatannya untuk Kristus, berarti gereja ada untuk Kristus sang Kepala gereja, sang Pendiri gereja. Gereja ada demi kemuliaan Kristus. Tapi sekarang kalau bapak, ibu dan saya lihat semua kata yang dipakai itu dikasihi dalam kekekalan, dipanggil dengan firman, untuk datang kepada Dia, lalu kemudian dipanggil dengan keindahan. Kristus yang mati di atas kayu salib bagi bapak, ibu dan saya dipelihara dengan Roh Kudus dan firman sehingga kita setia sampai akhir, dijagai sedemikian rupa di dalam segala perjuangan dalam mengerjakan keselamatan. Saya mau ingatkan bapak, ibu harga yang dibayarkan oleh Allah supaya bapak ibu dan saya bisa ada itu terlalu mahal, sangat mahal. Allah kita adalah Allah yang gak butuh bapak, ibu dan saya di dunia ini. Waktu saya menjelaskan mengenai teologi penciptaan, di dalam dunia ini semua yang diciptakan oleh Allah itu diciptakan untuk menceritakan kemuliaan Allah, tetapi di dalam dunia ini tidak ada satu ciptaan yang cukup memiliki, dari kekuatan dari dirinya sendiri untuk mengekspresikan seluruh kemuliaan-Nya. Enggak ada ciptaan yang bisa menampung seluruh kemuliaan Allah. Itu prinsip pertama. Yang ke-2, tidak ada ciptaan yang sanggup untuk memancarkan seluruh kemuliaan Allah. Kalaupun saudara dan saya memuliakan Allah, gak akan mungkin kita memuliakan Allah secara sempurna. Itu sesuatu yang gak mungkin. Allah gak butuh kita. Teks yang tadi Pak Gok dan ibu baca itu, ketika Dia datang, Yahwe datang di dalam rupa api, tetapi api itu tidak membakar rumput itu. Biasanya api ada karena ada bahan bakar, kali itu api menyala tanpa bahan bakar. Itu memberi petunjuk bahwa Allah. Kalau Dia ada, Dia gak butuh apapun. Aku adalah Aku, berarti Aku ada karena Aku ada. Aku tidak ada oleh karena disebabkan oleh sesuatu yang lain. Allah gak butuh bapak, ibu dan saya tetapi teologi penciptaan itu menceritakan mengenai apa yang disebut sebagai anugerah Tuhan Allah menciptakan ciptaan yang tidak sanggup untuk menampung kemuliaan-Nya. Allah menciptakan ciptaan yang tidak dapat memancarkan kemuliaan-Nya secara sempurna, sudah begitu ciptaan ini, termasuk saudara dan saya, adalah ciptaan yang jatuh yang cenderung bukan untuk mempermuliakan Dia, tetapi kemudian saudara dan saya mempermalukan Dia, menodai kesucian-Nya Dia. Tapi Dia sabar sekali. Bukannya Dia buang, tetapi kemudian Dia cari saudara dan saya, Dia pulihkan saudara dan saya, lalu sekali lagi Dia mau menyatakan kemuliaan-Nya melalui kita, yang disebut sebagai gereja. Di titik ini saudara dan saya mesti lihat semacam kesabaran Tuhan luar biasa besar bagi kita. Dan inilah teladan bagi saudara dan saya. Kenapa orang Kristen tidak boleh mencintai Kristus, sekaligus membenci gereja? Karena Allah itu tahu bahwa saudara dan saya tidak sempurna dan Dia mengasihi saudara dan saya dengan sepenuh hati. Ketika saudara dan saya menunjukkan ketidaksempurnaan, dengan sempurna Dia tarik saudara dan saya kembali.

Beberapa waktu lalu saya diskusi dengan istri saya, lalu kemudian istri saya itu dalam beberapa hal ya kemudian ngobrol-ngobrol, lalu kemudian bicara mengenai, katakanlah ada pergumulan, ada masalahlah, lalu kemudian vikaris Grace itu bilang, “Eh kadang-kadang kita bisa berharap supaya yang tidak sempurna itu tidak ada”. Lalu saya bilang, “Itu sesuatu yang gak mungkin”. Secara normal bapak, ibu kalau di bengkel, kalau kita ngomong mesin ya, ada satu baut yang rusak di dalam mesin itu, biasanya apa yang akan kita lakukan? Yang paling gampang kita buang kan ya? Kita keluarkan, kita buang, kita ganti dengan yang baru. Kalau kita mau harusnya begitu. Untuk menjaga mesin itu supaya mesin itu jadi bagus. Kalau dia ada di situ, dia rusak, dia akan merusak semua kalau terus dibiarkan.

Tapi ketika bapak, ibu dan saya dihadapan dengan gereja, gak bisa begitu. Kita semua nih baut yang rusak, lalu kalau mau dibuang, semua mesti dibuang. Enggak ada lagi isinya di gereja ini. Ketika saya, bapak, ibu ngobrol mengenai me-manage STT dengan me-manage gereja, lebih sulit me-manage gereja. Ketika bapak, ibu dan saya ada di STT itu gampang. STT itu kan sama mirip-mirip gereja-lah. Tempat pembentukan. Ada masalah tinggal SP1, SP2, SP3, selesai.

Di dalam konteks bergereja rasanya gak bisa berjalan begitu saja sedemikian. Kadang-kadang kita yang mesti tahan hati. Baut yang rusak itu harus tetap ada di situ karena satu saat Tuhan yang akan bikin dia ada di situ, dan mesin berjalan dengan dia. Salah satu kesulitan di dalam melayani gereja itu ini bapak, ibu.

Nah sehingga kalau saudara dan saya mau hadir dalam gereja ingat baik-baik, Kristus yang mendirikan gereja tahu bahwa gereja enggak sempurna, tetapi pada saat yang sama Kristus yang mendirikan gereja adalah Kristus yang tahu bahwa Dia bukan hanya memelihara gereja, tetapi Dia memungkinkan gereja untuk mengerjakan keselamatan, memuliakan Dia dan kemudian perlahan-lahan menikmati proses yang disebut sebagai penyempurnaan.

Maka saya bilang, Kristus gak mendirikan gereja yang sempurna, Kristus mendirikan gereja yang setiap hari, secara progresif, itu kemudian dibentuk dan disempurnakan. Oleh sebab itu maka saudara akan menemukan ayat yang ke-3. Sekali lagi dia gak sempurna tapi ada ayat yang ke-3, di situ bagian B, “aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan nasihati kamu supaya kamu tetap berjuang kamu berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus”.

Istilah iman itu bukan keyakinan hati. Secara subjektif istilah iman kalau di situ dikatakan diturunkan, diwariskan, berarti mestinya sesuatu yang objektif. Waktu saya khotbah di sini saya bilang itu bicara mengenai firman yang berkaitan dengan iman, yang membangun iman.

Firman yang bersifat objektif. Doktrin yang saudara dan saya kenal, saudara dan saya imani ini adalah kebenaran yang bersifat objektif. Maka saudara akan perhatikan tiga hal ini. Gereja yang sehat itu selalu didorong untuk mempelajari firman. Biasanya kita akan ngomong ini kan? Ya Tuhan kasih firman, kamu belajar firman. Yang kedua, biasanya kita bilang, “Kamu harus menghidupi firman”. Kalau kamu belajar firman maka kamu menghidupi firman. Kelihatannya Yudas enggak puas dengan itu, maka di dalam ayat yang ke-3 dia bilang, “kamu harus berjuang mempertahankan iman yang objektif itu, mempertahankan firman”.

Ada tiga yang dia perintahkan. Yang pertama, mempelajari firman, yang ke-2 saudara dan saya menghidupi firman untuk membentuk hidup, yang ketiga dia perintahkan untuk mempertahankan firman atau doktrin yang benar. Kenapa? Karena firman berkaitan dengan identitas saudara dan saya.

Kalau Dia mengasihi kita, Dia pasti kasih firman untuk membentuk identitas yang berbeda dengan dunia. Maka sejak ayat yang ke-3, saudara dan saya akan menemukan: “kamu, mereka; kamu, mereka”. Kenapa? Karena firman itu kalau saudara saya hidupi, dia akan mengkutubkan manusia menjadi dua: umat Allah dan yang bukan umat Allah. Yudas mulai pasal yang keempat langsung bilang, “ada orang-orang yang menyelusup masuk ke dalam kamu”. Setelah ayat yang kelima langsung dia bilang, “kamu, mereka, kamu, mereka, kamu, mereka”. Ada semacam dikotomi di situ, tetapi memang Tuhan memberikan firman untuk dipelajari, dihidupi dan dipertahankan karena inilah yang menentukan identitas bapak, ibu dan saya. Dia kasih firman untuk dipelajari ,dihidupi, dan dipertahankan karena ini adalah sumber kekuatan bagi saudara dan saya, supaya saudara dan saya tidak ditelan oleh alam maut. Saya pernah kasih gambaran di sini, alam maut tidak menguasainya, bapak, ibu bahasa aslinya itu kan gerbang maut tidak menguasainya, itu kan pada zaman itu kota selalu dikelilingi oleh benteng, lalu ada pintu gerbang yang cukup besar. Benteng itu kokoh, pintu itu tinggi besar dan biasanya butuh banyak orang untuk menarik pintu itu supaya pintu itu bisa terbuka. Butuh banyak orang untuk mendorong pintu itu supaya pintu itu bisa tertutup. Kenapa harus sebesar itu? Kenapa harus sekuat itu? Karena mereka selalu membayangkan perang itu bisa terjadi kapan pun. Semua orang yang di dalam benteng tentara itu dilatih, dipersiapkan dengan baik. Ketika mau perang baru kemudian pintu itu dibuka. Biasanya ketika mereka keluar, mereka akan keluar dengan satu keyakinan, kami akan perang dan kami harus memenangkan pertarungan ini. Sehingga digambarkan di situ, kalau itu tentara kerajaan maut, begitu pintu itu dibuka gak ada yang bisa menahan mereka. Mereka keluar dan mereka akan pulang dengan kemenangan, dan faktanya memang begitu. Ketika tentara maut itu keluar, biasanya enggak ada yang tersisa. Mari kita bicara mengenai maut secara akidah, ketika kematian itu datang, bapak, ibu, dan saya kaya, miskin gak bisa menahan kematian. Apalagi? Tua dan muda, saudara dan saya gak bisa menahan kematian. Apalagi ketika pintu gerbang itu dibuka tentara itu keluar, yang ada cuma satu, kebinasaan dan setelah dia keluar, dia memenangkan pertarungan, mereka kembali trompet dibunyikan oleh tentara yang ada di menara itu. Maka orang akan tarik pintu itu dan pintu itu akan dibuka. Tentara yang dari luar, yang memenangkan peperangan, bersama dengan para tawanan itu akan masuk. Begitu seluruh tentara masuk, barisan terakhir masuk, pintu ditutup. Begitu pintu ditutup, tawanan yang dibawa masuk gak akan pernah bisa keluar, gak bisa. Tetapi Tuhan Yesus bilang. “Aku akan mendirikan gereja-Ku,” lalu kemudian Dia bilang, pertama: “alam maut tidak akan menguasainya”. Tentara itu mau keluar sehebat apapun, dia gak akan pernah bisa menghancurkan gereja. Itu yang pertama. Tapi bapak, ibu perhatikan Matius pasal yang ke-16, ada kalimat yang kedua, “Aku memberikan kepadamu kunci kerajaan surga. Apa yang kamu ikat di bumi ini, terikat di surga. Apa yang kamu lepaskan di bumi ini, terlepas di surga”. Bicara mengenai satu kekuatan yang begitu luar biasa besar sehingga pintu maut itu mau menahan tawanan seperti apa pun, kalau gereja datang dan gereja menyerang dia, pintu itu pasti akan terbuka. Membuka untuk menarik keluar tawanan di dalamnya. Pertanyaannya kunci apa ini? Paulus bilang, injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Kunci yang menghancurkan, dan membuka pintu gerbang kerajaan surga sekaligus menghancurkan pintu gerbang maut itu adalah Injil. Dan inilah yang diwariskan kepada gereja. Gereja harus mempelajarinya, gereja harus menghidupinya, dan gereja harus mempertahankannya. Gereja selalu ada di dalam peperangan. Perang secara rohani itu, bapak, ibu, itu sesuatu yang tak bisa dihindari. Ketika saudara dan saya di gereja Tuhan, jangan berharap kehidupan kita aman kan ya. Maka kalau saudara dan saya lihat ayat yang ketiga bercerita mengenai Tuhan itu, ayat satu, dua bilang, gereja mulia. Ayat 2 dia langsung memberi peringatan, “Saya mau mengingatkan kamu kepada firman untuk mempertahankan”. Kenapa? Karena sudah ada penyusup di sana. Bahaya yang paling besar, yang menghancurkan gereja, adalah kehancuran dari dalam bukan dari luar. Dan kemudian ada yang namanya penyesatan, oleh karena itu maka orang kristen selalu diminta untuk berjaga-jaga. Perjanjian lama, perjanjian baru selalu ngomong mengenai perang. Paulus bilang, “kamu itu harus berjaga-jaga. Iblis itu seperti singa yang mengaum-ngaum dan kemudian berkeliling untuk mencari siapa yang bisa ditaklukkannya”. Lalu kemudian dalam konteks peperangan rohanilah dia bicara mengenai pedang roh, yaitu kebenaran firman. Di dalam perjanjian lama permusuhan dan peperangan itu diinisiasi oleh Allah. Menarik, Allah yang adalah Raja Damai itu kemudian menginisiasi perang permusuhan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dengan perempuan ini, Aku akan mengadakan permusuhan antara keturunannya dengan keturunan mu. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, engkau akan meremukkan tumitnya”. Konteksnya perang dan Allah yang menetapkan perang. Gereja gak akan pernah bisa menikmati damai tanpa perang, ini sesuatu yang sifatnya paradoks. Biasanya dunia ini akan berusaha untuk melakukan gencatan senjata kalau ada perang supaya terjadi damai, tapi Allah bilang enggak, gereja itu hanya bisa menikmati damai kalau mereka ada di dalam peperangan secara spiritual. Peperangan itu harus terjadi dan kalau saudara dan saya tidak mau berperang cukup jadi gereja yang benar dan perang akan datang. Kenapa? Karena alkitab memberi petunjuk iblis itu tidak akan diam dan saudara dan saya bisa lihat gereja ini adalah gereja yang begitu dikasihi oleh sang rasul. Gereja ini adalah gereja yang begitu dicintai oleh rasul sehingga rasul Yudas itu kemudian berbicara mengenai gereja yang mulia. Banyak hal dipakai dalam ayat 1 itu indah sekali sebenarnya. Tetapi kemudian digambarkanlah apa yang terjadi dengan mereka setelah musuh itu masuk dan mengacak-acak mereka? Iblis masuk dengan tipu muslihatnya dan kemudian dia membuat gereja kehilangan jati dirinya. Firman diberikan untuk menjaga jati diri, iblis datang memutar balikkan firman. Tujuan utamanya adalah saudara dan saya bukan mati secara lahiriah, kalau boleh kita hidup tetapi kemudian kehilangan jati diri sebagai umat Tuhan

Sudara kalau iblis mau datang ke GRII Cikarang dia gak akan tutup GRII Cikarang. Untuk apa dia tutup? Gak ada gunanya, tapi dia akan membuat saudara dan saya tidak menghidupi identitas sebagai umat Tuhan dan itu sebuah kesaksian yang buruk dan akan menghancurkan GRII Cikarang. Dia cukup menyusupkan dirinya ke dalam gereja lalu menghancurkan kita dan salah satu yang paling berbahaya adalah dia membuat gereja kehilangan identitasnya. Maka ayat 5 sampai ayat 7, kalau bapak, ibu baca dan perhatikan dengan baik, ada satu hal ciri yang sangat penting yang hilang di sana yaitu kekudusan. Begitu dia masuk ke dalam gereja yang hilang adalah kekudusan hidup.

Pendeta Stephen Tong berkali-kali dia khotbah lalu kemudian dia bilang begini, “Ada satu ciri gereja gak pernah bisa ditiru oleh iblis itu kekudusan”. Iblis itu bisa meniru banyak hal tetapi kekudusan tidak. Bapak, ibu ketika bicara mengenai kekudusan kan ini bukan orang kristen ngomong kekudusan bukan hal yang tampak eksternal saja, dari luar baik sesuai dengan hukum tapi kan bicara mengenai hati yang mengasihi dan mencintai Tuhan. Iblis gak bisa meniru ini. Secara eksternal dia bisa tiru tetapi dari dalam dia gak bisa tiru karena dia, selama dia ada, dia gak akan pernah bisa mengasihi dan mencintai Tuhannya. Persoalannya adalah ajaran yang salah itu sudah masuk ke dalam jemaat di dalam Kitab Yudas dan kemudian menghancurkan menghilangkan ciri utama gereja yaitu kekudusan. Salah satu pendeta kita itu ketika ditanya apa tandanya bahwa kami tanda yang membuat kami itu boleh yakin bahwa kami telah menerima keselamatan di dalam Kristus? Dia sebut satu kata ini, kekudusan. Kalau kamu itu sudah menikmati apa yang disebut sebagai keselamatan di dalam Kristus dan kamu yakin bahwa kamu adalah umat Tuhan, dia bilang perhatikan baik-baik ada kekudusan enggak dalam hidup? Semakin lama kita menjadi semakin suci atau tidak? Aneh kalau saudara dan saya mengatakan kita telah menerima Kristus tapi pada saat yang sama hidup kita tuh makin lama makin jahat, hidup kita makin lama makin tidak serupa dengan Kristus. Itu berarti kita menyebut diri kristen sambil kehilangan ciri utama kekristenan yaitu kekudusan. Dan ayat 5 sampai ayat 7 menceritakan semua itu, gereja kehilangan kekudusannya. Ini ironi sekali, Allah yang kudus memberi firman yang kudus, tetapi kemudian gereja hidup di dalam ketidakkudusan. Pertanyaannya, kenapa ayat 8 sampai 10 bicara mengenai orang-orang yang buta terhadap kebenaran? Bapak, ibu bagi saya ini penting untuk kita ingat sekali lagi karena buta terhadap kebenaran itu tidak selalu sama dengan tidak paham kan. Sering kali kita bilang, kenapa orang tidak terima Kristus? Karena mereka buta secara spiritual. Gak ada yang salah sih, engak ada yang salah dengan itu karena buta secara spiritual (31:24) memang berarti tidak paham kebenaran, itu salah satu maknanya. Itu sebab banyak orang baca alkitab, kadang-kadang baca sambil baca, habis dia baca dia lawan alkitab. Saya pernah sharing di tempat ini, pernah hadir dalam satu diskusi lintas agama dan kemudian ada pembicara Kristen, ada pembicara yang bukan Kristen. Lalu kemudian setelah masuk di dalam diskusi ada sejumlah orang muda yang hadir dan kemudian untuk mendegradasi keyakinan bahwa alkitab adalah firman, mereka menunjuk kepada kitab Kidung Agung. Bapak, ibu pernah baca Kidung Agung kan? Bapak, ibu.. Ya itu kan mau menggambarkan keintiman antara relasi keintiman, dalam relasi Allah dengan umat-Nya. Maka saudara dan saya akan menemukan di dalam kitab Kidung Agung relasi yang intim antara suami dan istri itu kemudian diangkat di sana. Saudara akan menemukan tulisan-tulisan di sana itu begitu vulgar untuk menggambarkan relasi antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dengan gereja sebagai mempelai perempuan itu begitu intim dan keindahan relasi itu digambarkan di sana. Tetapi kalau orang salah baca, mereka akan menemukan itu seperti kitab, kok kitab suci kok isi tulisan-tulisan kayak begitu? Dan yang menarik adalah di dalam diskusi itu dia bilang begini, “Bagaimana mungkin ya kitab suci itu isinya kayak begini? Misalnya di dalam Kidung Agung pasal sekian, ayat sekian, kami itu masih buka, cari Kidung Agung aja kadang-kadang kita cari Kidung Agung, karena jarang baca kita gak tahu perjanjian lama, perjanjian baru kami buka? Kami masih buka, masih cari belum ketemu ayat, dia sudah sebut ayatnya. Lalu ketika kami lihat, persis. Yang kedua, Kidung Agung pasal sekian, ayat sekian selain itu dia ngomong dosa Daud dan seterusnya, kok kitab suci cerita dosa orang begitu? Tetapi kemudian saudara saya bisa lihat bahwa orang-orang ini berarti belajar bukan cuma belajar, hafal. Kalau kita gereja itu kan kebenaran Alkitab itu di luar kepala, mereka tuh kebenarannya di dalam kepala itu. Yang  bikin saudara dan saya sulit memahami firman semua di luar kepala yang di dalam enggak ada. Mereka, apa yang mereka pelajari ada di dalam kepala, sehingga dia bisa langsung ngomong dan kami masih cari. Tetapi aneh ya, orang yang menghafal Alkitab secara presisi, dia sebut pasal dan ayatnya, tapi pada saat yang sama pasal dan ayat yang mau bercerita mengenai kemuliaan Kristus, dalam relasi dengan gereja itu, dipakai untuk melawan Kristus dan gereja. Aneh kan ya? Ini tanda dari apa yang disebut sebagai kebutaan secara spiritual. Sebab itu kan Paulus bilang ada orang-orang yang sambil melawan Allah, membinasakan gereja, mereka pikir mereka sementara beribadah kepada Allah. Ini kebutaan secara spiritual dan biasanya kebutaan macam ini terjadi di luar gereja. Tapi yang kedua, bapak, ibu sekarang yang ada di dalam gereja. Di dalam Kitab Yudas ini yang dibicarakan ayat 8 sampai 10 kebutaan terhadap kebenaran. Buta terhadap kebenaran itu terekspresi dalam kondisi kedua. Paham kebenaran tetapi tidak bisa menaatinya, karena sistem nilai kita rusak.

Jadi kita paham firman, kita gak bisa hidupi karena sistem nilai rusak. Saya pernah sharing di sini, anak saya tahu bahwa sepupunya dia itu gambar dan rupa Allah, manusia gambar rupa Allah, kalau saudara tanya manusia mulia nggak? Stefani, dia akan bilang, “mulia”. Kalau kami hukum dia, dia akan kadang-kadang bilang Stefani ini gambar dan rupa Allah. Jadi enggak boleh dihukum, dia mulia. Tapi dia bisa pukul sepupunya dia karena sepupunya pukul anjingnya.

Di dalam konteks itu dia paham, saya gak bilang dia buta, tapi saya mau bilang dia paham manusia itu mulia, tetapi dia punya cinta kepada anjingnya jauh lebih besar daripada cintanya kepada gambar dan rupa Allah, sehingga ketika gambar rupa Allah melukai anjing dia lebih memilih untuk melukai gambar dan rupa Allah daripada kemudian mencoba untuk memberi nasihat yang benar tentang bagaimana harusnya manusia berelasi dengan alam semesta misalnya.

Kalau saudara dan saya mau bawa itu keluar, banyak orang kristen itu tahu kebenaran tetapi mereka kadang-kadang tidak bisa menghidupi kebenaran. Kenapa? Karena kadang-kadang mereka tidak mengerti sistem nilai yang benar. Maka saudara akan menemukan di dalam ayat yang ke-7 orang-orang mengejar kepuasan sementara di dalam dunia ini. Mereka tidak peduli dengan kehidupan kekal dan hukuman kekal (35:33). Hal yang penting mereka abaikan dan mereka kejar sesuatu yang sementara. Sistem nilai kacau. Bapak, ibu ketika saya berbicara sedemikian, sekali lagi ini terjadi di dalam gereja. Banyak orang mencari apa yang disebut sebagai kepuasan-kepuasan lahiriah tanpa mempedulikan kehidupan yang kekal, hukum Allah yang kekal, bahkan hukuman yang kekal itu tidak dipedulikan. Ini ciri dari apa yang disebut sebagai kebutaan secara spiritual. Kebutaan secara spiritual tampak nanti di dalam ayat yang ke-8 ketika mereka memandang atau menghina (36:05) hal-hal yang mulia di surga. Ada hal-hal yang mulia secara spiritual, Allah bilang itu mulia dan seharusnya umat Allah menghargai itu. Ayat 8 itu mereka menghina hal-hal yang mulia di surga demi mendapatkan apa yang mereka inginkan di bumi. Ini Tuhan Yesus pernah bilang, “kalau kamu mau kejar sesuatu kamu kejar upah yang ada di surga karena ngengat dan karat tidak bisa menghancurkan harta itu”. Saya tidak bilang bahwa kemudian saudara harus menyingkirkan semua yang saudara dan saya punya, yang saya mau katakan adalah perjuangan kita harus digerakkan oleh sistem nilai yang benar. Pak Tong pakai istilah “first thing first”, hal yang paling utama itulah yang kemudian harus dimengerti, itulah yang harus dikerjakan, itulah yang harus diperjuangkan. Kebutaan itu bukan berarti saudara dan saya gak paham firman, tetapi kadang-kadang ada prioritas-prioritas tertentu di dalam kehidupan saudara dan saya yang membuat saudara dan saya pada akhirnya mengabaikan firman, mengabaikan kebenaran yang kita punya. Ini menunjukkan sistem nilai yang saudara dan saya adopsi sistem nilai yang saudara dan saya pakai itu kacau. Hal yang paling sederhana adalah bagaimana saudara dan saya bersikap terhadap gereja. Tadi saya bilang kan ya bahwa cara Allah memperlakukan gereja itu adalah cara anak-anak Allah memperlakukan gereja personal maupun komunal. Saya gak ngomong hanya komunal, tapi personal maupun juga komunal. Kalau Allah di dalam kondisi melihat gereja tidak sempurna dia

Mengasihi, dia memelihara, dia memulihkan bagaimana saudara dan saya berhadapan dengan ketidaksempurnaan gereja secara personal maupun secara komunal. Orang yang bilang, “kami mengasihi Kristus”, dia tahu ini penting tapi kemudian dia bilang dia benci gereja karena ketidaksempurnaannya, dia tidak tahu apa yang penting di dalam dunia ini. Saya gak bilang saudara dan saya tidak boleh punya kemarahan, yang saya mau katakan adalah kemarahan saudara dan saya perlu diarahkan oleh apa yang disebut sebagai prioritas, sistem nilai.

Allah itu saking mengasihi gereja, Dia bisa kasih Kristus, berikan Kristus bagi saudara dan saya untuk mati bagi saudara dan saya dan saudara dan saya gak begitu peduli dengan gereja, ini aneh, karena sistem nilai kita berbeda dengan apa yang menjadi sistem nilai yang Allah berikan. Tetapi kalau sistem nilai kacau maka bapak, ibu dan saya akan menemukan bahwa gereja itu kemudian punya kehidupan pasti kacau. Ketidakkudusan Itu berakar pada kebutaan terhadap kebenaran. Bukan hanya tidak paham firman. Saya kira kita harus berhati-hati terhadap ketidakpahaman terhadap firman, bahkan kan di dalam pelayanan kan. Kadang-kadang orang menjadi tidak dewasa, kalau bapak ibu datang GRII ini Kalau pelayanan baju putih semua. Kalau mereka jalan berdua-dua di depan orang bisa sangka itu Mormon, tapi kenapa kita ibadah pakai baju putih? Sesekali pakai merah, tadi ibu-ibu pakai merah, saya tadi waktu buka lemari saya, saya sudah mau pakai merah, cuma saya takut ibu-ibu suruh saya nyanyi. Jadi enggak usahlah. Tetapi pertanyaannya sekarang adalah kenapa sering kali orang pakai putih? Satu kali di dalam di dalam konteks pelayanan kami itu pernah ada pertanyaan, “Kita kenapa harus pakai putih?” Karena orang baru datang kan ya, baru datang belajar pelayanan mungkin bosan juga lihat pakai putih terus. Tiap kali dia lihat pendeta pakai baju putih, cuma kulitnya aja yang hitam, lalu semua penatalayan putih-putih. Lalu entah kenapa mesti pakai putih, sayangnya orang reformed jawabnya, “karena pusat begitu”. “Kenapa pakai putih?” “Karena pusat pakai putih”. Lah kalau begitu ibadah saja di pusat kan. Ya tapi kalau saudara dan saya lihat kan ada penjelasan kan. Putih itu bukan masalah simbol ya, tapi kenapa kita pakai putih ya salah satunya adalah kesederhanaan. Hampir semua orang punya baju putih bapak, ibu, sehingga kalau penatalayan kita pakai hari ini merah, besok biru, kasihan orang, enggak mau pelayanan lagi, terutama yang enggak punya baju merah, enggak punya baju biru. Tapi kalau saudara dan saya bilang baju putih, anak sekolah itu juga punya baju putih kan, cuma tutup sedikit OSISnya. Tapi bisa pakai itu untuk kemudian melayani terlalu sederhana untuk kemudian melayani Tuhan. Itu ada semacam penjelasan di sana, apa yang saya memaksudkan di sini adalah pemahaman itu penting untuk mengarahkan segala sesuatu.

Di dalam pelayanan bapak, ibu dan saya kalau kita memahami firman kita tidak buta, maka ada banyak hal itu kemudian kita bisa jalan sama-sama. Waktu mau janji iman di Depok kemudian ada satu orang datang, dia datang dari gereja yang lain, dia bilang, “kami kalau mau apa,kenapa harus pakai janji iman? Bikin jemaat repot. Kenapa kita tidak bikin semacam malam puji-pujian lalu kemudian kita undang orang, undang orang lalu kita entertain mereka saja. Jadi habis nyanyi nanti mereka kasih apa, persembahan?”. Lalu penatua Karel itu jawab begini, sederhana, “Masa mau kasih persembahan sama Tuhan aja kita mesti entertain?”. Bisa tangkap maksud saya? Harus di-entertaint dulu baru dia kasih persembahan sama Tuhan. Kalau dia kasih persembahan, dia kasih, bukan tunggu gereja entertain dia baru kemudian dia kasih. Saya bersyukur enggak harus saya yang jawab, tapi ada penatua yang mengerti. Tapi setelah memberi penjelasan sama-sama mengerti, plong itu. “Oh ya sudah kalau begitu kita sama-sama janji iman”. Kalau dengan pengertian yang sama saudara dan saya akan bergerak kepada satu arah yang sama, bukan gak ada perdebatan sih. Mestinya ada, tetapi setelah saudara dan saya mengerti kebenaran yang sama itu akan menolong kita apa ya, meminimalisir perdebatan yang tidak perlu. Saudara dan saya dibesarkan di dalam latar yang berbeda, prinsip yang berbeda, prinsip dalam keluarga, prinsip gereja yang kemudian bisa saja juga berbeda-beda. Tetapi begitu ketemu di dalam satu tempat yang sama, selama saudara dan saya membuka diri untuk memahami kebenaran itu akan menolong kita di dalam banyak hal sehingga mau tidak mau usaha untuk mencari pemahaman yang benar terhadap kebenaran firman tidak boleh berhenti di dalam gereja.

Saya berharap bapak, ibu bisa mengerti kenapa kemudian ketika kita mengajak saudara untuk melayani kan. Mari kita melayani sudah wajib ikut apa persiapan hati, wajib ikut PA. Kok macam-macam terlalu banyak sekali kewajiban. Tapi bapak, ibu coba lihat itu sesuatu yang tidak berlebihan sebenarnya. Eh saya gak tahu bapak ibu merasa berlebihan ya, tapi saya rasa itu gak berlebihan. Berdoa sama-sama itu tidak berlebihan. Kalau bapak, ibu kerja satu pelayanan lalu bapak, ibu kerja dengan sungguh-sungguh, bapak, ibu akan sadar bapak, ibu dan saya enggak sanggup. Justru kalau kita serius, kita akan ketemu ini enggak bisa sampai standar ini, maka bapak, ibu dan saya akan sadar ada kebutuhan untuk berdoa. Ketika saudara dan saya kemudian melayani, hamba Tuhan itu juga butuh koreksi, maka bapak, ibu harus memahami kebenaran untuk kemudian mengoreksi, memberikan petunjuk hamba Tuhan kan bukan Tuhan tetapi bapak, ibu dan saya perlu berdiri di atas fondasi yang sama untuk mengerjakan hal ini. Nah, yang berbahaya adalah kalau saudara dan saya pertama, tidak memiliki pemahaman yang benar, yang kedua kita punya pemahaman tetapi kemudian sistem nilai yang masih mengarahkan kita itu bertentangan dengan apa yang ada di dalam kebenaran firman, kita perlu mempertimbangkan hal ini. Karena kalau kita membiarkan sistem pemahaman, baik sistem nilai yang mengarahkan ini tidak berasal dari kebenaran firman, rusak. Jangan lupa di dalam kitab Wahyu ada satu gereja yang terlihat begitu sempurna sebenarnya. Kalau kita bandingkan tujuh gereja, gereja paling pertama, gereja Efesus itu yang paling baik dari luar. Dia menderita tapi dia tahan menderita. Di tengah-tengah penderitaan masih melayani Tuhan bapak, ibu. Atau mari kita lihat supaya kita baca itu lalu kemudian saudara akan lihat, “Wah itu gereja sempurna”, lalu nanti bapak, ibu coba pikir, mirip gereja yang mana Ini? Wahyu pasal yang kedua kita baca bergantian ayat 1 sampai dengan ayatnya yang ke-7. Nanti ayat 7 kita baca sama-sama. “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus, inilah firman dari Dia yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu”. Ayat 2, “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” Ayat 3, “Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku dan engkau tidak mengenal lelah”. Ayat 4, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”. 5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh bertobatlah Dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan jika tidak demikian aku akan datang kepadamu dan aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya Jikalau engkau tidak bertobat”. 6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. 7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah”.

Saudara bisa lihat ya di mulai ayat 2, “aku tahu segala pekerjaanmu”. Salah satu ciri Tuhan tahu segala sesuatu, dia bilang, “Allah, Dia ada di antara tujuh kaki dian, tujuh kaki dian itu gambaran dari tujuh gereja yang menjadi saksi di dalam dunia. Lalu kemudian dia bilang, “Dia ada di antara gereja”, oleh karena Dia ada di sana maka setiap kali Dia ngomong kepada tujuh gereja. Dia selalu mulai dengan mengatakan, “Aku tahu”. Gak ada yang Dia enggak tahu dalam pergumulan gereja, mulai dari yang menyenangkan, sampai enggak menyenangkan. Dia bilang, “Aku tahu”, lalu kemudian apa yang Dia tahu? “Aku tahu jerih payahmu, maupun ketekunanmu”. Mereka adalah orang-orang yang bekerja keras di dalam pelayanan. Bahkan bapak, ibu ayat yang ketiga, “dan engkau tetap sabar menderita oleh karena nama-Ku dan engkau tidak mengenal lelah”. Mereka itu adalah orang-orang yang menderita karena nama Tuhan. Jadi mereka bukan hanya rajin pelayanan, tapi mereka juga adalah orang-orang yang menderita, tetapi di tengah-tengah penderitaan itu mereka tetap bertekun bahkan dikatakan, “mereka tidak mengenal lelah”. Penderitaan tidak dapat menghentikan gereja di efesus ayat 2 kita balik lagi ke sana engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat dan bahwa engkau telah mencobai atau menguji mereka yang menyebut diri Rasul tetapi yang sebenarnya tidak demikian. Bukan hanya menguji tetapi bahwa engkau, kau telah mendapati atau membuktikan mereka Pendusta. Untuk menguji pengajar sesat dan membuktikan pengajar sesat itu sesat butuh orang yang belajar kan ya. Jadi saudara akan menemukan ayat 2 sampai 3 ini, ini gereja terlalu sempurna. Sampai ayat 6, tapi ini yang ada padamu yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus. Kalau saudara lihat nanti gereja kedua, sampai ketujuh, gereja-gereja yang lain tuh terjebak di dalam dosanya. Pengikut-pengikut Nikolaus, gereja yang ini enggak, mereka hidup dalam kesucian yang juga benci. Jadi punya semacam afeksi yang kira-kira mirip dengan Tuhan. Semua begitu baik kecuali satu, kamu kehilangan kasih yang mula-mula. Semua baik pengertian baik, pelayanan baik semangat baik penderitaan tetap melayani orang-orang yang begitu setia tapi sistem nilainya, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sudah gak ada. Jadi untuk apa saudara dan saya punya doktrin baik tetapi kasih kepada sesama sudah gak ada? Siapa yang dilayani sebenarnya? Hari itu apa gunanya punya semua itu? Melayani dengan rajin tetapi pada saat yang sama kasih kepada Allah sudah gak ada. Ada semacam persoalan yang sangat besar muncul di dalam jemaat yang pertama, yang sangat sempurna itu, dan Allah menghina itu, Allah mengecam hal itu. Kenapa? Karena nanti tindakan yang seperti ini, pengertian yang lahir dari atau kebutaan oleh karena ketiadaan, pengertian terhadap sistem nilai keberanian untuk menjalankan kebenaran sesuai dengan sistem nilai yang benar itu akan membuat gereja itu hancur. Maka Tuhan Yesus datang lalu Tuhan Yesus bilang, “Kamu harus bertobat, kamu harus kembali kepada posisi yang seharusnya”. Iblis punya tipu muslihat itu begitu halus. Orang yang mengerti kebenaran ditipu dengan menyusupkan sistem nilai yang bukan Alkitab masuk ke dalam gereja dan gereja hancur oleh karena itu.

Oleh sebab itu saudara akan menemukan 11 sampai 13, orang mengejar kenikmatan hidup di jalan yang lebar tapi pada saat yang sama membawa mereka kepada kecelakaan. Kalau saudara dan saya lihat ayat 14 sampai 16, dari zaman perjanjian lama sampai zaman Henokh orang-orang yang berjalan di jalan yang lebar ini akan berhadapan dengan penghakiman. Sekarang bapak, ibu, saya mau tutup renungan ini dengan mengingatkan saudara dan saya kepada obatnya. Kalau gereja sudah kayak begitu apa yang kemudian menjadi obat bagi gereja ayat 17 ayat 3 mulai dengan firman sekarang ayat 17 itu mengapit situasi itu, “tetapi kamu saudara-saudaraku yang kekasih”, kamu, kamu, bukan mereka, ingatlah apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus. Ingatlah kepada perkataan para rasul. Bentuk perkataan para rasul itu ditulis dalam bentuk imperfect untuk mengatakan itu adalah pengajaran yang diulang-ulang oleh para rasul. Ini kemungkinan pertama atau yang kedua itu adalah ajaran yang sama yang datang dari rasul yang berbeda jadi kira-kira ini adalah penekanan yang sama dari banyak rasul. Kalau ada 12 rasul di situ 12-1-nya mengajarkan hal ini maka dia bilang perkataan perkataan ini adalah perkataan-perkataan yang datang dari para rasul berarti itu adalah sesuatu yang penting. Bapak, ibu kadang-kadang kita gak begitu suka dengan hal yang kuno tetapi ketika dikatakan dia ini adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang. Yudas mau bilang ini adalah ajaran masa lalu yang diwariskan kepada gereja, tetapi ajaran ini begitu fondasional, meletakkan gereja di atas batu karang yang kokoh. Masih ingat perumpamaan Tuhan Yesus, orang kalau mau bangun rumah, dia harus bangun di atas karang dan karang itu telah diwariskan bagi gereja. Mulai dari para rasul sampai hari ini, tapi kalau dia bilang, itu adalah sesuatu yang bersifat bersifat imperfect, itu berarti firman yang diajarkan di masa lalu itu masih berlaku sampai hari ini. Bagi siapa? Bagi gereja secara personal, dan gereja secara komunal. Kenapa? Masih berlaku ya karena firman datang dari Allah yang kekal. Allah yang kekal perkataan-Nya kekal. Allah tidak berubah, berarti perkataan-Nya, firman-Nya itu tidak berubah. Tuhan Yesus bilang, “satu iota pun tidak akan berubah”. Bahwa konteks hidup saudara dan saya berbeda dengan jemaat mula-mula, itu tidak sama dengan firman, harus kemudian berubah sesuai dengan konteks. Kita, saudaralah yang harus menyesuaikan hidup sesuai dengan konteks firman. Tulisannya ini terlihat kuno tetapi Yudas bilang jalan keluar bagi saudara dan saya adalah kembali balik lagi kepada warisan yang terlihat kuno. Bapak, ibu alkitab bekerja dengan cara memberikan kepada kita apa yang disebut sebagai prinsip interpretasi yang benar. Seorang filsuf namanya Hans-Georg Gadamer. Gadamer bilang begini, “Di dalam dunia ini hidup gak bisa berjalan tanpa melalui proses yang disebut sebagai interpretasi. Segala sesuatu hanya bisa berjalan jika interpretasi kita benar”. Sekali lagi, apa pun itu, selalu melebatkan proses interpretasi. Cara saya memperlakukan Pak Peter itu sangat bergantung bagaimana saya menginterpretasi Pak Peter. Orang bisa bersikap kepada saudara dan saya dengan tidak begitu mengenakkan karena mungkin ketika saudara dan saya datang berjumpa dengan dia pakaian kita tidak seperti ekspektasinya dia. Dia pikir orang ini ya, apalah itu, tapi dia harus menginterpretasi seseorang, cara kita berelasi dengan orang itu berkaitan dengan hal ini. Cara saudara dan saya menanggapi WA seseorang kepada kita, itu kan harus melewati proses interpretasi kan ya. Kata yang sama, karena tidak ada nada, tidak ada apa-apa di situ kita tidak lihat wajahnya, saudara dan saya harus interpretasi itu. Dan manusia dicipta sebagai interpretator. Bapak, ibu mau lihat itu di dalam konteks Kejadian, itu langsung memberi petunjuk kita itu. Interpretator pertama adalah ketika Allah menciptakan semua di dalam taman Eden, kemudian Adam dan Hawa tidak tahu pohon mana yang tidak boleh dimakan, kecuali Allah datang. Lalu Allah kasih tahu semua di sini boleh dimakan, kecuali yang ada di tengah. Yang di tengah itu tidak boleh kamu makan karena kalau kamu makan pasti kamu akan mati. Allah menuntun interpretasi mereka sehingga dengan demikian mereka mengerti mana boleh dimakan, mana yang tidak boleh dimakan. Hans-Georg Gadamer bilang, “semua di dalam dunia ini kalau mau berjalan harus melewati proses interpretasi:. Saudara akan memperlakukan perempuan dengan benar kalau interpretasi terhadap perempuan benar. Saudara akan memperlakukan anak dengan benar kalau saudara menginterpretasi anak dengan benar. Saudara akan memperlakukan gereja dengan benar kalau interpretasi saudara dan saya benar. Nah pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mendapatkan interpretasi yang benar. Saya kutip orang kedua itu Cornelius Van Til, dia salah satu tokoh reformed yang saya suka sekali dia bilang kita bukan Cornelius Van Til kita ini reinterpretator. Saudara dan saya bukan menginterpretasi realitas tapi saudara dan hanya menginterpretasi ulang dan interpretasi yang benar harus sama dengan interpretasi Tuhan. Ketika Hawa lihat buah itu dia bilang begini, “Buah itu baik untuk dimakan. Lagi pula menarik hati. Maka diulurkanlah tangannya”. Interpretasi dia beda dengan interpretasi Tuhan. Supaya saudara dan saya punya interpretasi benar seperti interpretasi Tuhan, Allah tidak bicara langsung tapi Dia kasih apa yang dibicarakan oleh para nabi dan para rasul bagi saudara dan saya dan sampai hari ini 66 kitab itu masih ada di tangan saudara dan saya. Maka ketika berhadapan gereja, berhadapan dengan ajaran yang bermasalah kehidupan mereka tidak beres perintahnya sederhana, ingatlah kepada perkataan para rasul, ingatlah kepada firman dan kata perkataan para rasul, itu datang dari satu kata yang pernah saya singgung di sini Rhema. Ingatlah kepada sesuatu yang pernah kamu pelajari dan melalui proses itu Allah akan menolong kamu mengingatkan itu kembali. Jadi ini bukan hanya sekedar proses mengingat, ini adalah proses yang berakar kepada proses yang tadi saya bilang belajar. Kita belajar, kita membaca lalu kemudian Allah memberi ingat-ingatan kepada kita.

Saya dengan vikaris Grace pernah ketemu satu ibu yang berceritalah tentang pergumulannya. Dia seorang bendahara di sekolah itu, dia bendahara lalu kemudian waktu anak pertamanya lahir, keluarganya dia pegawai negeri, pada zaman dulu memang hidup, tetapi hidupnya juga bukan seperti, mungkin tidak senyaman banyak orang lah. Sehingga bertahan dengan gajinya dia. Begitu anaknya lahir kemudian kebutuhan makin besar, lalu kemudian dalam cerita itu, dia kasih kami satu gambaran, ya dia bilang waktu itu kan ada namanya beras orang pegawai negeri beras dolok. Itu saya gak tahu anak zaman sekarang enggak, enggak dapat lagi ya beras dolok. Itu beras yang lebih banyak batunya daripada berasnya. Itu diberikan kepada para pegawai negeri waktu itu. Lalu dia bilang, itu cuma ada, lalu ada apa kaleng dancow yang gede itu. Dia bilang setelah hidup berjalan satu bulan tinggal satu kaleng itu. Nah di Kupang itu bapak, ibu ada kebiasaan orang kalau nelayan itu gak punya beras dia pergi lalu nanti dia tangkap ikan. Dia datang ke rumahnya pegawai negeri karena asumsi ada beras kan ya. Dia akan bawa tuh kasih ikan lalu tukar sama beras. Kasih saya beras, saya kasih ikan ke kamu. Semacam barter lah. Lalu ibu itu bilang, sebenarnya hari itu tuh berasnya tinggal satu apa, satu kaleng dancow itu, Tapi ada tetangganya dia datang lalu bawa gurita itu, tukar sama beras. Maka dia kasih setengah dari yang dia punya, tinggal setengah. Orang di rumah cukup banyak. Lalu gurita itu sudah selesai dimakan, lalu kemudian hari berikutnya sudah makin sedikitlah karena orang cukup banyak lalu dia bilang, waktu dia mau pergi ke sekolah dia bilang begini, dia bilang, “saya berdoa kepada Tuhan, saya bilang begini, Tuhan Kalau kami orang dewasa tidak makan tidak apa-apa, tapi bayi ini bagaimana? Kan dia harus minum ASI, jadi saya harus makan, tapi makanan sudah gak ada. Jadi Tuhan tolong pelihara kami”. Lalu dia pergi ke sekolah, waktu dia sampai di sekolah itu terus dia punya pikiran itu. Hati dan pikirannya itu galau oleh karena ingat dia harus, sebentar lagi dia harus kembali untuk menyusui anaknya dia. Lalu katanya waktu dia pergi dia pesan sama salah satu anak yang di situ. Dia bilang, “kamu nanti taruh beras taruh air yang banyak supaya apa, supaya kan lebih cair dan semua orang di rumah paling tidak bisa makan itu”. Lalu kemudian dia bilang dia duduk, gak lama kemudian selesai dia mengajar, sebelum dia pulang, dia duduk. Dia seorang bendahara lalu kemudian dalam hatinya dia, “enggak apa-apa lah pinjam dulu uang sekolah kan ya. Kan dia yang pegang ini. Antara pinjam dengan korupsi kan tipis. Ini nanti kalau gajian baru balikin. Sehingga dia pikir dia mau pinjam begitu. Dia begitu khawatir. Khawatir bukan hidupnya dia tapi anaknya dia. Lalu kemudian dia bilang, dia waktu dia duduk menghadap ke jendela begitu, lalu ada satu ekor burung itu terbang dan kemudian hinggap di jendela. Ini bukan burung kakak tua. Dia hinggap di situ, langsung dia ingat kepada firman yang dia baca itu, “Tuhan itu pelihara burung, jangan khawatir”. Sehingga waktu dalam susahnya dia itu, waktu dia lihat burung itu, dia ingat firman itu. Dia memutuskan untuk kembali memasukkan uang yang tadinya dia mau ambil itu ke dalam lacinya dia. Dia pulang. Waktu dia pulang kemudian dia sampai di rumah, dia cium bau ikan begitu. Dia sampai, langsung anak yang tadi dia minta kerja apa, siapkan beras itu datang, “Aduh Ibu bersyukur ada keluarga baru datang dari Rote dari Pulau Rote”. Biasanya kalau keluarga datang dari pulau itu, mereka kan bertani, di sana dia bawa beras satu karung, dia bawa minyak kelapa satu jerigen yang 5 liter, dia bawa ikan, dia bawa macam-macam itu, dan mereka hari itu bertahan hidup dengan itu. Lalu kemudian waktu dia bersaksi, dia bilang di situ saya belajar Tuhan pelihara. Tapi saya baru mengerti apa artinya Tuhan memelihara burung hari itu. Tuhan kasih firman saudara dan saya belajar. Saudara dan saya mengerti, tapi ada waktu firman itu kemudian menjadi Rhema ketika Tuhan pakai itu mengingatkan di dalam pikiran. Tapi ada masa di mana saudaralah yang harus berjuang untuk mengingat-ingat ke kepada firman. Ketika saudara dan saya bergumul.

Saya mau tutup renungan ini dengan mengingatkan bapak ibu ayat 17. Kalau nanti kita baca, ini sebenarnya satu unit dengan ayat 19. Orang-orang itu berdosa. Lalu ayat yang ke sampai dengan ayat 16 bicara (58:42) mengenai Henokh. Henokh sudah bernubuat tentang mereka lalu kemudian dia bilang rasul-rasul juga sudah bernubuat tentang mereka. Seolah-olah Yudas mau bilang begini, “orang-orang ini melawan Allah”. Perlawanan kepada Allah ini bukan hal yang baru, perlawanan kepada Allah sudah dinubuatkan oleh nabi di dalam perjanjian lama. Di luar tulisan perjanjian lama ada tulisan Henokh, di dalam perjanjian baru ada tulisan para rasul untuk mau mengatakan kepada saudara dan saya penyesatan, perlawanan kepada Allah, kalau sudah dinubuatkan. Maka ingat tiga prinsip Ini. Pertama, Allah tahu situasi terburuk yang dihadapi oleh gereja. Allah tahu penyesatan terjadi. Allah tahu aniaya terjadi. Allah tahu maka sudah dinubuatkan. Tapi yang ke dua, Allah izinkan, Allah izinkan penyesatan masuk ke dalam gereja. Allah izinkan gereja mengalami aniaya dan penderitaan tapi kemudian seorang penulis bilang, dan ini yang ke tiga, bagi saya yang terpenting itu berarti Allah kita adalah Allah yang memegang kontrol atas situasi yang terburuk. Dia bukan hanya tahu, Dia bukan hanya izinkan tetapi dia kontrol situasi yang paling buruk. Maka Dia kasih tahu gereja, itu akan kamu hadapi. Allah kita adalah Allah yang pegang kontrol atas segala sesuatu. Dia tidak butuh segala sesuatu, tapi dia kontrol segala sesuatu, termasuk pergumulan yang saudara dan saya hadapi hari ini personal komunal di dalam gereja maupun di dalam keluarga di dalam pekerjaan maupun di dalam gereja saudara dan saya. Sekali lagi, Dia kontrol segala sesuatu. Sehebat apa pun saudara dan saya, ketika saudara dan saya mau mengontrol semuanya akan satu-satu Tuhan bawa saudara dan saya pada situasi di mana kita akan sadar kita gak bisa kontrol semua. Bahkan Dia akan paksa saudara dan saya sadar bahwa kita kehilangan kontrol atas segala sesuatu. Beberapa hari yang lalu, saya kira Tuhan bawa kami satu keluarga terutama saya secara personal dalam kondisi yang bagi saya ya itu sukacita penghiburan. Tuhan seperti lepaskan saya dari beban yang sebenarnya terus ada di dalam pikiran dan di pundak saya selama kira-kira 1 tahun, hampir 1 tahun setengah. Selama beberapa waktu enggak pernah ngomong dengan bapak, ibu. Mungkin ada beberapa pengurus tahu. Saya ada bergumul dengan sakitnya saya, tapi kemudian sakit itu adalah sakit yang sebenarnya sedikit menghantui karena di dalam keluarganya kami itu sebagian besar, apa ya, Tuhan panggil melalui proses itu. Opa saya, papa dari mama saya itu meninggal karena cancer. Lalu kemudian kakaknya mama saya dua orang meninggal, tiga orang meninggal semua cancer. Sehingga begitu saya sharing dengan Pak Peter, saya ada satu gejala, lalu kemudian saya search di apa, internet, kita enggak cari dokter, kita cari internet dulu kan ya, sebelum cari Tuhan. Saya ketik, begitu keluar ada dua kemungkinan tapi salah satu tuh Itu Saya memutuskan untuk enggak ngomong dulu dulu saya coba cari lagi second opinion juga bukan Dokter internet lagi saya cari-cari wah cilaka semua sama ini dia sehingga kemudian itu mulai membebani sedikit dia dalam pikiran dan kemudian Akhirnya saya ngomong dengan istri lalu kemudian saya ngomong dengan keluarga tapi kemudian karena sudah mulai harus siap-siapkan hati. Saya mulai berdoa selama 1 tahun setengah itu. Saya cuma berdoa, kira-kira beberapa hal saya bilang Tuhan, “kalau benar itu cancer, saya minta satu Tuhan, itu kan pergumulan emosional di dalam diri, pergumulan spiritual, akan sangat rumit. Itu pergumulan hebat, anak saya dan istri saya akan terlibat di situ, jemaat yang mengasihi saya juga akan terlibat, sehingga Tuhan, waktu saya berdoa sendirian, saya bilang, “Tuhan saya minta satu, kalau benar nanti satu saat terdiagnosis itu cancer, jangan terlalu lama. Toh saya tahu bahwa kematian itu indah Tuhan, saya akan jumpa dengan Engkau. Jadi tolong jangan terlalu lama, supaya saya jangan bikin repot banyak orang. Saya jangan jadi beban bagi istri saya, saya tidak mau menjadi beban bagi anak saya. Saya juga tidak mau jadi beban bagi jemaatnya saya. Tolong supaya proses itu cepat. Yang kedua, waktu akhir tahun saya bilang, “Tuhan, saya akan lepas beberapa pelayanan di STT supaya kalau seandainya Engkau panggil saya cepat, saya sudah siapkan jemaat untuk kondisi yang paling baik.

Bagi saya STT itu berharga, tetapi jemaat itu jauh lebih berharga. Maka kalau bapak, ibu sebenarnya kalau bapak, ibu lihat menuju kepada akhir tahun, GRII Cikarang dan juga GRII Depok itu kita punya gas mulai kita injak justru sedikit lebih kencang karena bagi saya mesti dipersiapkan. Kalau Tuhan panggil, paling tidak saya kembali memang ini pengemis, tapi pengemis ini mesti kasih yang paling baik untuk Tuhan, sehingga kalau bapak, ibu lihat ya itu dalam kondisi itu, sehingga begitu masuk waktu kami datang hari Rabu saya harus datang ke sini vikaris Grace itu antara vikaris dengan kepala Rumah Sakit itu tipis. Dokter bilang puasa mulai Rabu siang, pagi dia sudah mulai kasih saya makanan yang nanti makan dan itu makanan gak enak. Bapak, ibu kalau suruh saya makan lebih baik saya makan nasi satu bakul daripada makan bubur. Tapi kan terpaksa kan, kita harus menjalani. Kadang-kadang ada masa di mana saudara dan saya lebih taat kepada dokter daripada kepada Tuhan. Dia kasih makan, saya sudah mulai bergumul beberapa waktu itu pas pulang mau jalan ke sini kemudian dia tanya, bagaimanapun kan gak boleh saya rasa ya, menjadi beban bagi dia. Saya bilang semua baik-baik saja jalan ke sini. Saya juga gak mungkin apa ya, cerita kepada bapak, ibu apa yang menjadi beban di dalam pikiran. Tapi kemudian pada hari di mana saya itu kemudian karena dibius kan ya buka mata saya, kalimat pertama yang keluar dari dokter, saya gak pernah ngomong kok apa yang ada di dalam pikiran saya, tapi saya kira Tuhan jawab itu. Kalimat pertama yang saya dengar adalah dokter itu bilang, “Pak Pendeta,” entah dia tahu saya pendeta dari mana sampai saya tertidur tuh saya enggak pernah kasih tahu saya pendeta, cuma dia bilang, “Pak Pendeta, puji Tuhan ya tidak ada cancer”. Dia bilang begitu, meskipun ada masalah, tapi dia bilang tidak ada cancer. Di situ saya bilang, “Tuhan terima kasih”. Saya bisa mempersiapkan diri saya tapi gak pernah bisa siap. Jemaat mengasihi kami pun mereka gak akan pernah bisa mempersiapkan seorang hamb Tuhan, gak mungkin, tetapi Tuhan itu, Dia kontrol segala sesuatu. Kalaupun satu saat harus berhadapan dengan situasi yang sama, ya saya butuh Tuhan untuk kemudian yang mengrol segala sesuatu untuk paling pertama. Bapak,ibu di dalam segala situasi Dia mesti kontrol hati kita supaya bapak, ibu dan saya tetap bisa jalan di tengah-tengah pergumulan pikiran, di dalam pergumulan dengan perasaan, supaya bisa tenang itu Dia yang mesti kontrol hati kita. Ada orang yang merasa dia kuat sekali, dia mau kontrol hatinya, dia mau kontrol pikirannya, gak mungkin. Saudara dan saya hanya manusia biasa, kita gak kontrol apa-apa, mesti Tuhan yang kontrol, lalu Dia kasih kekuatan kita, bagi kita untuk itu. Nah pertanyaannya sekarang kalau Tuhan mau kontrol bapak, ibu punya hidup, mau kontrol kita punya pikiran, mau kontrol kita punya perasaan, Dia pakai apa? Firman. Ayat 3, Dia pakai Firman, ayat 17, Dia pakai firman. Satu-satunya yang Dia pakai untuk mengontrol kita supaya kita bisa kontrol diri kita, menenangkan kita, di dalam seluruh hidup pelayanan, di tengah-tengah badai yang gak akan berhenti adalah firman. Kiranya Tuhan memberkati bapak, ibu dan saya.

YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=6PBtcx1RXqw&t=469s

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pembicara-WK)

  • Minggu, 19 Januari 2025

HIDUP DI DALAM KRISTUS

Eksposisi Kitab Kolose
(Kolose 2 : 1-7)

Vik. Grace Kamuri, M.Th.

Selamat pagi Bapak Ibu sekalian yang dikasihi Tuhan. Pada pagi hari ini, kita akan sama-sama belajar kebenaran Firman Tuhan, lanjutan daripada surat Kolose 2:1-7, dengan tema Hidup di dalam Kristus. Mari kita membaca surat Kolose 2:1-7 secara bergantian, saya baca ayat-ayat yang ganjil, Bapak Ibu membaca ayat-ayat yang genap:

1Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, 2supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, 3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. 4 Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah. 5 Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus. 6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. 7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.

Demikian pembacaan Firman Tuhan. Bapak Ibu yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, tema Hidup di dalam Kristus adalah satu tema yang begitu signifikan di dalam pertumbuhan iman kristen. Di dalam konteks ini kita melihat bahwa Rasul Paulus berbicara kepada jemaat Kolose, setelah ayat yang ke-29 dikatakan bahwa itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasaNya yang bekerja dengan kuat di dalam aku. Apa yang dia perjuangkan, apa yang dia itu pergumulkan? Pemberitaan Injil!

Usaha yang begitu keras dia lakukan dan dia berjuang dengan susah payah, dan itu dilanjutkan dengan penjelasan pasal 2:1, karna aku mau, aku mau supaya kamu tahu betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, perjuangan yang berat, kerja keras yang begitu berat. Waktu lalu saya katakan bahwa dia sampai masuk penjara karena Injil. Tetapi semuanya itu dilakukan demi kemuliaan Tuhan dan bagi pertumbuhan jemaat. Dan ketika Rasul Paulus berjuang,  bekerja keras dengan begitu banyaknya hal yang berat, yang harus dia tanggung,  kita tau bahwa disitu dia membuktikan kepada jemaat, bahwa dia loyal kepada Kristus, dia setia  kepada Injil, dan kesetiaannya itu dibuktikan juga dengan dia berjuang bersama jemaat melawan bidat, melawan pengajar-pengajar sesat yang menyusup masuk ke dalam gereja Kolose. Tanggung jawab ini Paulus kerjakan baik kepada jemaat yang dia dirikan sendiri, di mana dia langsung bertemu dengan mereka, berjumpa dan berbicara kepada mereka, tetapi juga kepada jemaat yang tidak langsung dia jumpa, tidak langsung dia dirikan seperti mereka yang ada di Laodikia, mereka yang ada di Kolose. Laodikia, Kolose itu adalah jemaat-jemaat yang ada di wilayah Lembah Likus, jemaat-jemaat yang didirikan oleh Epafras, yang di mana tidak pernah jumpa muka dengan muka dengan Rasul Paulus. Tapi itu pun Paulus berjuang, bertanggung jawab bersama-sama dengan jemaat Tuhan untuk melawan bidat dan melawan ajaran sesat ataupun pengajar-pengajar sesat. Nah, di sini saudara dan saya lihat bahwa Rasul Paulus mengingatkan jemaat bahwa perjuangan ini adalah perjuangan yang bersifat spiritual, karena itu membutuhkan doa yang konstan, tidak bisa dilakukan secara fisikal, tetapi harus dilakukan melalui spiritual, perjuangan secara spiritual. Kita lihat itu di dalam koloses 1:9, Paulus berkata sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, mendengar tentang kondisi Jemaat Kolose, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Tidak henti-henti berdoa berarti konstan. Ketika dia dengar berita itu, dia selalu berdoa bagi jemaat Tuhan, dia terus saja di dalam doanya minta agar Tuhan menguatkan hati jemaat Tuhan, meneguhkan iman jemaat Tuhan, untuk bertahan dalam iman yang benar dan dalam ajaran yang benar benar. Bahkan dia berdoa bagi jemaat Tuhan untuk memiliki ketajaman didalam membedakan mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang palsu. Saudara, ini semua dia perjuangkan iman didalam doa, saudara. Dia jauh dari jemaat Tuhan, tetapi secara spiritual dia dekat di hati jemaat. Mengapa saudara? Karena dia bersama-sama jemaat, berdoa, berlutut, berjuang untuk mempertahankan iman Kristen.

Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, ketika Paulus mengajak jemaat Tuhan untuk hidup didalam Kristus, ada dua hal yang ditekankan di dalam pasal 2 :1-7 ini.

  • Pertama, hidup di dalam Kristus berarti hidup di dalam kesatuan kasih dan pengetahuan yang sejati. Hidup di dalam Kristus berarti hidup di dalam kesatuan kasih dan pengetahuan yang sejati.
  • Kedua, hidup di dalam Kristus berarti hidup di dalam loyalitas kepada Kristus saja dan bukan yang lain. Hidup di dalam Kristus berarti hidup yang loyal kepada Kristus saja dan tidak ada yang lain. Dalam dua hal ini, kita akan belajar bagaimana kita hidup di dalam Kristus.

Mari kita mulai dengan poin yang pertama.

  1. Hidup di dalam Kristus berarti hidup dalam kesatuan kasih dan pengetahuan sejati. Saudara, perhatikan di dalam kalimat daripada Paulus, dalam pasal 2:1 supaya kamu tahu betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya yang belum mengenal aku pribadi, supaya ayat yang kedua, hati mereka terhibur dan mereka Bersatu, bersatu dalam kasih sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah yaitu Kristus. Bapak Ibu yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, apa yang dimaksudkan dengan kasih dan apa yang maksudkan dengan pengetahuan sejati? Kasih di dalam konteks ini adalah pertama-tama dimulai didalam Kasih Kristus, yang dinyatakan kepada jemaat Tuhan, kasih Kristus yang diberikan kepada jemaat Tuhan yang menyelamatkan mereka melalui Injil yang diberitakan oleh Epafras. Kasih itu tidak hadir dalam diri jemaat Kolose oleh usaha manusia tetapi oleh anugerah Allah semata melalui Injil yang diberitakan. Bapak yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, hidup dalam Kristus adalah hidup yang memiliki kasih kekal Kristus. Tidak mungkin saudara dan saya mengatakan bahwa saya hidup dalam Kristus, tapi saya enggak punya kasih Kristus. Maka kasih adalah indikator utama di dalam kehidupan orang kristen, apakah dia benar-benar hidup dalam Kristus atau tidak, maka kasih ini adalah kasih yang dimulai daripada Kristus yang diberikan kepada kita melalui pemberitaan Injil. Tetapi kasih ini juga adalah kasih yang diberikan di dalam kesatuan dengan komunitas umat Allah, kasih persaudaraan. Maka ketika dia bilang bersatu dalam kasih, itu sesuatu yang memiliki implikasi langsung kepada ciri khas daripada bidat dan pengajar sesat. Ciri khas daripada bidat atau pengajar sesat adalah memisahkan gereja daripada Kristus dan memecah belah tubuh Kristus yaitu gereja. Di mana ada bidat, di mana ada ajaran sesat, di situ kita dipisahkan keluar daripada kasih Allah, dan tubuh Kristus yang sudah disatukan itu diceraiberaikan oleh ajaran sesat. Ketika Bapak Ibu dan saya melihat sejarah perkembangan gereja, kita akan berjumpa dengan munculnya beragam macam bidat dalam sejarah gereja. Mormon, gnostisisme, liberalisme, neoortodoks, lalu postmodernisme bahkan post-truth, banyak sekali ajaran-ajaran yang datang di dalam lingkungan gereja. Tetapi bagaimana kita tetap bertahan hidup dalam Kristus? Alkitab bilang kepada kita, Paulus bilang bersatulah dalam kasih, sekali lagi orang yang hidup di dalam Kristus dia adalah milik Kristus, dia tinggal tetap dalam kasih dan kasih itu yang menyebabkan dia tetap melekat kepada Kristus, tetap bersatu dengan umat Allah yang telah menerima kasih Kristus dan itu membuat dia tetap, sekali lagi hidup di dalam hidup yang telah Kristus berikan. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kasih ini adalah kasih yang kemudian menggerakkan baik Paulus dan juga jemaat Tuhan untuk benci kepada segala upaya pengajar palsu yang membawa jemaat pecah belah dan membawa jemaat itu terpisah daripada Kristus. Mereka tidak akan diam, jemaat tidak akan membiarkan ajaran sesat, bidat itu terus ada di dalam gereja, tetapi mereka berjuang untuk melawannya. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, saya kira ini juga yang menggerakkan baik Elia di dalam Perjanjian Lama, baik Kristus di dalam Perjanjian Baru untuk kemudian menyatakan kebenaran Allah di tengah-tengah ketidakbenaran yang merong-rong kehidupan daripada gereja. Elia dalam Perjanjian Lama, waktu saudara lihat bagaimana dia berjuang melawan 450 nabi baal. Ketika dia berhadapan dengan 450 nabi baal, dia berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan menyatakan kemuliaanNya di tengah-tengah umat Allah, menyatakan bahwa hanya Dia saja, Allah itu saja yang adalah satu-satunya Allah yang layak menjadi objek penyembahan daripada umat Allah, tidak ada yang lain. Tetapi kemudian Elia juga berkata Tuhan, tunjukkanlah bahwa aku ini hambaMu. Israel sudah beralih daripada kasih kepada Kristus, kasih kepada Allah yang sejati, beralih kepada kasih kepada ilah-ilah palsu. Maka apa yang dia lakukan setelah dia memproklamasikan tentang karya Allah yang begitu agung dan muliaNya, dia bunuh mati 450 nabi baal. Saudara, itu yang membuat Elia untuk bergairah, bergairah melawan ajaran sesat, penyembahan yang palsu, dan kemudian menarik umat Allah kembali kepada kebenaran, itu adalah kasih. Tidak ada motif yang lain, yang menyebabkan Elia itu mengerjakan itu semua. Perjuangan Elia itu disebabkan atau dimotivasi, digerakkan oleh karena kasih. Di mana ada kasih, kasih tidak akan membiarkan dosa terus berlangsung. Di mana ada kasih, kasih itu tidak akan membiarkan umat Tuhan, biar saja kamu jatuh dalam dosa, silakan saja kalau kamu terpeleset jatuh dalam jurang biar saja kamu mati, enggak ada kasih yang demikian. Kasih itu akan selalu menarik mereka yang hampir saja jatuh itu tarik mereka kembali kepada posisi yang benar, itu adalah kasih. Itu sebabnya orang yang hidup dalam Kristus, orang itu adalah orang yang selalu digairahkan oleh kasih untuk mempertahankan Kebenaran, Injil yang sejati, iman yang benar. Kalau saudara lihat Kristus dalam Perjanjian Baru, ketika dia memporak-porandakan bait suci di dalam artian meja penukar uang dan seterusnya, yang Pak Tama pernah bahas di dalam konteks pemberitaan Firman yang lalu, saudara. Saudara lihat apa yang menyebabkan Yesus itu melakukan hal demikian, kasih saudara. Waktu Dia berdoa untuk Yerusalem, Dia menangis, meratapi Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, betapa Aku rindu mengumpulkan engkau, seperti induk ayam mengumpulkan engkau, tetapi engkau menolaknya. Saudara, kenapa demikian? Karena Yesus mengasihi umatnya! Kasih itu menggairahkan Dia untuk mempertahankan sekali lagi, iman sejati, kebenaran yang ada di tengah-tengah umat Allah. Tidak boleh gereja dinajiskan, dikotori, oleh ajaran sesat. Karena itu, sekali lagi hidup di dalam Kristus adalah hidup dalam kesatuan kasih yang sejati. Tetapi kasih ini, harus juga berkorelasi dengan pengetahuan yang sejati. Kasih enggak boleh berjalan tanpa pengetahuan, sebaliknya pengetahuan tidak boleh berjalan tanpa kasih. Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 8:1 mengatakan bahwa pengetahuan tanpa kasih hanya menghasilkan kesombongan, tetapi kasih membangun. Mari kita baca di dalam 1 Korintus 8:1, Bapak Ibu baca bersama-sama: Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, ciri lain daripada bidat adalah selalu menganggap diri dia itu superior secara rohani. Kalau kita lihat di dalam kata gnosis, pengetahuan, ya pengetahuan itu dalam bahasa yunaninya gnosis dan kemudian kita kaitkan dengan kata misteri, kalau kita lihat di dalam ayat yang kedua dan ketiga, di situ dikatakan supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan, pengertian dan mengenal rahasia Allah yaitu Kristus. Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Pengetahuan itu dalam bahasa yunaninya gnosis. Nah, Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan, Paulus mengatakan bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang tidak dipisahkan daripada kasih. Tetapi berbeda dengan bidat, bidat itu kalau kita ingat di waktu yang lalu saya katakan bahwa mereka menganggap diri lebih superior karena mereka memiliki akses tertentu kepada misteri, yang mereka terjemahkan itu sebagai pengetahuan akan Allah yang melampaui iman Kristen. Kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus saja itu biasa, tetapi ada yang lebih, lebih luar biasa daripada sekedar percaya Tuhan Yesus. Saya punya itu, saya punya akses itu, sedangkan yang lain tidak, maka saya lebih superior daripada yang lain, saya lebih tinggi, ini disebut sebagai kaum elit secara rohani. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, ini adalah praktik yang seharusnya tidak boleh terjadi. Kalau waktu lalu saya ambil contoh mengenai bahasa roh yang ada di dalam konteks kharismatik, tetapi mari kita lihat di dalam konteks reformed. Spiritualitas yang disebut sebagai superioritas di dalam intelektualisme, itu sangat mungkin terjadi di dalam konteks reformed. Kalau saya perhatikan bahwa reformed itu menekankan pengetahuan akan kebenaran, sangat menekankan itu. Tetapi saudara perhatikan baik-baik, pengetahuan akan kebenaran tanpa kasih, ini sesuatu yang disebut sebagai dosa. Penekanan pengetahuan tanpa kasih, saudara, ini akan menghantar kita kepada apa yang disebut dengan kaum elit itu. Kalau saya punya pengetahuan lebih baik, lebih tinggi daripada rekan saya yang lain, maka saya akan cenderung menganggap rendah rekan saya karena saya lebih tinggi. Perhatikan superioritas secara rohani, saya memiliki intelektual, kemampuan pengetahuan yang jauh lebih tinggi daripada rekan saya yang lain, maka cenderung untuk menganggap rendah yang lain, padahal sama-sama sudah percaya Tuhan Yesus. Itu disebut dengan spirit bidat, saudara. Spirit bidat yang menekankan intelektualisme, isme, intelektual itu pemberian Tuhan, tapi kalau sudah sampai kepada intelektualisme, saudara, ini adalah sesuatu yang disebut dengan superioritas secara rohani yang menganggap diri lebih tinggi daripada yang lain, karena menekankan intelektual-isme saya lebih tinggi daripada yang lain terkait dengan pengetahuan akan kebenaran. Saudara, bukankah ini dikritik oleh Tuhan habis-habisan, di dalam kehidupan daripada Jemaat di Efesus. Kalau saudara bandingkan jemaat Efesus yang dikritik oleh Tuhan di dalam Kitab Wahyu, Tuhan bilang kamu itu luar biasa di dalam dalam perjuangan pemberitaan Injil, mempertahankan doktrin dan seterusnya. Tapi kamu kekurangan satu, kasih dan kekurangan itu adalah kekurangan yang utama. Tuhan bilang bertobatlah kamu, kalau tidak Tuhan buang kamu. Saudara, apa yang mau ditekankan baik oleh Yohanes di dalam Kitab Wahyu, baik oleh Paulus di dalam surat-suratnya, saudara, pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang tidak dilepaskan daripada kasih. Pengetahuan tanpa kasih itu adalah kesombongan saja, intelektualisme, sesuatu yang meninggikan diri, superioritas, elitisme secara rohani yang dosa di hadapan Tuhan. Maka saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Alkitab membawa saudara dan saya kepada pengetahuan sejati yang seharusnya mempersatukan umat Allah dan pengetahuan itu tidak lepas daripada kasih yang bersumber dari Kristus. Paulus berkata bahwa, sebab di dalam Dia tersembunyi segala harta, hikmat dan pengetahuan yaitu Kristus yang adalah rahasia Allah. Paulus berkata, pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang memiliki tiga karakteristik. Pengetahuan sejati itu harus bersumber dari Allah saja, yang kita kenal di dalam Yesus Kristus. Pengetahuan sejati itu juga harus berpusat kepada Allah saja dan bagi kemuliaan Allah saja. Dan pengetahuan sejati dibatasi oleh Wahyu Allah yang sudah dinyatakan, baik dalam PL maupun dalam PB. Saya ulangi, pengetahuan sejati adalah bersumber dari Allah saja, berpusat pada Allah saja dan bagi kemuliaan Allah saja, dan dibatasi oleh wahyu Allah. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kesatuan dengan pengetahuan yang sedemikianlah, yang Allah inginkan. Saudara dan saya punya kasih tanpa pengetahuan yang bersumber kepada Allah, berpusat pada Allah saja dan bagi kemuliaan Allah dan dibatasi oleh Wahyu, kalau kita hanya punya kasih tanpa pengetahuan yang demikian, kasih kita itu adalah kasih yang omong kosong. Itu bukan kasih, saudara. Itu manipulasi. Tapi kasih ini harus kasih yang berbarengan, berjalan dengan pengetahuan yang demikian, saudara. Dan itu sebabnya saudara dan saya melihat di sini bahwa Paulus begitu menekankan karena sekali lagi, bidat itu mencoba membawa saudara dan saya keluar daripada pengetahuan yang bersumber kepada Allah, berpusat pada Allah, bagi kemuliaan Allah dan dibatasi oleh Wahyu. Maka ketika saudara mau menguji kebenaran pikiran kita, menguji kebenaran pengetahuan kita, menguji kebenaran yang dimiliki baik oleh gereja lain, maupun gereja kita, alat ukurnya tidak ada yang lain selain daripada wahyu. Wahyu yang membatasi pengetahuan kita, wahyu yang bersumber dari Allah, berpusat pada Allah, dan bagi kemuliaan Allah saja. Itu menjadi alat ukur utama untuk menentukan saya ini punya pengetahuan benar atau tidak. Saya punya pengetahuan ini sejati atau tidak, apakah pengetahuan saya ini bersumber daripada Allah yang benar atau tidak. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Paulus benar-benar memperhatikan hal ini karena apa, karena manusia punya pikiran itu bisa menyesatkan, bahkan seorang Kristen, pikiran-pikiran dia bisa sangat menyesatkan. Hati nurani dia bisa menimbulkan pikiran-pikiran yang tidak benar, tetapi dianggap benar oleh kita. Saudara, ini sesuatu yang perlu hati-hati karena ketajaman untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, suatu kapasitas yang dibangun melalui apa, pengetahuan. Makin belajar, makin mengerti, tetapi ingat, semakin belajar semakin mengerti harusnya makin lengket dengan Tuhan, makin rendah hati sama Tuhan. Makin mengasihi Tuhan dan makin mengasihi gereja Tuhan, bukan makin merasa diri lebih tinggi atau sombong daripada yang lain. Saudara, ini sesuatu hal yang sekali lagi kita belajar hidup dalam Kristus itu sesuatu hal yang diperjuangkan demikian, saudara. Hidup di dalam kesatuan kasih dan dalam pengetahuan yang sejati demikian. Ayat yang keempat saudara dan saya lihat, di situ dikatakan kepada kita, hal ini kukatakan supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah.
  2. Hal kedua yang Rasul Paulus sampaikan kepada kita hidup di dalam Kristus, bukan saja hidup dalam kesatuan kasih dan pengetahuan yang sejati, tetapi hidup yang loyal hanya kepada Kristus saja dan tidak ada yang lain. Saudara lihat, kenapa ini penting, karena perhatikan Paulus bilang jangan kamu mau diperdayakan dengan kata-kata yang indah. Apa maksudnya kata-kata yang indah, saudara? Kata-kata yang indah dalam bahasa Yunani itu adalah pitanologia, pitanologia ada kata logia di belakang, logia, logis, logika. Jadi apa artinya kata-kata yang indah, pitanologia, saudara. William Barkley itu mengatakan begini, kata-kata yang indah berarti mengacu kepada penalaran yang masuk akal, penalaran yang masuk akal tetapi palsu. Penalaran yang masuk akal tapi palsu, saudara. Kemudian kata-kata yang indah juga berarti kata-kata yang disampaikan dengan argumentasi yang bersifat membujuk, sesuatu yang halus disampaikan, ya membujuk supaya menawan kita terpikat kepada arumen tersebut. Kata-kata yang indah juga, itu berbicara mengenai suatu cara yang persuasif dalam berbicara, cara yang persuasif, dia enggak paksa tapi persuasif, saudara. Begitu baik dalam berbicara, suatu diskursus. Diskursus itu misalnya ajaran, khotbah, tulisan, percakapan-percakapan tapi bersifat bersifat spekulatif yang menyebabkan orang lain melakukan kesalahan. Jadi kata-kata yang indah ini enggak sembarangan digunakan oleh Paulus, saudara. Tetapi mengacu kepada kebiasaan bidat para pengajar palsu yang datang dan berbicara kepada jemaat. Mereka biasa melakukan penalaran yang masuk akal, tapi palsu. Mereka biasa menyampaikan argumentasi yang membujuk secara halus. Mereka juga biasa secara persuasif dalam khotbah, ajaran, tulisan, percakapan, spekulatif sifatnya, tetapi buat orang itu ditarik untuk lakukan kesalahan. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, ini adalah sesuatu yang merupakan karakteristik pada bidat. Dan karena itu Paulus bilang jangan kamu mau diperdaya olehnya, karena itu begitu memikat logika kita. Saudara, pada waktu kemarin di dalam konteks kebakaran daripada Los Angeles, di situ kan waktu kita baca dia punya berita, beritanya itu kan jelas ya, itu murni karena alam. Karena ada angin yang membawa hawa panas, lalu bersentuhan, bergesekan dengan pepohonan yang memang sudah dalam konteks masa kekeringan, sehingga dengan kecepatan angin yang demikian yang membawa hawa panas itu terjadi gesekan, lantas kemudian api dan ketika angin itu begitu kencang, api itu menyambar dan menyebar dengan begitu luas tanpa bisa dicegah. Maka terjadilah Los Angeles rata dengan tanah. Pada waktu kami membaca mengenai berita itu, saya menulis satu kalimat singkat saja di grup keluarga kami, saya bilang begini, baru dua hari lalu orang-orang selebriti dan mereka yang papan atas, artis-artis papan atas hollywood itu, mereka berkumpul dan kemudian mereka menghujat nama Tuhan, mereka menghina, mereka menyinyir Tuhan kita. Eksistensi Allah seolah-olah tidak ada dan mereka mentertawakan Allah kita, tetapi dua hari kemudian, apa yang Allah buktikan? Allah buktikan mengenai eksistensi Allah, Allah itu ada. Walaupun kamu bilang, saya tidak ada, walaupun kamu mentertawakan keberadaan Allah, tetapi Allah itu ada. Allah buktikan melalui proses natural itu dan kemudian tempat yang menolak Allah itu dibakar habis, tentu kita yakin juga bahwa di Los Angeles sangat mungkin ada orang-orang percaya sejati di sana. Tetapi berita ini menjadi ilustrasi bagi saya untuk meyakinkan para muda-muda yang sangat mungkin dipengaruhi oleh logika pikir liberalisme, yang cenderung untuk merasionalisasikan mujizat yang ada, karena liberalisme itu berpangkal kepada penolakan terhadap supra alami, supra natural. Mereka menolak mujizat-mujizat dalam Alkitab, contoh misalnya laut teberau itu kok bisa disingkapkan seperti itu ya? Mereka menganalisanya dan merasionalisasikannya dengan menolak mujizat dan mengatakan bahwa itu kan perbuatan angin. Itu perkara natural saja, enggak ada supranatural di sana. Tetapi kemudian, dari ortodoksi berargumentasi bahwa angin itu tidak digerakkan oleh dirinya sendiri. Angin itu kok bisa ada, di waktu Israel akan melewati, menyeberangi laut itu, dan ketika Israel sampai di ujung penyeberangan itu, langsung angin itu datang lagi untuk meniup lautan itu dan kemudian laut itu tutup kembali. Dan pada waktu itulah pasukan Firaun ada di tengah-tengah lautan itu dan tenggelam mati habis di sana. Kok bisa terjadi demikian? Kamu lawan supranatural, tetapi yang natural itu membuktikan supranatural ada. Ada faktor x di balik yang natural itu, maka bagaimana menjembatani gap ini yang di mana muda-mudi itu cenderung untuk menolak supranatural dan cenderung untuk melihat ini sebagai rasionalisasi saja. Ya, mereka menerima yang rasio saja. Tetapi gap dengan yang saya temukan, saudara, saya hadirkan ilustrasi itu. Sebenarnya ini ilustrasi yang bagus sekali, karena di zaman kita hari ini, kita sulit melihat eksistensi Allah dan mengakui eksistensi Allah yang demikian, dan bekerja di dalam aspek-aspek natural yang demikian. Saudara, apa yang saya mau katakan, kata-kata yang indah, liberalisme menawarkan secara logis argumentasi dan kemudian membuang aspek supranatural, menolak Allah dalam kehidupan umat Tuhan, menawarkan itu dengan begitu halus dan membujuk kita secara persuasif, tidak dengan paksaan tapi secara persuasif itu dia tarik kita, dia umpan kita sampai kepada apa yang dimaksudkan, supaya kita tidak lagi menyembah Allah yang sejati dan hidup di dalam iman yang sejati. Tapi saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Paulus bilang kepada jemaat Tuhan, jangan kamu mau diperdaya dengan kata-kata yang indah itu, loyallah kepada Kristus saja dan jangan kepada yang lain. Paulus bahkan menegaskan kehadiran dia secara rohani bersama-sama dengan Jemaat Kolose. Walaupun saya tidak bersama engkau secara fisik, tetapi aku hadir di dalam roh yang berarti secara rohani Paulus bersama-sama dengan jemaat Kolose meng-encourage mereka untuk berjuang mempertahankan iman dan ajaran yang sejati, supaya mereka tetap ada di dalam kebenaran yang sejati. Saudara lihat di situ Paulus berkata dalam ayat yang kelima, sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus. Tertib hidup dan keteguhan iman dalam Kristus ini dia sudah ketahui daripada Epafras, tetapi dia minta lagi kepada umat Tuhan dan dia ingatkan kepada umat Tuhan dengan ayat 6 dan 7. Bagaimana supaya engkau loyal kepada Kristus? Bagaimana supaya engkau tidak diperdaya, tetapi tetap hidup teguh di dalam imanmu? Saudara dan saya lihat di situ, kalimat ayat 6 dan 7, loyalitas kepada Kristus ditentukan oleh beberapa hal: Ayat 6, kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia, kamu telah menerima Kristus. Saudara, kalimat ini adalah kalimat yang penting karena tidak ada seorang pun yang loyal kepada Kristus kalau dia tidak lebih dahulu menerima Kristus. Kamu telah menerima Kristus ini berbicara mengenai pengenalan sejati kepada Kristus berdasarkan tradisi apostolik, tradisi apostolik yang menjadi dasar fondasi bagi berdirinya gereja Tuhan. kamu telah menerima Kristus, apa artinya? Bicara mengenai pengenalan akan Kristus berdasarkan tradisi apostolik yang menjadi dasar fondasi bagi pembangunan tubuh Kristus, gereja. Saudara waktu kita lihat mengenai pengenalan sejati, kamu telah menerima Kristus berkaitan dengan pengenalan sejati saudara ini adalah mengacu kepada pengenalan yang bersifat kognitif, personal dan eksistensial, saudara. Jadi ini bukan hanya sekedar pengetahuan intelektual saja, kita kenal Tuhan kita Yesus Kristus dan seterusnya, karya-karya Dia itu secara kognitif, tetapi pengenalan ini lebih daripada kognitif, menyangkut kepada pengenalan yang bersifat personal. Kamu telah terima Kristus, kamu sudah kenal Dia, bukan hanya kenal secara kognitif tapi personal. Iman tidak mungkin tanpa pengetahuan secara intelektual tentang Firman. Iman pasti harus berdiri dan lahir daripada Firman yang diketahui, dimengerti secara kognitif. Tapi enggak stop sampai di situ, harus berkelanjutan kepada relasi yang bersifat personal antara pengetahuan kita tentang Kristus dan pribadi kita. Ketika Kristus menyatakan diriNya kepada kita, Dia menyatakan pribadiNya kepada kita, maka pengenalan kita adalah pengenalan yang bersifat personal, pribadi kepada pribadi. Waktu saudara lihat anak-anak kita belajar, ya saudara ya, belajar Matematika, belajar Fisika, belajar lain-lain, kita tidak pernah mengatakan kepada anak-anak kita untuk berelasi personal dengan Matematika, Bahasa Inggris, Kimia, dan lain-lain, bukan? Karena Kimia, Matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain itu impersonal. Sehingga waktu kita belajar dan kognitif kita terisi saudara, kita tidak sama sekali memiliki relasi personal. Tetapi relasi personal itu kita miliki ketika Yesus menyatakan diriNya kepada kita melalui pemberitaan para rasul, ya Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, para nabi memberitakannya dalam PL, para rasul memberitakan penggenapannya di dalam PB, saudara. Kita berjumpa dengan pribadi, relasi pribadi kepada pribadi dan itu berarti melibatkan eksistensial, eksistensial itu apa? Tubuh jiwa kita. Kita bukan saja kenal Yesus secara kognitif, Dia Tuhan, Dia Juru Selamat saya, tapi secara personal saya berelasi dengan Dia. Secara eksistensial tubuh jiwa saya terikat kepada Kristus, itu pengenalan yang sejati. Banyak orang Kristen mengaku Yesus Tuhan dan Juru Selamat, tetapi tidak pernah punya hubungan personal dengan Tuhan. Ini adalah suatu kepalsuan, bukan? Ini bukan iman Kristen yang sejati, saudara. Kalau tidak ada relasi personal dengan Kristus, maka tidak mungkin ada namanya hubungan eksistensial antara kita dan Kristus. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, mari kita ambil contoh kehidupan daripada Abraham. Waktu kita lihat Abraham, ketika dia mendapatkan Firman daripada Tuhan, bahwa dari keturunanmu lah akan datang berkat bagi bangsa-bangsa, Abraham bilang sama Tuhan, Tuhan saya sudah tua, istri saya juga sudah tua, ini komunikasi, saudara, yang kita sebut sebagai komunikasi personal. Abraham tidak berbicara kepada sesuatu yang impersonal yang tidak berpribadi, tetapi berbicara kepada Allah yang hidup dan berpribadi. Dia berkomunikasi, bertukar pikir, berbicara menyampaikan emosi, afeksinya, menyatakan apa yang ada dalam isi hati. Ini namanya komunikasi dua arah, yang disebut sebagai komunikasi personal yang melibatkan eksistensial kita, tubuh jiwa kita. Dia bilang sama Tuhan, Tuhan saya sudah tua, istri saya juga sudah tua, bagaimana kalau Eliezer saja (hamba yang paling dia percayai itu) yang mewarisi warisan saya, perjanjian itu. Kalau bukan Eliezer, Ismael (Ismail sudah lahir), bagaimana kalau Ismail saja? Tuhan bilang, tidak! Tapi anak kandungmu lah yang akan mewarisi perjanjian ini. Waktu Abraham dengar itu, Abraham ketawa. Dia tertawa, saudara. Kalau Sara tertawa Tuhan tegur Sara karena tertawanya sara lahir daripada hati yang enggak percaya sama Tuhan. Kalau Abraham, dia tertawa bukan karena dia hina Tuhan, atau dia tidak percaya kepada Tuhan. Dia tertawa itu ada satu penafsir bilang gini, dia begitu bersyukur karena dia yang tua ini Tuhan masih mau pakai dan dia yakin Tuhan pasti menggenapi janjinya, entah bagaimana caranya maka dia tertawa. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, apa yang saya mau gambarkan di sini? Lihatlah relasi hubungan personal ini, sangat akrab, sangat dekat dengan Tuhannya. Dan Dia berbicara kepada Tuhannya itu, bahkan kalau kita bandingkan dengan Musa, Musa bilang muka dengan muka dengan Tuhan. Aku berbicara dengan Musa seperti sahabatku. Saudara, ini kata-kata yang menggambarkan relasi personal, saudara. Karena itu, loyalitas kepada Kristus, hidup dalam Kristus itu berarti saudara dan saya telah menerima Dia, mengenal Dia secara kognitif, personal, dan eksistensial. Saudara yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus, ini adalah sesuatu langkah awal, langkah pertama kehidupan Kristen yang tidak boleh tidak, harus terjadi dalam setiap diri orang yang percaya. Tapi tidak stop sampai di situ, kita lihat di situ dikatakan oleh Paulus, hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia, kamu telah menerima Kristus, hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Kata tetap itu saudara, ditulis dalam bentuk present tense yang berarti terus-menerus. Kalau kita terjemahkan literal saja, kalimat ini akan menjadi begini: hendaklah hidupmu terus-menerus di dalam Dia. Terus-menerus berarti tidak boleh berhenti, terus ada di dalam Dia. Saudara, ini bukan saja berkaitan tentang iman kita, tetapi perilaku etis kita yang bersesuaian dengan Ketuhanan Yesus. Barang siapa telah menerima Yesus, dia harus tetap dalam Kristus dan itu nyata dalam kehidupan Dia, kesaksian Dia, hidup hari-harinya dia, harus kelihatan. Kemarin ada satu case di Depok yang kami tangani, kasusnya cukup berat karena ini rumah tangga baru. Lalu pas saya mau berangkat dengan Pak Tama, semalam itu Pak Tama antar kami ke Cikarang, datanglah pemuda ini yang rumah tangga baru ini beserta dengan mama kandungnya. Saya kasih tahu sama Pak Tama, dicari tuh, Pak Tama bilang, saya sudah bilang saya tidak mau ketemu. Waduh Pak Tama bilang, wah berat ini. Jadi dia sudah kasih tahu waktu kapan ketemu, tetapi pemuda ini rupanya entah kenapa dia bilang, mah kita harus ketemu. Pokoknya terserah deh mau dimarahin, pokoknya datang ke gereja. Akhirnya datanglah pemuda ini, Pak Tama bilang tidak, saya tidak ketemu karena saya lagi persiapan Firman. Saya sudah kasih tahu sama pemuda ini, kenapa dia masih datang. Oke, kalau begitu berjumpa dengan saya. Kami ketemu di bawah pohon rambutan, jadi ini pembicaraan informal begitu kan ya. Waktu dia ngobrol, dia ngomong apa segala macam, ada satu kalimat dia bilang begini, Bu Greace, saya malu karena dalam hal ini, dosa yang mereka lakukan itu ketahuan oleh Gereja. Oleh Gereja ketahuan, dalam arti Hamba Tuhan dan pengurus. Lalu dia bilang, saya malu sekali, waktu dia ngomong begitu panjang lebar langsung saya bilang begini, kamu bisa malu kepada manusia tapi kamu tidak pernah malu di hadapan Tuhan. Dosa yang kamu lakukan ini, kamu mempermalukan Tuhan. Kok bisa kau jaga mukamu, tapi kau enggak jaga mukanya Tuhan? Kamu lebih mempertimbangkan malunya saya di hadapan manusia, tapi kamu enggak mempertimbangkan bagaimana Tuhan? Waktu saya ngomong itu, yang tadinya dia panjang argumentasi tiba-tiba stop. Lalu saya lanjutkan lagi dengan, akhirnya itu kayak penginjilan. Tadi maksudnya cuman sharing informal, jadinya saya penginjilan. Itu penginjilan Bapak Ibu, bukan penginjilan kondusif tetapi tidak kondusif karena saya ngomong itu benar-benar sudah saya sampaikan itu dengan satu emosi yang benar-benar cukup keras kepada anak ini. Karena memang case-nya cukup berat. Lalu setelah itu saya pikir mereka akan marah, tapi Inang ini, ibunya ini yang dengar, dia mau pulang, dia pegang tangan saya, dia peluk saya, dia cium, dia terima kasih. Anaknya yang tadinya banyak marah-marah sama mamanya, diam, gak marah sama mamanya, pulang mereka. Lalu saya naik ke atas, saya kasih tahu sama Pak Tama kondisinya seperti ini. Dan waktu saya merenungkan akan hal itu, saya berpikir betapa susahnya kalimat Paulus ini hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Kamu telah menerima Kristus satu hal, tetapi hendaklah hidupmu terus menerus di dalam Dia, ini hal yang lain. Bagaimana kesaksian hidup kita itu memancarkan bahwa Yesus memang hidup dalam hidup kita. Memang dia sudah tinggal dalam diri kita, bahwa kita memiliki relasi yang baru dengan Kristus, saudara, itu susah minta ampun. Maka saudara yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus, Paulus memberikan kepada kita empat karakteristik hendaklah hidupmu tetap di dalam dia seperti apa? Ayat yang ke-7 saudara lihat di situ, hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Empat karakteristik daripada hidup yang terus-menerus di dalam Kristus, pertama itu berakar di dalam Kristus, kedua dibangun di atas Kristus, ketiga bertambah teguh dalam iman, dan keempat melimpah dengan syukur. Ini kalimat yang selalu pakai kata hendaklah, hendaklah, hendaklah. Saudara, ini kalimat yang merupakan imperatif yang berarti bahwa wajib dikerjakan oleh orang Kristen. Barangsiapa yang telah mengenal Kristus, dia harus hidup terus-menerus di dalam Dia. Bagaimana caranya? Empat ini, berakar di dalam Kristus, dibangun di atas Kristus, bertambah teguh dalam iman, dan melimpah dengan syukur. Mari kita lihat arti daripada setiap karakteristik ini.
  3. Berakar di dalam Dia Berakar di dalam Dia saudara, itu ditulis di dalam bentuk perfect tense. Sedikit belajar mengenai bentuk waktu bahasa Yunani, ya. Perfect tense dan dalam bentuk passive voice, perhatikan dalam bentuk passice voice. Kalau pasif itu berarti manusianya pasif, Allah yang bekerja. Kalau passive voice selalu mengacu kepada karya Allah, bukan karya manusia. Maka perfect tense dalam bentuk passive voice itu berarti berakar didalam Dia, adalah hasil karya Allah di masa yang lampau secara sempurna, sempurna dan terus berlanjut di dalam kehidupan umat Allah sampai selama-lamanya dalam kekekalan. Saya ulangi, berakar di dalam dia ditulis dalam bentuk perfect tense, passive voice yang berarti ini adalah hasil karya Allah di masa lampau secara sempurna dan terus berkelanjutan di dalam kehidupan umat Allah sampai kepada kekekalan. Saudara, itu berarti menunjuk kepada a settle state, suatu status yang settle, satu status yang permanen, yang tidak bisa diganggu gugat oleh apapun, dosa, kematian, kuasa setan, tidak bisa. Karena ini adalah tindakan Allah menanamkan kita di dalam Kristus, menanam, saudara. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kita tidak berakar dengan sendirinya atau berdasarkan usaha kita. Kita berakar di dalam Kristus, tetapi Alkitab menekankan bahwa ini adalah tindakan Allah yang menyebabkan kita berakar di dalam Kristus memiliki status dan fondasi hidup yang baru di dalam Kristus. Itu menyebabkan kita bisa hidup, bisa berjalan terus, bisa bertumbuh terus-menerus menyerupai Kristus, itu disebabkan karena Allah tanam kita. Saudara ingat di dalam gambaran daripada kitab Perjanjian Lama, di situ dikatakan bahwa kita diumpamakan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air dan dia berbuah tidak kenal musim, selalu berbuah dan terus berbuah. Ini mengacu kepada kehidupan orang Kristen, orang Kristen yang sudah ditanam Tuhan di tepi aliran air, aliran air ini apa saudara? Ini gambaran daripada karya Roh Allah yang memberikan, dan Kristus memberi aliran-aliran Air Hidup itu dalam jiwa kita. Sehingga engkau dan saya bisa bertumbuh, bisa terus menghasilkan buah di dalam kehidupan kita mengikuti Tuhan. Dan siapa yang menanam kita di situ, siapa yang menyebabkan kita bisa bertumbuh? Allah! Karena Dia tanam kita, Dia buat kita berakar di dalam Kristus. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, tindakan Allah ini adalah tindakan yang terjadi satu kali seumur hidup kita. Dan satu tindakan yang tidak bisa digantikan oleh apapun, karena ini tindakan permanen yang dilakukan oleh Allah yang kekal dalam jiwa kita manusia. Suatu tindakan yang begitu luar biasa, maka loyalitas saudara dan saya untuk hidup terus-menerus di dalam Dia, saudara, sangat bergantung kepada tindakan Allah ini. Pohon itu tidak akan berbuah lebat tanpa kenal musim, kalau dia tidak ditanam di tepi aliran air, siapa yang tanam? Bukan pohon tanam dirinya sendiri tetapi ada pribadi yang menanam dia dan itu adalah Allah kita. Maka loyalitas saudara dan saya sekali lagi bergantung kepada karya Allah yang menanam kita atau menyebabkan kita berakar di dalam Kristus, yang menghasilkan iman sejati, keselamatan sejati dalam hidup kita.
  • Berakar di dalam Kristus

Berakar di dalam Kristus, dilanjutkan oleh Tuhan dengan dibangun di atas Kristus. Dibangun di atas Kristus, saudara. Kata ini adalah kata yang ditulis di dalam present tense dalam bentuk passive voice. Kalau tadi perfect tense passive voice, ini present tense passive voice, yang sekali lagi mengacu kepada karya Allah. Allah sedang dan terus-menerus melakukan pengerjaan pembangunan dalam kehidupan umat Allah, pembangunan. Allah tidak saja tanam kita dalam Kristus, membuat kita berakar dalam Kristus, lalu stop, tidak saudara! Tetapi Dia melanjutkan itu dengan membangun kita terus-menerus, membangun kondisi rohani orang percaya yang secara progresif dibangun oleh Tuhan, sehingga orang-orang percaya itu ketika ditanam dalam Kristus mereka bukanlah suatu produk yang sudah final, bukan produk yang sudah final. Tetapi mereka akan menuju kepada kesempurnaan nanti di waktu Yesus datang kembali, tapi sekarang sedang dalam proses pembangunan itu. Kemarin waktu Pak Tama sekitar hari Jumat, biasanya dia pergi mengecek pembangunan itu satu kali satu hari, satu minggu bisa dua tiga kali dia pergi. Tapi biasanya setiap hari itu hanya satu kali dia pergi. Tapi kemarin Jumat dia dua kali pergi, pagi pergi, sore pergi juga. Terus saya bilang, kenapa pergi dua kali? Terus dia bilang begini, coba lihat pembangunan kita itu, saya senang pergi ke sana. Waktu fondasi itu dibangun, struktur itu mulai mereka tancap itu semua ya, saudara, tiang-tiang utama itu saudara, rasanya lama sekali. Itu memakan waktu sekitar 5-6 bulan, tapi setelah fondasi selesai, naik semua atas ini, saya enggak tahu namanya sebut dalam bahasa pembangunan itu, wah itu cepat sekali. Lalu dia sampaikan kepada kontraktor supaya sekitar bulan waktu Paskah, tanggal-tanggal Paskah itu kami bisa ibadah di situ sehingga lantai itu bisa sudah jadi. Tapi yang saya mau katakan di sini adalah bagaimana melihat progresivitas daripada pembangunan itu. Gambaran pembangunan mulai daripada struktur itu, fondasi itu dibangun sampai naik ke atas. Ini adalah gambaran yang bisa kita kenakan kepada kehidupan kristen. Ketika Allah bangun fondasi, Allah enggak stop sampai di situ. Fondasi kita berakar di dalam Kristus, tapi Allah enggak stop. Allah bangun terus ke atas, sampai kapan? sampai mencapai titik yang Dia mau sempurna sesuai dengan rancangan kekal Dia dan pembangunan itu terus berlangsung secara progresif, saudara. Nah ini yang disebut dengan proses membangun kehidupan kita. Kalau Allah sedang membangun kita hari ini sampai mencapai titik kesempurnaan yang dia kehendaki nanti, berarti implikasinya setiap saudara dan saya memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Ada suami yang tingkat pertumbuhannya itu sudah misalnya sampai di d, a b c d misalnya. Tapi istri a enggak lanjut-lanjut saudara, masih di a terus, dari tahun ke tahun a terus. Begitu ya kadang-kadang suami jadi enggak sabar sama istri. Kamu dari dulu tetap saja kayak begitu ya. Ya tapi ini yang kita sebut sebagai apa yang kita kenal pertumbuhan, dalam tingkat yang berbeda. Ada orang yang Tuhan buat itu kayak cepat pertumbuhan iman, tapi ada orang yang kayak siput. Siput itu sudah lambat, mengesalkan pula ya kalau bapak ibu ketemu siput ya. Coba bandingkan siput dengan singa, singa itu wah gagah perkasa, begitu lihat mangsa cekatan begitu kan ya. Kalau siput pelan saudara, singa sudah berapa langkah siput masih di sini. Tapi bukankah kehidupan daripada kristen itu kayak begitu saudara. Ketika kita berjumpa dengan orang-orang percaya di sekeliling kita, ada yang kita lihat kayak singa, ada yang kita lihat kayak siput, tapi ada juga yang mungkin di tengah-tengah antara siput dan singa. Tapi itu yang disebut dengan tingkat pertumbuhan berbeda dan ketika kita berjumpa itu, ingatlah itu dalam proses pembangunan. Tuhan sedang memproses kita sampai kepada titik yang nanti Tuhan mau. Hal yang lain ketika engkau dan saya belajar bahwa Tuhan Allah sedang membangun kita. Implikasinya berarti kita masih menemukan ada kecacatan, ada ketidaksempurnaan, ada kegagalan, bahkan kemungkinan jatuh di dalam dosa yang kita temukan baik pada diri kita maupun pada diri sesama kita yang percaya. Karena itu saudara yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus, ketika kita sadar kita dibangun di atas Dia, terus-menerus Allah kerjakan itu, di saat yang sama kita sadar kita butuh anugerah, butuh anugerah. Tiap langkah hidup orang percaya adalah langkah yang dibangun, dipimpin, diarahkan oleh anugerah. Tidak ada orang percaya yang dibangun di atas Dia tanpa anugerah, saudara. Semuanya adalah anugerah demi anugerah. Saudara lihat bagaimana Yohanes Pembaptis ketika menjelang kematian dia, dia meragukan Yesus. Apakah Engkau Mesias yang kami nanti atau kami harus tunggu yang lain? Seorang kaliber seperti Yohanes Pembaptis bisa sampai kepada titik meragukan Tuhan Yesus. Saudara, berjumpa juga dengan Yakub yang adalah orang percaya tetapi hidupnya selalu saja jatuh di dalam aspek yang sama walaupun dia sudah percaya kepada Tuhan. Karena itu ketika sebelum dia meninggal, dia berjumpa dengan Firaun, Tuhan izinkan dan dia mengatakan bahwa aku ini sudah berusia sekian dan hidupku adalah penuh dengan penderitaan, aku hanyalah seorang pengembara, yang berarti bahwa pengembara itu membutuhkan belas kasih Tuhan, belas kasih Tuhan dan anugerah Tuhan semata. Saudara ini menunjukkan bahwa engkau dan saya sedang diproses Tuhan, dibangun di atas Dia. Maka kita hanya bisa loyal, jika Allah bekerja membangun kita terus-menerus. Tanpa itu kita tidak bisa bertumbuh, tanpa itu kita tidak bisa terus hidup di dalam Kristus.

  • Ketiga, karakteristik yang ketiga adalah bertambah teguh dalam iman.

Bertambah teguh dalam iman, saudara ini adalah present tense kalau kita perhatikan di situ present tense dalam bentuk passive voice lagi. Kalau kita lihat di situ sesuatu yang adalah pekerjaan Allah yang sedang dan terus menerus dikerjakan dalam kehidupan umat Allah yaitu meneguhkan iman mereka makin hari makin teguh, makin hari makin kokoh, makin hari makin dikuatkan di dalam Tuhan. Saudara, ini adalah pekerjaan Allah yang ajaib. ketika Allah memberikan hal ini saudara, ada semacam hubungan timbal balik antara iman dan pengetahuan doktrinal. Bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, diajarkan kepadamu, berarti ada hubungan timbal balik antara iman dan pengetahuan doktrinal. Ketika Allah meneguhkan iman kita, satu-satunya agen atau alat yang dia pakai untuk teguhkan iman kita secara terus-menerus adalah Firman. Roma 10:17 mengatakan bahwa iman lahir, iman timbul oleh Firman Kristus. Yohanes 15 :4-5, 7 dan 8 dikatakan bahwa iman bertumbuh dan berbuah oleh Firman Kristus. Dan Titus 1: 9 mengatakan bahwa iman dikuatkan dan diteguhkan oleh Firman Kristus. Maka di sini, saudara dan saya lihat bahwa iman saja tanpa Firman yang mendampinginya, saudara, iman ini akan colaps.  Iman ini tidak akan bertumbuh, tetapi Firman ini harus hadir terus-menerus menyertai kita, mengoreksi, membersihkan kita, menguatkan dan meneguhkan kita, supaya kita bisa bertumbuh. Kalau kita ingat di dalam Mazmur 119 Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Firman adalah agen satu-satunya dari Allah dan Roh yang menggunakannya untuk meneguhkan iman kita. Saudara yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus, di sini Firman ketika Dia meneguhkan iman kita, saudara, Firman itu bukan saja menyediakan fondasi sejumlah argumentasi yang menjadi fondasi bagi iman kita secara kognitif untuk kita percaya kepada Allah kita. Tapi kalau saudara memperhatikan di dalam penjelasan daripada Perjanjian Lama khususnya Mazmur 119, saudara, saudara akan ketemu di sana bahwa peranan Firman termasuk menyediakan pertimbangan-pertimbangan bagi kita di dalam pengambilan keputusan. Bahwa Tuhan bisa memakai hikmat umum, kebenaran umum yang Allah nyatakan melalui wahyu umum itu betul. Tetapi ketika saudara dan saya ingin mengambil satu keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah, itu Firman harus menuntun hidup kita. Maka Firman, kombinasi antara Firman dengan hikmat umum melalui wahyu umum, saudara, ini adalah sesuatu yang penting. Firman memungkinkan engkau dan saya bisa bertumbuh mengambil keputusan, menguatkan jiwa kita, meneguhkan hati kita untuk mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Ini peranan Firman yang menguatkan jiwa kita. Kalau saudara saya ingat bagaimana Allah menangani kasus Musa dan juga Elia, kalau kita lihat di dalam Kitab Keluaran, Musa ketika Allah panggil, mengutus dia untuk kemudian membebaskan Israel dari tanah perbudakan masuk ke tanah Kanaan, dia punya sejumlah argumentasi. Dengan kata lain dia mau mengatakan bahwa Tuhan jangan pakai saya. Tapi menariknya saudara, ketika Tuhan bicara dengan Musa, Tuhan selalu berika Firman, Firman, Firman sebagai argumentasinya untuk meneguhkan iman Musa, supaya Musa taat kepada kehendak Tuhan. Tapi terakhir Musa masih berargumentasi dan akhirnya Tuhan marah. Mari kita baca di dalam keluaran 4 :10-14:

10Lalu kata Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”

11Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? 12Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan. 13“Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” 14Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

Tuhan Allah marah saudara, yang menunjukkan kepada kita bahwa ketika Allah menyikapi sikap Musa yang demikian, Dia membimbing Musa dengan Firman. Tapi perhatikan emosinya Tuhan ketika Dia memberikan Firman, yang tadinya Dia berbicara dengan baik kepada Musa, kemudian bangkit amarah untuk tegur Musa. .Apa yang saya mau katakan di sini, kekuatan bagi Musa untuk menjalankan panggilan Tuhan itu bergantung sekali kepada Firman, termasuk emosi daripada Firman ketika diberitakan itu oleh Tuhan, memarahi dia, menegor dia, bangkit murka Tuhan atas Musa dan seterusnya. Tapi itu membentuk hati Musa supaya teguh, kuat, lalu kalau kita bandingkan juga dengan Elia, mari kita lihat sebentar di dalam 1 Raja-raja. Setelah dia menyelesaikan pelayanan yang begitu spektakuler itu, mematikan 450 nabi baal, lalu dia mendapatkan ancaman kematian daripada Isebel, lalu dia lari, dia lari dan dia menuju ke Bersyeba ke padang gurun. Lalu sampai di sana, saudara dan saya lihat di dalam 1 Raja-raja 19:4, tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya lalu duduk di bawah sebuah pohon arar kemudian ia ingin mati katanya, cukuplah itu sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku. Ada self pity mulai merongrong hati daripada seorang nabi besar ini, Elia. Perhatikan bagaimana Tuhan menolong dan menguatkan kembali iman daripada Elia, dia tidur dan kemudian malaikat Tuhan menyentuh dia serta berkata bangunlah, makanlah. Ayat 7 lagi dikatakan malaikat Tuhan untuk kedua kalinya menyentuh dia serta berkata bangunlah, makanlah sebab kalau tidak perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu. Kemudian dia makan, dia mendapatkan kekuatan. Dia jalan 40 hari 40 malam sampai ke gunung Allah, yaitu Gunung Horeb. Seorang yang self pity dan putus asa ini diberi kekuatan oleh Tuhan jalan ke mana, ke gunung Tuhan. Sampai di gunung Tuhan, Allah langsung konfrontasi sama dia, apa kerjamu di sini hai Elia?  ini orang baru kerja Tuhan enggak tahu ya, makanya dia jawab sama Tuhan, aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan dan seterusnya. Tapi Tuhan konfrontasi dia saudara, untuk kemudian membawa Elia yang tadi putus asa itu, yang self pity tadi itu kembali kepada panggilannya. Jadi ketika Allah menangani Musa, ketika Allah menangani Elia, Allah pakai apa? Firman! Firman adalah kekuatan Allah, agen Allah yang memelihara jiwa kita, memelihara iman kita, mencegah kita daripada kejatuan dalam dosa. Memelihara engkau dan saya untuk tetap di dalam koridor kekudusan, supaya kita tetap berjalan mengikuti Tuhan kita dan bertumbuh di dalam iman kepada Kristus, Firman memelihara kita. Jadi kalau kita bertanya ketika ada hubungan timbah balik antara iman dan pengetahuan akan Firman, pertanyaan yang mungkin kita perlu pikir pikirkan adalah siapa yang pelihara iman kita sebenarnya? Kita akan dengan mudah menjawab berdasarkan Firman ini bahwa Allah pelihara iman kita melalui Firman. Kekuatan iman kita, ketika kita sudah putus asa, ketika mungkin kita kehilangan kekuatan untuk melayani Tuhan, ketika kita sudah lagi ingin pergi saja, ingin mati saja, mungkin saudara berencana untuk bunuh diri barangkali saking sudah putus asanya, tapi Tuhan datang kepada orang yang ingin bunuh diri ini. Ingin mati ini, ingin mati ini , Tuhan ambil saja nyawa saya, Tuhan kuatkan melalui Firman, Tuhan kuatkan melalui Firman. Saya ingat seorang pemuda kami, dia sekarang sudah di Australia, ambil S3. Tapi sebelum peristiwa itu terjadi, dia bekerja selama beberapa waktu di Depok dan dia simpan uang untuk studinya itu ada100 juta. Di luar dugaan dia, HP dia itu error, jadi dia pergi bawa HP dengan tujuan perbaiki di counter. Tapi sampai di sana setelah HP-nya, lcd-nya yang rusak itu diperbaiki, dia pulang kembali, muncul notifikasi bahwa ada transaksi keluar daripada rekeningnya dia itu 100 juta. Wih dia kaget sekali, lalu dia pergi cek ke bank yang tempat dia, tabungan dia di situ. Dan betul ada transaksi itu, pertanyaannya siapa yang bikin transaksi? Karena dalam waktu itu, dia sedang serahkan HP dia ke counter untuk perbaiki, selidik punya selidik. ternyata orang yang melakukan perbaikan HP itu adalah karyawan daripada bank di mana dia simpan tabungannya. Jadi dia bisa akses masuk ke dalam untuk buka itu dan kemudian ambil uang studi itu dan itu menjadi pukulan yang amat berat buat dia, sudah diusahakan melalui jalur hukum dan seterusnya tapi enggak ada titik titik terang, malah dia yang disalahin. Sudah ada bukti-buktinya dia kumpulkan data untuk memberikan bukti itu sudah pakai jalur hukum, polisi dan seterusnya, tapi enggak kembali uangnya. Dia stres sekali lalu kami doakan dia dan seterusnya kami juga enggak tahu bagaimana caranya menolong dia. Sampai waktu di mana akhir tahun 2022, masuk 2023 kalau saya enggak salah, 2023 akhir dia ada bersama kami. Hari itu dia putuskan kepada Tuhan, natal tahun ini 2023 adalah natal terakhir buat saya. Dia putuskan begitu karena dia mau rencana bunuh diri, dia sudah tidak tahu bagaimana uang itu akan kembali, studi dia, masa depan dia,dia sudah engak tahu bagaimana. Jadi hari itu dia putuskan, Tuhan ini natal terakhir saya. Tapi di luar dugaan ketika dia datang ibadah di natal itu, Pak Tama yang khotbah pak pas tanggal itu dan ada satu kalimat Firman Tuhan yang Tuhan pakai daripada khotbah itu, tegur dia dan kuatkan kembali iman dia untuk berpengharapan kepada Tuhan.

Waktu Tuhan tegur dia seperti itu, kayak dia yang tadinya putus asa tuh kayak dapat kekuatan baru, dapat kekuatan baru dan bangkit daripada kelesuan hatinya dan keinginan untuk bunuh diri itu. Lalu dia pulang, dia ucap syukur sama Tuhan, dia bilang Tuhan saya gak tahu jalan hidup saya bagaimana ke depan, bagaimana saya harus makan minum dan seterusnya. Tapi saya percaya seperti Firman Tuhan tadi, Tuhan cukupkan. Dan Bapak Ibu di luar dugaan, tahun setelah itu 2024 rupanya dia apply beasiswa dan dia mendapatkan beasiswa jumlahnya lebih dari 100 juta. Uangnya kembali bahkan plus, plus, plus. Dan apa yang dia harus dapatkan melalui apa namanya, semacam ada kursus persiapan untuk S3 dia dapatkan dengan gratis dan bahkan itu dijamin oleh pemerintah Australia dan seterusnya. Wah dia dapat fasilitas semua oke, pas dia mau jalan dia bilang Bu Grace, besok saya mau pergi ke Australia, saya mau bersaksi sekaligus mau minta didoakan. Waktu dia bersaksi, dia berdoa, kami berdoa dengan ucap syukur sama Tuhan. Kami berdoa karena Tuhan, terima kasih anak yang muda ini bergumul dan digoncangkan melalui peristiwa itu, tetapi Firman meneguhkan dia, Firman meneguhkan dia. Makanya bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu saudara, enggak bisa kita mempermainkan atau meremehkan Firman karena Firman adalah alat anugerah Tuhan untuk mengokokkan jiwa kita, memelihara kita dalam kekudusan, mencegah kita daripada perbuatan dosa kita. Ini adalah anugerah Tuhan yang begitu besar. Maka sekali lagi, kita hanya bisa diteguhkan melalui Firman.

  • Keempat yang terakhir, karakteristik untuk hidup terus-menerus di dalam Kristus adalah melimpah dengan syukur. Melimpah dengan syukur present tense, di dalam bentuk active voice, ditulis dalam bentuk present tense terus-menerus dalam bentuk active voice. Kalau tiga yang lain pasif, pasif, pasif, yang ini adalah active voice yang berarti itu adalah bagiannya kita. Kalau tadi Allah kerja bagi kita, sekarang bagaimana bagiannya kita orang percaya. Active voice ini adalah karya Allah dalam kehidupan umat Allah yang terus-menerus membangkitkan atau menghasilkan kelimpahan ucapan syukur, kelimpahan ucapan syukur. Waktu lalu saya pernah sampaikan tentang ucapan syukur di tempat ini. Ucapan syukur adalah tanda pasti dari kehidupan rohani yang sehat. Orang yang mengalami anugerah Allah, orang itu pasti bersyukur, semakin tidak mengalami anugerah semakin kurang bersyukur. Maka ucapan syukur hanya mungkin terjadi jika saudara dan saya terus mengalami anugerah Tuhan dan itu menggairahkan kita untuk semakin bersyukur, tanda daripada kehidupan rohani yang sehat. Saudara ingat waktu Yesus Kristus menyembuhkan 10 orang kusta, Tuhan bilang pergi, tunjukkan dirimu kepada Imam. Tuhan sembuhkan mereka, belum sampai ketemu imam, di tengah jalan sudah sembuh. Salah satu daripada 10 itu pulang kembali kepada Tuhan Yesus, dia belum ketemu Imam, dia bilang sama Tuhan terima kasih. Dia berterima kasih lalu Tuhan tanya di mana yang 9, kenapa hanya kamu yang pulang ucap terima kasih? Dimana yang 9? Dan yang pulang ucap terima kasih adalah orang Samaria.  Orang Samaria yang tidak memiliki iman yang sama seperti orang Yahudi, mereka dianggap Najis, mereka dianggap orang-orang yang pinggiran, marginal, tidak layak mendapatkan keselamatan, bahkan dianggap sebagai anjing saja. Tetapi dia pulang dan ucap terima kasih sama Tuhan, kenapa saudara? karena kesadaran akan karya Allah dalam hidupnya yang telah menyembuhkan dia, bukan saja secara fisik tetapi dia melihat akan cinta kasih Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dia, seorang yang non Yahudi, seorang yang sakit kusta, seorang yang najis tetapi disembuhkan oleh Tuhan. Itu membuat dia tidak bisa tidak, aku harus kembali dan bersyukur kepada Tuhan Yesus. Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, ucapan syukur adalah tanda pasti kehidupan rohani yang sehat. Tetapi di sisi yang lain, ucapan syukur juga adalah tindakan Allah untuk mencegah saudara, menghindarkan kita dari umpan dosa, umpan dosa kekuatiran, umpan dosa keraguan terhadap Allah dan karya providensiNya. Bukankah saudara dan saya sangat mudah khawatir, sangat mudah ragu Kepada Tuhan ketika ada pergumulan menggoncang hidup kita. Maka Tuhan Allah pakai ucapan syukur ini sebagai gairah yang baru dalam hati kita untuk mencegah kita tidak jatuh dalam kekhawatiran, tidak jatuh dalam keraguan, tetapi mengandalkan Tuhan, beriman, percaya dan berharap kepada Allah dan providensiaNya. Saya ambil dua contoh dari PL dan PB. Dalam Perjanjian Lama saudara ingat janda di Sarfat.  Janda di Sarfat adalah seorang yang hanya punya tepung segenggam dan minyak yang tinggal sedikit dibuli-buli pada waktu masa kekeringan terjadi tiga setengah tahun di wilayah Samaria. Dan ketika Elia itu diutus Tuhan ke sana, Tuhan kasih Firman kepada janda itu supaya janda itu memberi makan Elia. Tapi janda itu kasih tahu sama Elia, tepung tinggal segenggam, minyak tinggal sedikit di buli-buli ini, saya masak untuk anak dan saya, setelah kami makan, kami mati yang berarti bahwa kami tidak punya lagi apa-apa pada diri kami, hanya itu saja yang ada. Tapi Elia mengatakan percaya kepada Firman Tuhan, apa yang sudah difirmankan Tuhan. Dan janda ini melakukan sesuai yang difirmankan Tuhan, dia tidak makan lebih dahulu tetapi dia berikan kepada Elia untuk Elia makan lebih dahulu. Setelah itu dia liat tepung dan juga minyak dibuli-buli tidak habis-habisnya sampai selesai masa kekeringan. Pertanyaannya, apakah dia tidak khawatir, apakah dia tidak ragu? Argumentasi dia menunjukkan bahwa secara nalar manusia, ini kayaknya impossible dah Tuhan. Tuhan kasih satu perintah yang iImpossible tapi Tuhan bilang possible, taat aja sama Firman, percaya sama Firman. Kadang-kadang saudara dan saya itu waktu mau taat sama Tuhan, kita selalu menemukan gap antara impossible, bagaimana yang impossible ini bisa terealisasi saudara ya, bagaimana yang impossible bisa jadi possible. Tapi di tangan Tuhan itu bisa jadi possible, saudara. Dan ini disebut dengan iman, iman yang menembus kekhawatiran, iman yang menembus keraguan, iman yang mempercayai Allah dan providensiaNya. Dia melihat jauh ke depan melalui Firman yang sudah dinyatakan sebagai fondasi dia berdiri, supaya dia berpengharapan. Begitu juga di dalam Perjanjian Baru ketika saudara berjumpa dengan janda yang memberikan persembahan satu peser, Tuhan Yesus bilang, dari semua yang memberi ini dia memberi paling besar, kenapa saudara? Karena di beri seluruh hidupnya, itu penghasilan dia dan besok dia gak tahu memakan apa, tapi dia beri semua bagi Tuhan. Pertanyaan yang sama, apakah tidak ada kekhawatiran pada diri janda itu? Apakah tidak ada keraguan pada diri janda itu? Saudara, ini membuktikan kepada kita, janda itu kenapa Tuhan Yesus sampai puji dia, berarti Tuhan Yesus lihat ada iman pada dirinya yang memandang kepada Allah yang sumber pemeliharaan, sumber dia berharap, sumber iman dia yang di mana akan memprovidensiakan apa yang menjadi kebutuhannya hari esok. Bapak Ibu yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, maka melimpah dengan ucapan syukur adalah tindakan manusia sebagai respons kepada seluruh karya Allah yang begitu amat baik dan tidak pernah dapat dihitung kebaikannya itu bagi kita. Maka tidak ada hal yang lain yang kita bisa persembahkan kepada Tuhan kita selain daripada Tuhan terima kasih, Tuhan terima kasih, tidak ada yang lain hanya bilang Tuhan terima kasih. Maka itu terbukti daripada seluruh kehidupan kita yang kita persembahkan kepada Dia seperti janda yang mempersembahkan kepada Dia seluruh apa yang menjadi miliknya. Maka hari ini saudara dan saya belajar di dalam teks ini saudara ya, bagaimana kita hidup dalam Kristus, hidup dalam kesatuan kasih dan pengetahuan yang sejati, tetapi juga hidup di dalam loyalitas kepada Kristus saja dan tidak ada yang lain. Kiranya Firman Tuhan hari ini memberkati kita semua.

YouTube: https://youtu.be/gCx-X4LzPmI

(Ringkasan ini belum diperiksa pembicara-WK)

  • Minggu, 12 Januari 2025

PELAYANAN DAN PIMPINAN ALLAH

Pdt. Dr. J. Putratama Kamuri, M.Th.

Mari kita buka Alkitab kita dari Injil Lukas pasal 7. Yohanes punya pelayanan singkat tetapi juga kemudian bapak, ibu akan menemukan Yesus berbicara mengenai orang ini pelayanannya singkat tapi dia adalah orang yang paling besar. Yohanes 7:18-29.

18 Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, 19 ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” 20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” 21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. 22 Dan Yesus menjawab mereka: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” 24 Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 25 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. 26 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 27 Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 28 Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” 29 Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes.

Bapak, ibu, saudara yang kekasih di dalam Tuhan, minggu ini kita akan melihat bagian ini untuk mempersiapkan hati kita masuk ke dalam pelayanan tahun 2025. Saya mau mulai dengan mengingatkan bahwa di dalam teks ini saudara dan saya menemukan di bagian akhir Yesus mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih besar daripada Yohanes pembaptis. Tapi sebelumnya saya juga mau mengajak untuk melihat satu hal, saya pernah nonton satu film yang sebenarnya sudah cukup tua Alfred Hitchcock. Di dalam satu seri namanya Bull in China. Film ini dimulai dengan narator menjelaskan apa yang dia sebut sebagai The Moment Of Truth. Dia mengatakan bahwa kalau seorang Matador dihadapkan kepada banteng, seringkali Matador yang sangat lincah dan sangat baik itu selalu memenangkan pertarungan. Tetapi kemudian dia bilang, “Suatu saat nanti kita akan melihat bahwa Matador yang paling hebat sekalipun akan hancur”, dan dia bilang kehancuran sang Matador itulah yang disebut sebagai The Moment Of Truth.

The Moment Of Truth adalah momen yang mau menunjukkan kepada saudara dan saya fakta bahwa manusia yang paling hebat sekalipun satu saat akan berhadapan dengan pergumulan-pergumulan eksistensial, di mana dia bergumul sendiri dan tidak ada orang yang bisa masuk. Kemudian di dalam pergumulan-pergumulan eksistensial itu dia akan hancur. Dunia dan pergumulannya itu seperti banteng yang kadang-kadang kita bisa kalahkan tetapi satu saat nanti dunia ini akan membuktikan bahwa dia lebih besar dari kita dan kemudian dia akan menghancurkan kita dan hari ini kita akan melihat seolah-olah apa yang dikatakan oleh sang narator itu ada benarnya ketika kita melihat kisah Yohanes pembaptis.

Yesus bilang di dalam bumi ini yang lebih besar dari Yohanes pembaptis. Nabi-nabi perjanjian lama adalah orang-orang besar. Musa orang besar Elia orang besar tetapi kemudian Tuhan Yesus bilang tidak ada yang lebih besar dari Yohanes.

Saya mau ajak bapak, ibu untuk, pertama melihat beberapa hal terkait dengan Yohanes pembaptis sehingga mungkin kita harus mengakui bahwa memang orang ini besar. Secara spiritual dia adalah seorang raksasa. Dia telah dipenuhi oleh Roh Kudus sejak di dalam kandungan ibunya. Istilah dipenuhi oleh roh kudus di dalam bahasa teologi hari ini adalah kelahiran baru. Semua manusia, siapapun, nabi dalam perjanjian lama, rasul dalam perjanjian baru, mereka baru mengalami kelahiran baru setelah mereka dilahirkan oleh ibunya. Tetapi Yohanes pembaptis adalah satu-satunya manusia yang telah mengalami kelahiran baru di dalam kandungan ibunya.

Yang kedua, Yohanes pembaptis adalah satu-satunya nabi yang telah melaksanakan tugas kenabian menunjuk kepada Yesus Kristus sebagai Mesias sejak di dalam kandungan ibunya, Ketika Maria datang mengunjungi Elisabeth, Yohanes yang masih di dalam kandungan ibunya itu dia bergerak dan kemudian memberikan petunjuk kepada sang ibu bahwa sekarang yang datang itu Mesias.

Nabi itu biasanya memberitakan tentang Kristus supaya umat Allah meresponi kehadiran Kristus atau meresponi kehadiran Mesias, dan Yohanes sudah menjalankan tugasnya sejak di dalam kandungan ibunya. Gerakan bayi di dalam kandungan itu sesuatu yang biasa. Tetapi ketika dikatakan bayi itu seperti melonjak-lonjak di dalam perut Elisabeth itu kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang juga digunakan untuk menterjemahkan Mazmur, “…biarlah gunung-gunung beranjak biar bukit-bukit bergoncang atau bergoyang”. Kata bergoncang bukit bergoncang atau bergoyang itu yang dipakai sebuah gerakan yang tidak biasa sama seperti gerakan daripada dua anak di dalam kandungan daripada Ribka yaitu Esau dan Yakub, ketika dua anak itu bertolak-tolakan satu dengan yang lain. Maka Tuhan kemudian bekerja melalui Roh Kudus mencerahkan pikiran Elisabeth. Elisabeth mengerti bahwa yang datang ini adalah ibu daripada Mesias.

Yang ketiga dia adalah satu-satu nya nabi yang melihat Mesias yang dia nubuatkan. Nabi yang lain bernubuat tentang Mesias mereka menanti-nantikan kapan Mesias datang supaya mata mereka liihat Mesias. Tetapi di nabi di dalam perjanjian lama tidak ada satu pun yang mengalami hal itu. Di dalam perjanjian baru kita menemukan nabi yang paling terakhir yaitu Yohanes pembaptis dia bernubuat tentang Mesias dan kemudian matanya diizinkan untuk melihat Mesias. Bahkan dia diizinkan bukan hanya untuk melayani orang banyak, dia melayani Mesias, dia membaptis Yesus Kristus. Orang ini disebut sebagai orang yang sangat besar oleh karena Allah berkarya di dalam dirinya dan nanti kita akan melihat Allah berkarya melalui dia.

Dia adalah seorang nabi yang tidak berkompromi di dalam pelayanannya. Bapak, ibu dan saya tahu cerita ini kan ya, waktu Yohanes sedang membaptis, Herodes lewat, lalu apa yang dia bilang? Harusnya diam-diam aja. Kenapa mesti cari masalah? Itu seperti kalau kita lihat hamba Tuhan di mimbar khotbah, kita akan bilang, “Sudahlah enggak usah singgung-singgung politik. Kamu khotbah aja firman Tuhan.” Yohanes enggak bisa tahan mulutnya itu, begitu Herodes lewat dia berhenti dari kegiatan membaptis, dia lihat kepada Herodes lalu dia bilang begini, “Kamu Herodes tidak layak bagi kamu untuk mengambil istri saudaramu untuk menjadi istrimu”. Bapak, Ibu akan menemukan Herodes itu marah sekali, lalu mencari momen untuk menangkap dia, tapi di sisi yang lain hati nurani Herodes, Herodes itu jahat tapi hati nuraninya itu Tuhan jaga. Di dalam dunia ini orang sejahat apapun kadang-kadang Tuhan masih pakai hati nuraninya. Saudara akan menemukan Herodes itu sebenarnya tidak berani bunuh Yohanes pembaptis, dia ingin dengar perkataan Yohanes pembaptis, sehingga nanti setelah dikatakan Yohanes pembaptis itu sudah mati, lalu kemudian Yesus Kristus melayani, kemudian Herodes bertanya, “Itu siapa sih? Lalu ada yang bilang mungkin Yohanes pembaptis bangkit”. Herodes bilang, “Cari dia, bawa ke dalam istana karena saya mau dengar dia sekali lagi”. Ini Benci tapi rindu.

Ada masa di mana saudara dan saya kadang-kadang harus menyampaikan kebenaran, ketika saudara dan saya menyampaikan kebenaran yang mendengar kebenaran mungkin marah, tetapi Tuhan itu bisa membentuk hati nurani melalui kebenaran yang kita sampaikan. Mungkin nanti ketika kita sudah mati baru dia sedih. Ketika kita hidup, dia jengkel, begitu kita mati dia sedih. Saudara akan menemukan begitu dia bunuh Yohanes pembaptis hatinya dia sedih setengah mati. Kenapa? Karena Tuhan membangkitkan satu orang yang begitu berani untuk kemudian menegur orang yang bernama Herodes.

Herodes yang begitu jahat, Herodes yang begitu ditakuti oleh manusia, tidak ditakuti oleh Yohanes pembaptis. Di dalam kitab Ibrani dikatakan hamba Tuhan itu seperti angin. Bapak, ibu ketika dikatakan hamba hamba Tuhan, hamba Tuhan tu kan bukan cuma kami, harusnya Bapak, ibu ini juga hamba Tuhan. Hamba Tuhan itu seperti angin, maksudnya apa ya? Kadang-kadang ada masa di mana saudara dan saya melayani tidak kelihatan tetapi ada. Ada masa di mana kekuatan yang tidak kelihatan ini bekerja dengan kekuatan yang begitu luar biasa besar sehingga terlihat seperti kekuatan yang destruktif.

Kalau dia bekerja seperti angin sepoi-sepoi kita tidak tahu tapi dia ada. Kita tidak melihat dia ada dan kita tidur nyaman sekali. Tetapi ada masa dia datang seperti angin puting beliung yang menghancurkan segala sesuatu. Orang-orang yang dipimpin oleh Roh Kudus, orang-orang yang dipimpin oleh firman kadang-kadang kehadirannya itu tidak terlihat namun kehadirannya juga bisa jadi berkat. Dia tidak kelihatan tapi dia bisa jadi berkat. Dia bukan orang yang terlihat signifikan, tetapi dia bisa jadi berkat. Tetapi kemudian waktu dikatakan hamba Tuhan itu seperti angin, bagi orang Yahudi yang menggerakkan angin ke sana dan kemari itu cuma satu, Tuhan. Manusia tidak bisa mengarahkan angin, cuma Tuhan yang mengarahkan angin. Maka hamba Tuhan, orang Kristen adalah orang-orang yang digerakkan oleh Allah melalui firman dan dia tidak digerakkan oleh kekuatan yang lain.

Oleh sebab itu maka kita akan menemukan bahwa Yohanes pembaptis hari itu seperti satu orang yang begitu bebas, orang yang kemudian bisa mengatakan apa yang harus dia katakan berdasarkan firman Tuhan. Biasanya kalau orang berhadapan dengan politisi, lalu kemudian politisi jadi ancaman, maka dia akan mendekat kepada masyarakat, biasanya begitu. Kalau dua politisi lagi beradu, lagi kompetisi, mereka harus berebut suara rakyat. Seharusnya kalau berhadapan dengan Herodes maka Yohanes harus mengambil hati orang Israel. Bapak, ibu akan menemukan fakta yang lain di dalam Lukas pasal 3 ayat 7 dan 8 dia sebelum dia ngomong dengan Herodes dia sudah ngomong dulu dengan orang Israel dan dia bilang apa? Kamu ini keturunan ular beludak! Ular beludak itu ular yang beracun bisanya sangat mematikan. Ular beludak itu adalah simbol daripada setan dan pekerjaannya (Kejadian pasal 3, Wahyu pasal 12, Wahyu pasal 20). Ular adalah simbol dari permusuhan terhadap Allah.

Mesir itu digambarkan juga seperti ular, permusuhan, perlawanan kepada Allah dan ini kan kalimat yang kasar. Bapak, ibu bayangkan kalau bapak, ibu duduk di sini pertama kali datang di GRII Cikarang, duduk lalu kemudian saya lihat Bapak Ibu langsung saya tunjuk, “Kamu keturunan ular beludak.” Apa yang akan bapak ibu lakukan? Minggu depan masih datang lagi? Sudah tidak. Yohanes itu ketika orang banyak datang, Tuhan kirim banyak orang untuk dilayani oleh dia, dia tidak kompromi sama sekali dengan mereka. Dia bilang kepada mereka, “Kamu adalah keturunan ular beludak.” Bapak, ibu ini dia bilang, “Kamu tidak bisa lari, kamu kira kamu bisa lari dari penghakiman Allah? Tidak bisa”. Lalu kemudian dia sampaikan firman Allah. Bapak, ibu kenapa dia bilang, “Kamu tidak bisa lari dari penghakiman?” Karena pada masa itu orang Yahudi itu punya dua cara ini, bagi pemimpin-pemimpin agama, mereka pakai apa yang disebut sebagai pembenaran diri, hidup terlihat begitu suci, hidup terlihat begitu baik, sampaikan firman di bait Allah, itu baik sekali. Tapi mereka pakai semua itu untuk menutupi apa yang disebut sebagai keberdosaan mereka. Kemudian masyarakat Israel pada umumnya memang tidak suci-suci amat seperti pemimpin agama, tapi mereka akan bilang, “Kami ini umat Allah, karena kami keturunan Abraham”. Mereka terlihat lebih baik dari semua tapi Yohanes bilang, “Kamu tidak akan bisa sembunyi dari penghakiman Allah karena firman ini akan menelanjangi kamu”.

Firman itu disebut sebagai api. Firman seringkali disebut sebagai terang karena dia akan bercahaya dan akan memberi petunjuk kepada kita mengenai sesuatu yang kotor di dalam kehidupan kita di tengah-tengah kegelapan. Saya tidak tahu bapak, ibu punya pengalaman ini atau tidak, tetapi dulu waktu saya masih kecil itu ada nama di Kupang itu ada hampir semua rumah punya rumah utama lalu di belakangnya itu ada gudang. Kalau rumah utama itu ya ada seng atau genteng, kemudian pakai plafon, tapi kalau gudang itu biasanya cuman ditutup pakai seng lalu kemudian kan dipaku itu nah ada masa di mana tukang itu kan tidak teliti makunya, maka dia akan bikin seng itu bolong. Nah ketika seng itu bolong, kalau saudara pergi ke gudang siang hari lampu enggak dinyalakan, sebenarnya waktu kita lihat itu gelap tapi saudara masuk ke dalam gudang itu begitu saudara masuk lalu kemudian ada cahaya matahari itu menembus dari lubang yang ada di seng itu tu saudara akan lihat di situ, gak terlalu terang, tapi saudara akan lihat dengan jelas ada abu yang melayang-layang di atas itu. Namanya gudang banyak debu, kita lihat waktu kita masuk enggak ada apa-apa, tapi begitu cahaya kecil itu masuk saudara dan saya akan lihat ada banyak sekali debu di situ.

Yohanes bilang, “Kamu enggak bisa lari, kamu enggak bisa lari.” Tadi saya bilang Herodes saja pun tidak bisa lari. Herodes tahu bahwa dia salah. Herodes tahu bahwa teguran itu benar sekarang Yohanes pembaptis bilang, “Firman yang aku beritakan kepada kamu adalah firman yang membuat kamu gelisah, firman itu akan menarik keluar ular beludak dari persembunyiannya dan dia akan tampak sebagai ular beludak. Pemimpin agama Yahudi marah tetapi Bapak Ibu lihat di dalam ayat 29 tadi orang-orang Yahudi yang dibilang ular beludak juga pada akhirnya sama kan ya, mereka mengakui kebenaran Tuhan.

Ada masa di mana bapak, ibu, dan saya yang menyampaikan kebenaran tidak diakui dan tidak diterima, tetapi Allah akan menegakkan kebenarannya sehingga kebenaran adalah kebenaran. Sekali lagi, akan ada masa di mana hamba Tuhan, orang Kristen yang menyampaikan kebenaran boleh ditolak oleh masyarakat. Kalau bapak, ibu adalah orang tua, mungkin kebenaran yang disampaikan oleh orang tua itu ditolak oleh anak-anak. Akan ada masa jika saudara guru, kebenaran yang saudara sampaikan itu ditolak oleh siswa. Ada masa di mana hamba Tuhan menyampaikan kebenaran dan itu ditolak oleh orang-orang yang mendengarkan, tetapi kebenaran adalah kebenaran, suatu saat dia akan menyatakan mana benar mana salah.

Alkitab bilang, kebenaran itu gak pernah bisa ditahan satu saat dia akan memunculkan dirinya. Bapak Ibu itu sebabnya Alkitab bilang Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Istilah dunamis itu kemudian nanti diterjemahkan sebagai dinamit, satu kekuatan yang sangat besar. Istilah itu kemudian muncul juga sebagai kata dinamis. Dia dinamit, kekuatan yang sangat besar, dia dinamis kekuatan yang bekerja pada konteksnya, pada waktunya, sesuai dengan apa yang disebut sebagai kehendak Tuhan, sehingga kalau hamba Tuhan sudah mati, ketika orang tua sudah berhenti berbicara, kebenaran itu gak pernah berhenti berbicara. Tugas Bapak Ibu dan saya adalah menyampaikan apa yang disebut sebagai kebenaran dan Yohanes pembaptis melakukannya seolah-olah enggak kompromi.

Saudara sementara berjumpa dengan seorang hamba Tuhan yang begitu besar tetapi apa yang disampaikan oleh Alfred Hitchcock  ada benarnya. Ada masa-masa di mana orang besar akan berhadapan dengan pergumulan yang lebih besar dan inilah yang saudara dan saya temukan di dalam Lukas pasal yang ke-7. Gara-gara dia melayani Tuhan Bapak Ibu saya pakai kata “gara-gara“ supaya jelas bagi kita gara-gara dia melayani Tuhan, dia menyampaikan kebenaran, berhadapan dengan Herodes, gak takut kepada orang Israel, gak takut kepada Herodes, maka ketika Herodes tangkap dia orang Israel gak bela. Waktu Herodes tangkap dia, bagi orang Israel cocok memang, kami juga mau bunuh dia cuman gak boleh aja. Jadi kalau Herodes sudah tangkap sudah betul itu maka dia masuk ke dalam penjara. Apa yang terlihat di dalam penjara harusnya kita tuh biasa berharap begini, kalau saya, kita ini orang Kristen melayani Tuhan dengan baik, diperlakukan dengan tidak adil, harusnya Tuhan bela kan ya, apalagi dia nabi Israel. Nabi Israel itu punya semacam, nanti di poin kedua kita akan lihat, punya semacam kepekaan bahwa kalau Mesias datang, Mesias akan melakukan dua hal, dia akan melawan musuh Allah dan membela umat Allah. Dia akan menghancurkan musuh Allah dan menyelamatkan umat Allah. Kalau Mesias datang sekarang, saudara dan saya lihat sebelum Yohanes mengutus orang-orang atau murid-muridnya di dalam ayat yang ke-18. Bapak ibu sekarang mari kita lihat Lukas pasal 7, saya baca ayat 17, 18 maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah di sekitarnya kabar tentang Yesus itu masuk ke mana-mana kabar tentang Yesus masuk ke istana maka Herodes dengar. Tetapi persoalannya sekarang berita ini kelihatannya masuk juga ke penjara di dalam penjara Yohanes dengar, maka saudara perhatikan ayat 18 ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, kabar tentang Yesus pergi ke mana-mana gak bisa ditahan oleh tembok, enggak bisa ditahan oleh istana, dan seterusnya tetapi kabar apa yang bikin Yohanes bingung ayat 1 sampai dengan ayat 12 dia nabi orang Yahudi menyampaikan kebenaran tentang Mesias melayani Allah dengan jujur seharusnya Allah memihak dia. Waktu dia masuk ke dalam penjara dia menanti-nantikan pembebasan tetapi AllAh tidak memberikan pembebasan sebaliknya ketika Yesus Kristus datang dan melayani yang Dia layani adalah hamba seorang perwira di Kapernaum, perwira orang kafir. Bapak Ibu ingat tadi ya, cara pikir Yahudi adalah musuh Allah dihancurkan, umat Allah dibebaskan. Sekarang umat Allah yang melayani Allah ada di dalam penjara yang dilayani adalah hamba dari perwira di Kapernaum, yang menikmati anugerah justru orang-orang yang ada di luar, yang tak pernah dibayangkan bahwa Kristus akan datang dan kemudian melayani mereka kemudian. Bapak Ibu lihat di dalam ayat 11 sampai dengan ayat 16 Yesus membangkitkan anak muda di Nain, dia melayani seorang janda, seorang perempuan yang bukan apa-apa, sudah begitu dia kafir, tetapi Yesus melayani itu.

Setelah Yohanes dengar ini dia mulai tanya-tanya kok aneh ya, katanya dia Mesias tapi sekarang yang Dia layani adalah bangsa non-Yahudi dan saya orang Yahudi yang melayani Allah yang memberitakan tentang Dia ada di dalam penjara. Bapak, Ibu ini adalah sebuah pergumulan yang sangat sulit. Sulit bagi dia untuk kemudian menghadapi kondisi ini.

Mari kita lihat sebentar siapa Yohanes pembaptis. Kalau bapak ibu lihat di dalam Yohanes pasal 1 sama Yohanes pasal yang ke-3, Yohanes membaptis ketika dia mulai pelayanannya dikatakan Firman datang kepada dia di padang gurun, kita enggak boleh balik ini, bukan Firman datang kepada Yohanes, lalu bawa Yohanes ke padang gurun, itu dua hal berbeda. Bapak, ibu, dan saya mesti ingat bahwa firman datang, Yohanes sudah di padang gurun untuk panggil dia jadi hamba Tuhan itu. Para penafsir mengatakan mungkin, bahkan dia punya waktu kira-kira sudah 23 tahun dia tinggal di sekitaran padang gurun untuk mempersiapkan diri melayani Mesias. Nanti di ibadah kedua saya akan bahas ini tetapi kira-kira 23 tahun dia mempersiapkan dirinya untuk melayani di sana dan mendekati masanya firman Tuhan datang kepada dia tetapi dia ada di padang gurun kira-kira 23 tahun. Bapak, ibu, dan saya sudah bisa lihat karakter Yohanes pembaptis, orang ini adalah orang yang bebas, ini bukan anak rumahan yang biasa tinggal di dalam kamar, main game. Ini orang yang biasa bebas pergi ke mana saja dia mau. Orang ini adalah orang yang sulit dikontrol oleh aturan. Kenapa dia berani berhadapan dengan orang yang bernama Herodes karena memang orang ini gak bisa dikungkung oleh apapun. Kebenaran mengarahkan dia, Tuhan pakai karakter dia secara natural dan bagi orang-orang seperti ini penjara adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Saya waktu baca Yohanes pembaptis dua kali saya baca minggu yang lalu persiapan untuk Depok hari ini tadi malam waktu saya pulang tengah malam kemudian saya baca begitu sampai pada kalimat di dalam pasal yang ketiga dia ada di dalam penjara lalu masuk kepada ayat 18 saya tidak bisa tahan, saya punya air mata. Orang ini adalah orang yang sangat bebas.

Saya membayangkan dulu kalau saya modelnya kayak begitu lalu tiba-tiba ditaruh di dalam penjara hanya satu kamar. Penjara hari ini cuma pakai jeruji sehingga narapidana masih bisa berkomunikasi sama orang lain. Pada zaman dahulu penjara itu tembok, kalaupun ada jendela itu di atas sehingga orang waktu mau lihat jendela dia bukan lihat bumi ini tapi lihat langit.

Bagi dia pergumulan kedua adalah dia tidak tahu kapan dia akan keluar dari situ atau dia akan mati. Yohanes masuk di dalam penjara, tidak ada pengadilan maka dia tidak tahu kapan dia akan keluar dari penjara itu, menanti di dalam ketidakpastian.

Saudara yang janjian dengan pacar ketika jam yang seharusnya pacar sudah datang tetapi dia belum datang saja kita sudah rasa kayak mau kiamat. Apalagi ini Tuhan janji mau memberikan pembebasan, sekarang kok tidak bebas-bebas, hancur hidupnya dia terkurung di dalam penjara. Saudara, salah satu tempat paling menakutkan bagi para narapidana di dalam penjara adalah ruang isolasi dan Yohanes sekarang terisolasi di sana. Dia merasa bahwa karena dia melayani Tuhan dia berhak untuk mendapatkan apa yang disebut sebagai kebebasan, tetapi Allah tidak membebaskannya.

Untuk memberi petunjuk kepada kita di dalam dunia ini tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah. Yohanes lebih besar dari seluruh manusia. Tetapi kehendak Allah, pelayanan kepada Allah, kemuliaan Allah itu jauh lebih besar dari apapun.

Kalau saudara tanya apakah Yohanes layak dibebaskan? Bagi saya layak, ini kan hamba Tuhan yang perlu ada. Apalagi di tengah-tengah zaman di mana hamba Tuhan di mana-mana berkompromi, hamba Tuhan yang seperti ini adalah hamba Tuhan yang dibutuhkan. Kalau bapak, ibu lihat zaman Yohanes pembaptis melayani itu zaman kegelapan bahkan di dalam rumah Tuhan itu ada dua imam besar. Dicatat di dalam Lukas pasal 3, Hanas dan Kayafas. Imam besar Hanas itu sebenarnya sudah pensiun tapi masih cawe-cawe. Jadi cawe-cawe itu dari zaman dulu sampai sekarang masih ada itu membuat kehidupan dalam rumah Allah, di dalam bait Allah tidak ideal. Sama sekali tidak ideal. Tetapi Yohanes pembaptis muncul sebagai seorang hamba Tuhan yang tidak kompromi dan kemudian dia melayani. Bagi saya Ini adalah sesuatu yang begitu luar biasa. Kalau ditanya kepada saya, “Apakah menurut kamu Yohanes layak dibebaskan? Bagi saya Yohanes layak dibebaskan. Zaman itu zaman yang gelap hamba tuhan kayak ini adalah hamba Tuhan yang dibutuhkan, tetapi Tuhan bilang. “Tidak. Aku menghendaki bahwa setelah Yohanes membaptis Yesus Kristus, pelayanan Yohanes sudah harus selesai di sana”. Sehingga hal pertama yang saudara dan saya lihat adalah di dalam pelayanan kepada Allah hal yang terbesar adalah Allah. Hal yang terbesar adalah kehendak Allah. Saudara dan saya punya tugas hanya melayani Dia.

Dan sekarang saya mengajak saudara untuk melihat prinsip kedua. Melalui poin ini pelayanan itu pasti merampas sesuatu dari hidup kita. Jadi jangan berharap masuk dalam pelayanan dan tidak ada yang dirampas. Semua yang namanya pelayanan itu pasti merampas sesuatu dari hidup saudara dan saya, dan itu berarti semua pelayan pasti kehilangan sesuatu. Di dalam pelayan kita, seringkiali ketika saudara dan saya mau melayani kita ingin mempertahankan semua saya akan melayani sambil semua yang saya punya semua yang baik akan saya pertahankan. Tidak bisa, pelayanan selalu merampas sesuatu dari saudara dan saya dan oleh karena itu setiap pelayan pasti kehilangan sesuatu di dalam pelayanan.

Yohanes kehilangan hal sesuatu yang paling berharga dan sekarang saudara saya belajar spiritualitas orang Kristen di dalam pelayanan. Di NREC saya dengan pendeta Ed menyampaikan prinsip yang kira-kira sama, spiritualitas Kristen itu terletak di dalam konteks ini, Bapak Ibu kita bukan mempersoalkan apa yang sudah diberi, tetapi Bapak Ibu dan saya harusnya mempersoalkan apa yang masih ditahan. Seringkiali di dalam pelayanan kita bilang saya sudah kasih ini dan itu tetapi ketika berhadapan dengan Kristus, Dia akan bilang masih ada yang kamu tahan di dalam pelayanan kepada Allah bukan apa yang saudara dan saya kerjakan yang kita banggakan, tetapi saudara dan saya perlu juga bertanya apa yang belum diselesaikan. Ini kan nampak di dalam percakapan Yesus dengan anak muda itu. Anak muda itu datang lalu kemudian bilang begini, “Apa yang harus saya lakukan supaya masuk ke dalam kerajaan surga?” lalu kemudian Tuhan Yesus bilang, “Apa yang kamu baca dalam hukum Taurat?” Dia bilang, “Kasihi Allah, kasihi sesama manusia. Tuhan Yesus bilang, “Pergi dan lakukan itu.” Dia bilang apa? “Saya sudah lakukan semua”. Siapa di antara berapa ibu yang berani ngomong begitu? Apa yang tertulis dalam Alkitab Bapak Ibu tulis lalu bilang sekian poin lalu kemudian pendetanya bilang pergi dan lakukan, lalu kemudian Bapak Ibu balik bilang sama pendeta, Pak maaf saya sudah melakukannya. Bapak Ibu berani? Anak muda ini dengan sangat berani bilang sama Tuhan Yesus, “Guru saya sudah melakukannya”, lalu kemudian Tuhan Yesus bilang, “Kalau begitu tinggal yang terakhir ini, pergi jual semua yang kamu miliki, serahkan kepada orang miskin, lalu setelah itu ikut aku. Tinggal itu yang belum kamu lakukan. Semua sudah, tapi masih ada yang kamu simpan. Kamu sudah melakukan sesuatu yang kelihatannya sangat baik, sudah dikerjakan, tetapi ada yang belum selesai. Orang miskin belum selesai.

Saudara ini adalah prinsip di dalam pelayanan ketika saudara dan saya melayani. Pelayanan merampas sesuatu sehingga saudara dan saya akan kehilangan banyak hal yang berharga di dalam kehidupan kita. Tetapi kalau seandainya Kekristenan dalam pelayanan kepada Allah tidak mempersoalkan apa yang diberi tapi mempersoalkan apa yang ditahan. Tidak mempersoalkan apa yang sudah dikerjakan, tetapi apa yang belum selesai dan belum dikerjakan. Maka Bapak Ibu dan saya akan menemukan, prinsip ini akan bawa saudara dan saya kepada dua hal yang sangat penting. Yang pertama, semua di dalam diri saudara dan saya adalah milik Allah, enggak ada yang tersisa. Saya serahkan untuk Tuhan, saya simpan yang lain untuk saya. Kristus akan bilang, “Gak ada satu inci pun pada hidupmu yang tidak Aku miliki”. Sehingga kalau saudara dan saya mengatakan saya menyerahkan semua dan tidak ada yang ditahan itu berarti saudara dan saya mengakui bahwa segala sesuatu yang saudara dan saya miliki adalah milik Allah.

Yang ke dua, mungkin saudara dan saya akan bertanya. “Kalau saya kasih semua, gak ada yang ditahan. Kalau saya kerjakan semua sehingga tidak ada yang tersisa, saya nothing, saya enggak dapat apa-apa?” Persis, nothingness, ketiadaan itu adalah salah satu prinsip di dalam kehidupan Kristen. Saudara dan saya bukan apa-apa memang. Maka Ayub itu dengan jujur bilang begini, “Dengan telanjang aku datang, dengan telanjang pula aku kembali”. Lalu kemudian dia tutup dengan apa? “Terpujilah nama Tuhan”. Seringkiali orang bilang begini ini adalah kalimat yang mengasihani diri karena kalimat itu keluar setelah dia kehilangan segala sesuatu. Itu adalah kalimat yang paling realistis. Bapak Ibu dan saya datang ke dalam dunia gak bawa apa-apa, suatu saat ketika Bapak Ibu dan saya mati bapak ibu juga tidak bawa apa-apa. Kita nothing, dengan mengerjakan prinsip ini Alkitab akan memberi petunjuk kepada saudara dan saya bahwa kita nothing, Ayub ngomong tentang ini. Oleh sebab itu ada suatu masa di mana kalau bapak ibu dan saya baca pendeta Steven Tong juga pernah sharing ini, ada seorang hamba Tuhan yang melayani dengan begitu setia. Di akhir hidupnya, waktu dia sudah bergumul dengan sakit lalu kemudian dia mau mati di atas pembaringannya dia penatua-penatua, pelayan-pelayan datang ke gereja dan semua orang itu memberi nasihat yang sangat baik, memberi penghiburan dengan kalimat kira-kira sedemikian, “kamu sudah melayani Tuhan dengan setia, nanti ketika kamu berjumpa dengan Kristus, ketika kamu mati nanti enggak apa-apa. Ketika kamu mati kamu jumpa Kristus begitu jumpa dengan Kristus katakan, “Tuhan saya sudah melayani dengan setia, biarlah saya masuk ke dalam kemuliaan itu”. Sebagian besar ngomong seperti itu, sampai penatua yang paling senior datang. Hamba Tuhan yang paling yang paling senior itu datang dia pegang tangan hamba Tuhan itu, lalu dia bilang begini sama sang hamba Tuhan, “Nanti ketika kamu menghembuskan nafasmu yang paling terakhir, begitu kamu lihat wajah Kristus, bilang begini sama dia, “Tuan, saya adalah seorang pengemis. Saya gak punya apa-apa, berbelas kasihanlah kepadaku”. Kenapa karena kamu bukan apa-apa.

Saya kira bapak ibu dan saya perlu sadar mengenai hal ini. Di dalam pelayanan-pelayanan Bapak Ibu dan saya, kita punya waktu, saya gak bilang bahwa Bapak Ibu dan saya harus kehilangan semuanya, gak. Tetapi bagaimana saudara dan saya pakai waktu itu. Bapak ibu punya keluarga, bagaimana bapak ibu dan saya kemudian melayani Tuhan dan kemudian juga tetap bisa melayani keluarga. Ada masa-masa sih di mana saudara dan saya akan mengalami Apa yang disebut sebagai kehilangan. Kan kalau saudara menikah juga kehilangan. Banyak yang hilang jadi saya sering mendorong pemuda untuk menikah tapi begitu saudara menikah ada yang hilang, salah satunya kebebasan. Di dalam diskusi dengan Pak David kami dua sepakat bahwa “me time” itu hilang ketika saudara dan saya menikah, itu harus berubah menjadi “our time”. Jadi kalau biasanya me time itu akan diambil ketika berantem kan ya, ribut besar. Wah ini me time-nya saya. Oleh sebab itu ketika dia mau jalan-jalan dia cari berantem supaya ada me time bagi dia tapi enggak ada setelah sudah menikah. Harusnya me time itu sudah bukan lagi itu jadi our time tetapi kebersamaan itu ada yang hilang di dalam kebersamaan ketika saudara dan saya berelasi dengan Allah dalam pelayanan kepada Allah itu seperti seorang mempelai perempuan yang memberi diri untuk melayani mempelai laki-lakinya, maka tidak ada yang tersisa. Nanti bapak ibu pulang, poin pertama ini terkait dengan pergumulan Yohanes pembaptis yang tidak dapat apa yang dia inginkan, tidak bisa mengkondisikan kehendak Allah kepada kehendaknya dia. Bapak Ibu ingat Ayub dengan telanjang, aku datang dengan telanjang, aku kembali dengan telanjang juga. Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.

Semua yang baik yang anda punya hari ini semuanya milik Tuhan. Yang kedua, Bapak Ibu kenapa Yohanes bergumul? Yohanes bergumul oleh karena ada yang namanya titik buta di dalam pengenalannya terhadap Yesus Kristus. Semua orang, sehebat apapun, Bapak Ibu dan saya tidak bisa kenal Allah, tidak bisa kenal Kristus secara komprehensif. Itu sesuatu yang gak mungkin. Dia adalah Allah yang besar, maka tidak mungkin saudara dan saya yang adalah manusia yang terbatas bisa mengenal Dia secara komprehensif dan ini pula yang terjadi pada Yohanes pembaptis.

Saya pernah sharing di sini apa yang Bapak Ibu rasakan kalau hari ini saya khotbah Yesus Tuhan dan Juruselamat percaya kepada dia. Dua minggu kemudian kita ketemu lagi di sini pas saya khotbah Bapak Ibu bilang, “Tama terima kasih firman Tuhan 2 minggu yang lalu, sekarang saya sadar Yesus Tuhan dan Juruselamat amin Pak Pendeta”. Lalu kemudian saya bilang, saya juga kurang yakin. Sekarang apa yang akan Bapak Ibu rasakan inilah yang sekarang akan dirasakan oleh murid-murid ketika waktu mereka ikut Yohanes pembaptis, Yohanes pembaptis bilang inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia tiba-tiba saudara dan saya akan menemukan di dalam teks yang saudara dan saya baca dia bilang ayat 19 ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?” Ini pertanyaan tidak biasa bagi saya, bahkan ini pertanyaan signifikan bukan hanya menunjukkan goncang imannya tetapi dia sudah ragu-ragu Yesus itu Mesias atau bukan. Sampai pada titik itu, “Engkau Mesias atau bukan?”. Sekali lagi dalam perspektif saya kalau Mesias datang pada satu momen Dia akan datang dan Dia akan menghancurkan musuh kemudian menyelamatkan umat. Bapak, ibu para penafsir itu seringkali menggambarkan nubuatan mengenai kedatangan Yesus itu. Sekarang kalau kita baca Alkitab clear kan ya, ada kedatangan pertama ada kedatangan yang kedua. Tapi dari sudut pandang perjanjian lama itu satu. Itu sama seperti orang lihat dua gunung, dari jauh ada satu gunung yang kelihatan lebih kecil, yang satu lebih tinggi. Kalau saudara lihat dari jauh itu kayaknya satu, tapi semakin dekat kemudian akan terlihat lebih jelas bahwa ternyata ada dua gunung yang berbeda. Tetapi bagi manusia perjanjian lama sampai dengan masa Yohanes pembaptis ya cuman satu, makanya dia akan bertanya-tanya, “Lah kenapa Dia tidak datang menyelamatkan? Kenapa Dia justru berurusan dengan perwira di Kapernaum? Berurusan dengan janda di Nain, bukannya saya?”. Maka dia suruh orang-orang ini untuk kemudian pergi dan bertanya. Sekarang bapak ibu dan saya akan menemukan bahwa orang sebesar Yohanes pembaptis tidak bisa memahami Allah yang besar secara utuh. Saudara dan saya tidak lebih besar dari Yohanes pembaptis maka saudara dan saya juga tidak akan memahami Allah secara utuh dan inilah persoalan yang akan dihadapi oleh Yohanes pembaptis maupun saudara dan saya.

Titik buta seringkali menjadi titik lemah orang Kristen. Jangan menjadikan titik buta ini sebagai alasan, “Oh memang saya gak kenal Tuhan”. Kita tidak boleh bilang, “Oh ya saya itu tidak kenal Tuhan secara komprehensif, pendeta saja tidak. Oh ya amin, pendeta juga tidak akan kenal Tuhan secara komprehensif”.

Tetapi yang bapak, ibu dan saya perlu siasati dan perlu perjuangkan adalah titik buta merupakan titik lemah. Pengenalan yang tidak komprehensif inilah yang seringkali dipakai oleh iblis sebagai jalan masuk untuk menghancurkan spiritualitas kita. Ketika titik buta itu ada, setan belum bikin apa-apa juga kita sudah goncang. Yohanes ini enggak dicatat setan ganggu dia, tapi dia goncang, betapa mengerikannya apa yang disebut sebagai pemahaman yang inkomprehensif. Tapi bersyukur karena Tuhan juga bilang ada pemahaman yang progresif, kita punya pemahaman inkomprehensif tetapi secara progresif itu kemudian makin lama itu kemudian

makin dekat kepada apa yang Tuhan mau. Itu sesuatu yang baik, makanya Yohanes pembaptis cari jawaban tetapi paling tidak Bapak Ibu, saya mau ingatkan bahwa selalu masalah ini pasti akan ada karena saudara dan saya tidak akan mungkin mengenal Allah secara sempurna. Itu sesuatu yang tak mungkinlah. Kenapa di dalam pelayanan kadang-kadang ada perdebatan antara hamba Tuhan? Kenapa kadang-kadang begini, kita enggak ngomong dalam konteks yang negatif, kita sementara ngomong dalam konteks yang positif, sama-sama ingin mencapai yang paling baik dalam pelayanan. Apakah kemudian tidak ada perdebatan karena sama-sama punya motif ingin mencapai yang paling baik? Kalau Bapak Ibu punya pemikiran kayak begitu, Bapak Ibu mesti hadir di dua tempat ini, pertama Master Class, yang kedua di sidang sinode. Biasanya untuk mencapai hal yang baik tu panjang setengah mati. Perdebatan itu panjang, kadang-kadang enggak selesai di sidang sinode tahun ini maka akan dilanjutkan di sidang sinode tahun yang akan datang, terus begitu. Kenapa? Karena bahkan hamba Tuhan yang belajar sekalipun tidak bisa komprehensif.

Tadi Pak Novan bilang renungan pakai institutio, bapak, ibu belilah institutio, pelajari baik-baik, tetapi jangan lupa, jangan baca institutio tetapi tidak baca Alkitab. Baca Alkitab baik-baik, lalu kemudian institutio itu sesuatu yang baik. Memang berat sih, seringkali ketika renungan, kita lebih suka cari buku yang ringan. Selain ringan kalau boleh singkat, renungan itu kalau panjang orang tidak mau baca. Jadi ketika saudara dan saya renungan biasanya kita mau pertama yang singkat, yang kedua kalau boleh ringan, jadi yang kita baca itu buku cerita. Tapi tidak baik saudara dan saya mempersiapkan spiritualitas kita dengan mencari yang paling ringan. Kalau saudara dan saya terbiasa dengan yang ringan, begitu ketemu yang berat kita enggak kuat. Kalau saudara sudah terbiasa dengan sedikit yang bobotnya sedikit lebih berat ketika saudara berhadapan dengan yang ringan baca awal kita bisa kira-kira kesimpulannya ke mana. Jadi ini kan persoalan melatih diri kita juga.

Kenapa saya mengomong begini, karena persoalan titik buta dan juga persoalan yang tadi saya sebutkan sebagai kelemahan Yohanes pembaptis. Yang pertama itu pergumulan eksistensial itu diselesaikan justru ketika dia datang ke tempat yang tepat yaitu Yesus Kristus dan Yesus Kristus tidak membelah penjara itu. Yesus Kristus enggak bilang begini, “Kamu coba ulang lagi pertanyaan Yohanes pembaptis tadi bilang apa? Dia meragukan saya? Kasih tahu dia, malam ini saya akan belah penjara itu dan saya akan keluarkan dia”.

Yesus bisa lakukan itu kan ya, tapi Yesus enggak lakukan itu. Yang dilakukan oleh Yesus Kristus adalah, “Pergi, kasih tahu Yohanes pembaptis apa yang kamu lihat pada hari ini. Pergilah dan katakan kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik”.

Bapak Ibu ada dua yang ditekankan di situ adalah pertama orang buta melihat lalu kemudian cerita mengenai kabar baik. Kalau saudara dan saya mau lihat di bagian-bagian sebelumnya bahkan dikatakan di situ dan ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta ada di garis bawah yang lain disebut sebut sebut kemudian tiba-tiba dia bilang dia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Kenapa? Karena ini keunikan Mesias. Saya pernah sampaikan di sini bahwa nabi-nabi itu melakukan banyak mujizat. Membangkitkan orang mati? Elisa pernah Elia pernah. Bapak Ibu boleh cari mujizat-mujizat yang disebutkan di dalam teks ini hampir semuanya itu pernah dilakukan oleh nabi-nabi perjanjian lama, tetapi Yesaya berjanji bahwa kalau Mesias datang ada satu ciri ini, dia menyembuhkan mata orang buta. Allah adalah terang bagi orang Yahudi cuman satu yang bisa menyelesaikan masalah kegelapan, bahkan kegelapan secara fisik yaitu kebutaan yaitu Allah saja. Kalau Mesias datang Dia akan datang dan kemudian Dia mencelikkan mata orang buta maka Lukas mencatat Dia memberikan penglihatan kepada banyak orang buta dan untuk menjawab sekali lagi untuk menjawab Yohanes pembaptis, Yesus bilang ceritakan semua yang kamu lihat tapi jangan lupa dua hal pertama, orang buta melihat, yang kedua kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dengan begitu kalau dengar itu, karena Yohanes adalah manusia perjanjian lama yang mengerti tulisan para Nabi dia langsung mengerti Yesus Kristus Mesias di tengah-tengah keraguannya. Bapak Ibu apa yang akan menjadi solusi bagi saudara dan saya ketika iman kita guncang apa yang menjadi Pertolongan Allah Bagi saudara dan saya ketika kita bergumul dengan titik buta yaitu pemahaman yang secara progresif bertumbuh. Mengerti firman itu bukan masalah pertama-tama kapasitas intelektual, tetapi dua hal ini Bapak Ibu, pertama anugerah Allah, yang kedua kebiasaan.

Nah Yohanes pembaptis dia tahu tempat di mana dia harus mendapatkan penjelasan paling tepat. Dia datang kepada Yesus Kristus dan kemudian Yesus Kristus memberikan penjelasan sederhana sekali. Tetapi karena dia adalah orang yang belajar Alkitab, dia belajar perjanjian lama, dia tahu siapa Yesus Kristus.

Bapak ibu ketika saudara dan saya bergumul, tempat terbaik di mana saudara dan saya mencari penghiburan ketika saudara dan saya goncang, tempat terbaik di mana saudara dan saya harus mendapatkan kestabilan secara spiritual ketika saudara dan saya digoncang oleh karena kondisi di mana saudara dan saya memiliki titik buta, tidak mengerti kehendak Allah, tidak mengerti banyak hal sampai hari ini pasti kita mengalami hal itu. Tempat terbaik di mana saudara dan saya memperoleh pertolongan kita adalah Kristus dan FirmanNya dan saya berharap ini adalah kelimpahan yang saudara dan saya terus-menerus nikmati.

Di dalam pelayanan akan ada banyak pergumulan di waktu-waktu yang akan datang akan ada banyak kehilangan tetapi saya percaya bahwa Firman juga akan terus diberitakan kepada saudara dan saya supaya bapak ibu dan saya memiliki kestabilan secara spiritual dan berharap pelayanan-pelayanan yang mungkin akan sedikit lebih banyak dan lebih sulit di dalam tahun 2025 bisa saudara dan saya lewati.

YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=jiWx3n_bhAY

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pembicara-WK)

  • Minggu, 05 Januari 2025

KRISTUS SANG IMAM BESAR

Eksposisi Kitab Ibrani
(Ibrani 5:1-6)

Vik. Jeconiah Lunardi, M.Th.

Shalom, selamat tahun baru untuk kita semua. Kita bersyukur kepada Tuhan. Tuhan telah pimpin kita untuk melewati tahun 2024 dan kita masuk pada minggu yang pertama di tahun 2025 ini sungguh adalah suatu anugerah dari Tuhan. Hari ini kita akan meresponi anugerah Tuhan dengan melanjutkan lagi eksposisi Ibrani 5:1-6.

Mari kita buka Ibrani 5:1-6, kita baca secara bertanggapan, saya terlebih dahulu kemudian Bapak/Ibu sekalian ayat yang genap dan seterusnya sampai ayat ke-6.

Ibrani 5:1-6:

  1. Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
  2. Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,
  3. yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.
  4. Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.
  5. Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya:”Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”,
  6. sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”

Sekali lagi kalau kita merenungkan Tuhan yang telah pimpin kita untuk bisa masuk di tahun 2025 ini adalah satu anugerah yang luar biasa besar yang Tuhan berikan kepada kita. Sebagai pengantar untuk kita merenungkan apa yang mau Tuhan kerjakan, apa yang kita dapat kerjakan di tahun 2025. Saya mengingat pada tanggal 31 Desember, di hari terakhir tahun 2024 kemarin, saya yang sekarang sebagai seorang suami terpaksa jadi punya tugas. Istri saya, pada tanggal 31 Desember malam, harus merayakan tahun baru dalam dinas malamnya di RS Siloam. Nah karena saya sebagai seorang suami yang baik, tentu saya menolong dengan mengirim makan malam untuk istri saya. Nah dalam konteks RS Siloam, bagi kita yang memberikan makanan baik itu sopir grab, baik itu orang-orang yang seperti saya, yang mengantar makanan itu harus ngantar makanan melewatin rumah duka, baru bisa meletakkan makanan untuk nanti diambil oleh yang diantarkan makanan. Nah ketika saya melewati rumah duka itu, ternyata saya melihat rumah duka itu tidak kosong. Ternyata sedang ada kedukaan di sana, sedang ada seorang yang yang meninggal, seorang yang Tuhan panggil. Begitu saya melihat tanggal dan waktunya itu tepat tanggal 31 Desember, kurang lebih sekitar pukul 6 sore hari. Jadi hanya tinggal beberapa jam lagi untuk dia bisa melewati tahun 2024, tapi ternyata Tuhan panggil untuk dia tidak melewati tahun 2024 tidak masuk di tahun 2025 karenanya saya jadi merenungkan ternyata memang benar tidak semua orang tuhan izinkan masuk di tahun 2025. Maka kalau hari ini kita di sini bisa masuk di tahun 2025, kira-kira apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan? Kenapa Tuhan izinkan kita masuk di tahun 2025, pasti ada maksud Tuhan secara khusus bagi kita. Untuk membantu merenungkan bertambahnya tahun dari 2024 ke tahun 2025, secara tahun bertambah, tetapi kalau kita melihat kedatangan Yesus Kristus itu akan semakin dekat setahun menuju kedatangan Yesus Kristus, meskipun kita kita tidak tahu kapan waktunya. Tetapi semakin bertambah tahun maka semakin dekat Kristus datang yang kedua kali atau secara pribadi bagi kita yang mungkin masih akan mati terlebih dahulu sebelum Kristus datang kedua kali setidaknya kita bisa merenungkan dengan bertambahnya usia saya di tahun 2025 juga semakin dekat saya berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus. Ketika nanti kita mati usia kita semakin bertambah, tahun usia kita di dunia ini semakin berkurang, nah karenanya dengan semakin berkurangnya usia kita, apa sekiranya yang bisa kita lakukan di tahun 2025 ini dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus? Saya di sini menganjurkan, menyarankan karena kita semakin dekat dengan kedatangan Kristus dan karena Kristus semakin dekat menjemput kita, maka seharusnya sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus itu dengan kita semakin mengenal pribadi Kristus Yesus yang nanti akan menjemput kita itu, yang nanti akan kita jumpai. Maka ini satu momen yang penting, satu poin yang penting untuk kita memulai tahun 2025 dengan kita merenungkan Yesus Kristus Sang Juru Selamat kita, Yesus Kristus yang nanti akan kita jumpai muka dengan muka, yang nanti akan menjemput kita. Apakah kita siap untuk berjumpa denganNya? Maka di sinilah kalau Tuhan beri kita kesempatan masuk tahun 2025 berarti Tuhan beri 1 tahun lagi untuk kita belajar semakin Mengenal Yesus Kristus. Karenanya hari ini eksposisi kitab Ibrani 5:1- 6 ini akan menuntun kita untuk belajar lebih mendalam mengenai Yesus Kristus dalam jabataNya sebagai imam besar. Kalau kita melihat Ibrani pasal 1, kita akan menemukan jabatan yang lain dari Yesus Kristus. Ibrani 1:1 dikatakan bahwa Yesus Kristus ini seperti seorang Nabi, Dia memegang jabatan seorang Nabi, tetapi lebih besar daripada nabi-nabi biasa. Dia lebih besar daripada Yesaya, lebih besar daripada Yeremia, lebih besar daripada nabi-nabi yang disanjung oleh orang Israel. Kalau nabi nabi pada zaman bangsa Israel dulu itu menerima Firman Tuhan melalui tanda, melalui mimpi, kemudian setelah menerima Firman Tuhan baru disampaikan kepada umat. Tuhan Yesus Kristus adalah Sang Firman itu sendiri. Dia adalah Firman yang menjadi manusia, yang menyatakan sendiri Allah menurut perkataanNya Dia sendiri. Dia adalah Putra Tunggal Allah sendiri yang menyampaikan Firman. Maka ini nabi yang lebih besar daripada nabi-nabi yang lain. Kemudian di ayat yang lain, masih di pasal yang pertama, ayat 3 ini mengajarkan Yesus Kristus sebagai Raja yang bertahta yang berkuasa atas segala sesuatu. Pada ibadah penutupan tahun kemarin Pdt. Tama juga banyak membahas ini. Yesus Kristus adalah Raja di atas segala raja. Raja yang lebih berkuasa daripada Daud, Raja yang lebih berkuasa dari seluruh pemimpin negara raja yang berkuasa atas seluruh ciptaan. Karena Dia adalah Pencipta itu sendiri dan Dia yang bertahta, yang berkuasa atas seluruh ciptaan maka Dia adalah Raja di atas segala raja. Dia yang berkuasa atas hidup kita di tahun 2024 juga di tahun 2025. Hari ini kita akan membahas Yesus Kristus dalam jabatanNya sebagai Imam dan penulis Ibrani membandingkan keimamatan Yesus Kristus dengan keimamatan Harun beserta suku Lewi. Maka kita nanti akan belajar melihat Yesus Kristus sebagai Imam Besar, ini jauh lebih besar daripada keimamatan Harun dan juga Lewi. Karenanya kita bisa membagi dalam dua poin besar khotbah hari ini.

Pertama untuk bisa melihat Yesus Kristus sebagai imam besar tentu kita harus melihat syarat imam besar menurut aturan Harun, menurut aturan suku Lewi terlebih dahulu. Baru kemudian poin yang selanjutnya, Ia yang sudah menggenapi syarat-syarat imam besar, apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus sebagai imam besar yang agung ini? Kita masuk dalam poin yang pertama. Kalau kita melihat keimamatan Harun kita harus kembali lagi kepada konteks bangsa Israel yang Tuhan Pimpin keluar dari Mesir menuju Tanah Kanaan. Ketika bangsa Israel ditindas oleh orang Mesir di tanah Mesir, Tuhan panggil Musa untuk menjadi pemimpin bagi bangsa Israel keluar dari Mesir, menuju Tanah Kanaan. Tuhan memanggil Musa dengan menyatakan diri dalam semak yang terbakar tetapi tidak hangus dan tidak habis terbakar. Kemudian Tuhan yang bersuara,berfirman sendiri kepada Musa, tanggalkan alas kaki karena tempat ini kudus. Di situlah Tuhan Panggil Musa untuk nanti memimpin bangsa Israel. Tetapi Musa bukanlah orang yang percaya kalau Tuhan yang memimpin kurang lebih 2 juta orang Israel. Kenapa begitu? Kalau kita melihat kehidupan Musa, Musa memang seorang yang pandai, dia seorang yang memiliki pendidikan terbaik pada zamannya, dididik di tanah Mesir dengan pendidikan yang teknologi yang sangat maju di Mesir. Pada zaman itu ketika bangsa-bangsa lain masih barbar, kita lihat Indonesia pada zaman Mesir kira-kira ngapain kita enggak tahu, tapi orang Mesir itu sudah bangun piramida yang sampai hari ini bisa bertahan yang sampai hari ini kita masih lihat itu begitu megah begitu bagus. Nah Musa itu dididik oleh bangsa yang punya teknologi yang sedemikian tinggi dan dia dididik di bawah pengawasan istana sendiri. Dia dianggap sebagai anak angkat dari Putri Firaun, maka dia beroleh pendidikan yang sangat tinggi. Juga ada catatan Musa bukan cuma sekedar beroleh pendidikan yang tinggi, dia juga mampu memimpin prajurit untuk perang. Maka ini adalah seorang yang sangat brilian sebenarnya sebagai pemimpin. Tetapi karena kesalahan Musa, dia terburu-buru untuk memimpin bangsa Israel sebelum Tuhan mengutusnya akhirnya dia membunuh orang Mesir yang kemudian membuatnya jadi buronan, sehingga dia takut dan akhirnya dia harus lari ke padang gurun. Selama 40 tahun, pekerjaannya hanya menggembalakan domba kambing domba. Jadi kalau kita membayangkan seorang yang memiliki kemampuan yang begitu besar, kemudian selama 40 tahun hanya menggembalakan kambing domba, maklum kalau dia merasa tidak sanggup, kalau dia merasa tidak percaya diri memimpin 2 juta orang Israel. Mungkin Musa membayangkan kalau dulu 40 tahun yang lalu mungkin bisalah saya, karena biasa memimpin prajurit, tapi sekarang selama 40 tahun siapa yang saya pimpin? kambing domba ! Kalau saya arahkan ke kanan, ke kiri, mereka cuma menjawab mbek gitu aja. Kalau zaman dulu, mungkin ketika saya arahkan prajurit ke suku, ke daerah a daerah b untuk menyerang, mereka akan ikuti. Ini kambing domba cuma bisa jawab embek, saya arahkan ke kiri mereka tetap ke kanan. Sangat susah untuk mengarahkan kambing domba ini dan selama 40 tahun saya sudah terbiasa mengarahkan kambing domba yang seperti ini. Lalu Bagaimana saya bisa memimpin 2 juta orang ini, tugas yang terlalu mengerikan. Maka Musa mengatakan kepada Tuhan, dia tidak sanggup, dia tidak fasih lidah. Untuk memimpin jutaan orang Israel, menurut Musa perlu seorang yang lain, yang seharusnya lebih layak daripada dirinya sendiri. Tuhan tetap memilih Musa memimpin bangsa Israel tetapi Tuhan juga mendengarkan permohonan Musa, akhirnya Tuhan utus saudaranya Harun untuk membantu sebagai penyambung lidah bagi Musa. Tetapi sebenarnya kalau kita lihat dalam perjalanan Israel, yang banyak bicara, yang banyak memimpin bangsa Israel itu sebenarnya Musa atau Harun? Tetap Musa lebih banyak berbicara, lebih banyak menjadi wakil Tuhan, bukan Harun yang banyak berbicara. Jadi dari sini kita bisa belajar, terkadang Ketika Tuhan panggil kita, adakalanya kita merasa kita tidak fasih lidah, kita tidak sanggup, kita tidak bisa, karena kita melihat pada pengalaman kita, karena kita melihat pada diri kita. Padahal Tuhan yang panggil kita, Tuhan yang lebih mengenal kita, Tuhan Yang tahu kemampuan kita. Tetapi karena kita merasa, aduh aku selama ini enggak punya pengalaman apa-apa loh, aku selama ini terlalu lemah loh, aku terlalu mengasihani diriku, maka akhirnya kita berusaha sekeras mungkin menolak pelayanan Tuhan. Padahal ketika kita benar-benar meresponi, ya Tuhan Aku ikut pada perintah-Mu, aku melayani Engkau sesuai panggilanMu, ternyata bisa juga kok, ternyata malah baik pelayanannya. Jadi dari sini kita bisa belajar ketika Tuhan panggil kita, ada kalanya kita belajar untuk taat, ada kalanya kita belajar untuk ya sudah, meskipun penuh kengerian, meskipun penuh dengan pergumulan,  toh Tuhan sudah Panggil  dan Tuhan juga yang perlengkapi.

 Tuhan juga yang tahu setiap kemampuan dan kelemahan kita, maka tidak sembarangan kalau dia panggil kita. Nah tetapi di sini, Harun itu juga akhir, sudah dipakai, dipanggil Tuhan untuk membantu Musa dan di dalam perjalanan ketika mereka ada di Padang belantara dari Mesir menuju Tanah Kanaan akhirnya Tuhan Pimpin, Tuhan tunjukkan kepada Musa dan kepada Harun bahwa harus ada seorang yang memimpin ibadah bangsa Israel, harus ada seorang manusia yang dipilih untuk menjadi wakil umat Tuhan, untuk menghadap kepada Tuhan yang kudus. Di sanalah Tuhan panggil, Tuhan pilih Harun dan juga anak-anaknya, keturunan suku Lewi untuk menjadi imam dan Harun dipilih untuk menjadi imam besar . Harun di sini dipilih untuk pertama menerima kurban persembahan menjadi wakil dari umat Tuhan untuk meneruskan korban itu di hadapan Tuhan sebagai korban penebusan dosa dan tugas penting yang kedua, yang paling penting sebenarnya kurban yang telah dipersembahkan itu dilanjutkan diberikan kepada Tuhan pada hari khusus, satu tahun sekali hari Yom Kippur hari raya pendamaian.

Imam besar yang menerima kurban tadi kemudian melakukan berbagai ritual agamanya, kemudian masuk ke ruang Maha Kudus. Dalam pertemuan di Bait Allah menyampaikan kepada Tuhan apa yang menjadi permohonan dari umat Tuhan yaitu permohonan pengampunan dosa disampaikan dalam ruang maha kudus di hadapan Tuhan sendiri. Di hadapan tabut perjanjian yang adalah simbol kehadiran Tuhan sendiri, imam besar setahun sekali harus masuk di ruang maha kudus itu untuk berhadapan dengan Tuhan sendiri muka dengan muka dengan Tuhan. Tetapi di sini Tuhan adalah Tuhan Yang Maha Kudus, yang sangat benci terhadap dosa, yang sangat murka terhadap dosa. Kenapa seorang umat Tuhan itu perlu perantara, perlu imam besar? Karena umat Tuhan yang berdosa, kita yang berdosa, Israel yang berdosa, kalau datang sendiri kepada Tuhan, ddatang sendiri ke Ruang Maha Kudus kemudian mohon pengampunan dosa dari Tuhan, itu pasti akan mati seketika itu juga karena orang berdosa di hadapan Allah yang kudus, Allah yang kudus akan menunjukkan murkanya yang bernyala-nyala sehingga yang orang berdosa akan mati. Maka perlu perwakilan dari orang berdosa yang dikuduskan terlebih dahulu, yang mengikuti syarat-syarat untuk hari pengudusan, untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, yang untuk waktu itu bebas dari dosa, maka baru bisa berhadapan muka dengan Tuhan dalam ruang Maha Kudus. Hal ini terjadi setahun sekali dan kalau sampai ada apa-apa, imam besar yang masuk ke dalam ruang Maha Kudus itu kakinya harus ada tali yang mengikat tali, yang mengikat ujung tali yang satunya, ada di luar ujung tali yang lainnya mengikat salah satu kaki dari imam besar itu dan juga di kakinya itu ada semacam lonceng yang bergerincing. Jadi kalau imam besar itu masuk Ruang Maha Kudus, kemudian melayani, selalu ada terdengar suara lonceng setiap kali dia melangkahkan kakinya dan ketika tiba-tiba dari luar terdengar suara jatuh gedebuk gitu atau lama kemudian tidak ada suara lonceng lagi itu menunjukkan bahwa imam besar itu mati di Ruang Maha Kudus, lalu bagaimana cara mengambil mayatnya? Harus pakai tali yang tadi ditarik dari luar baru mayatnya bisa diambil. Nah ini menunjukkan betapa mengerikannya hadirat Tuhan, betapa mengerikannya seorang yang berdosa menghadap kepada Tuhan dan betapa pentingnya peran seorang imam, seorang imam besar sebagai perwakilan umat Tuhan untuk mohon pengampunan dosa dari Tuhan. Kalau kita lihat lagi di Ibrani 5:1-2, di sini dijelaskan seorang imam besar yang dipilih oleh Tuhan itu harus terlebih dahulu menguduskan dirinya, harus dia yang terlebih dahulu minta penebusan dosa dari Tuhan, baru dia bisa menjadi wakil umat Tuhan untuk penebusan dosa. Karenanya kita bisa lihat dari sini, syarat seorang imam besar yang pertama, dia dipilih dari umat Tuhan.  Karena dipilih dari umat Tuhan, tentu saja dia harus manusia yang mewakili manusia lain.  Pilihan dipilih dari umat Tuhan, satu orang untuk mewakili seluruh umat Tuhan yang lain. Nah dalam konteks awalnya yang dipilih adalah Harun sebagai imam besar dan kemudian anak-anaknya dipilih sebagai imam-imam yang lain, imam-imam yang membantu imam besar. Syarat yang kedua, selain sebagai manusia dia juga adalah orang yang berdosa yang Tuhan juga pilih untuk kemudian menjadi imam besar, menjadi wakil dari umat Tuhan menghadap kepada Tuhan. Dia harus memiliki kondisi yang sama untuk menjadi representatif dari orang yang diwakilkan dari umat yang diwakilkan imam besar. Harun orang berdosa, dia mengerti kondisi umat Tuhan yang berdosa, kondisi umat Tuhan yang begitu tunduk, begitu takluk kepada dosa dan dia mengerti betapa mengerikannya akibat dari dosa imam besar. Harun ketika dipilih oleh Tuhan dan Tuhan memilih kedua anaknya sebagai imam-imam, Harun melihat betapa serius pelayanan ini, betapa serius pelayanan yang hubungan dengan pendamaian dosa ini. Tetapi anak-anaknya menganggap ringan pelayanan ini, maka di hari pertama ketika mereka melayani, ketika Tuhan menetapkan para anak-anak Harun sebagai imam-imam, mereka tidak menganggap serius pelayanannya, mereka membawa api yang asing dalam pelayanannya. Di hari pertama itu juga mereka melayani, mereka mati di hadapan Tuhan, karena mereka bawa api yang asing dalam pelayanan mereka. Kalau kita tarik pada aplikasi kita hari ini, kita yang melayani Tuhan, baik kita sebagai pelayan, baik kita juga sebagai jemaat dengan kita bernyanyi memuliakan Tuhan, kita ke gereja beribadah, apa yang kita bawa, api apa yang kita bawa? Kalau kita membawa diri kita, kita menganggap oh saya punya suara yang baik, saya punya kemampuan yang baik, saya ke gereja supaya orang melihat saya, supaya orang mendengar saya, maka saya bernyanyi, supaya semuanya tahu kalau saya ini pandai bernyanyi. Saya atau kita memiliki satu paradigma, gereja ini perlu saya kalau gereja ini tidak ada saya maka gereja ini rusak, maka gereja ini tidak bisa berdiri, semuanya tentang saya, saya dan saya. Sebagai hamba Tuhan, ketika menyampaikan Firman Tuhan bukan dengan fokus kepada Kristus, bukan menyampaikan Kristus tapi membawa jemaat mengarahkan diri kepada saya, itu adalah api-api yang asing. Kalau kita membawa itu dalam ibadah kita, dalam pelayanan kita, kalau pada zamannya Harun dulu, Tuhan langsung membinasakan, langsung mematikan orang yang membawa api yang asing. Dalam ibadahnya hari ini memang tampaknya kita tidak langsung mati ketika motivasi pelayanan kita aneh-aneh, ketika motivasi pelayanan kita untuk diri sendiri, bukan untuk Tuhan. Tetapi kalau kita membayangkan, ketika Tuhan masih izinkan kita melayani maka masih ada kesempatan untuk kita bertobat. Tuhan masih berikan kesempatan untuk kita belajar, tidak membawa api yang asing tapi kalau kita terus keras kepala nanti akan ada waktunya Tuhan juga menunjukkan murkanya kepada kita dan yang lebih mengerikan kalau sampai Tuhan menunjukkan murkanya bukan waktu kita hidup, tetapi waktu kita nanti berjumpa dengan Kristus. Kita datang di hadapan Kristus dan kita mengatakan saya sudah melayani Engkau, saya sudah setia beribadah di gereja, tetapi Kristus mengatakan siapa engkau, Saya tidak kenal enyahlah! Selama ini engkau ke gereja, selama ini engkau melayani, selama ini engkau berbakti, itu untuk dirimu sendiri, bukan membawa api yang benar, bukan membawa hati pelayanan yang benar untuk Kristus, tetapi untuk eksistensi dirimu sendiri. Siapa engkau, Aku tidak kenal! Enyahlah, tidak usah engkau masuk Kerajaan Allah! Bukankah itu sesuatu yang lebih mengerikan, yang sama mengerikan seperti kematian yang dialami oleh anak-anak Harun? Maka di tahun 2025 ini, kita yang melayani, kita yang beribadah, kita perlu koreksi diri kita sendiri, api apa yang kita bawa dalam pelayanan kita? Apakah api yang asing untuk diri kita sendiri atau memang kita melayani untuk kemuliaan Tuhan?

Kembali lagi kita melihat imam besar Harun dan juga anak-anaknya suku Lewi sebagai imam-imam maka di sini kita melihat tugas seorang imam besar itu begitu penting karena dia berurusan dengan dosa umat Tuhan dan kalau dia menganggap remeh tugas ini akibatnya adalah kematian. Kematian pertama-tama bagi dirinya sendiri, tetapi kalau Tuhan masih izinkan dia hidup itu akan menyebabkan umat Tuhan yang lain mengalami kematian secara rohani dan ini yang terjadi jadi pada zaman Tuhan Yesus.

Ketika Tuhan Yesus lahir, ada dua imam besar yang seharusnya tidak boleh. Harusnya imam besar itu satu generasi, satu periode itu satu imam besar. Ketika Harun menjadi imam besar, harus menunggu Harun mati terlebih dahulu baru ada imam besar yang lain yang menggantikan. Tetapi pada waktu zaman Tuhan Yesus dilahirkan, ada dua imam yaitu imam besar kayafas dan juga Imam besar hanas. Itu harusnya enggak boleh tetapi di sini sistem keimamatan Harun itu sudah begitu rusak karenanya sistem keimamatan yang rusak, para imamnya, para hamba Tuhan yang tidak setia pada Firman Tuhan, akhirnya seluruh umat Tuhan menjadi rusak, secara rohani itu mati. Ketika Sang Tuhan Sang terang Yesus Kristus datang ke dunia, mereka tidak sadar Yesus Kristus ada di dekatnya, mereka mereka tidak tahu ada Yesus Kristus, ada Mesias Juru Selamat yang dinantikan. Kenapa mereka bisa begitu tidak pekanya terhadap kehadiran Yesus Kristus? karena imamnya sudah rusak, karena pemimpin agamanya sudah rusak. Nah di sini kita bisa lihat ini tugas yang sangat penting karena berurusan dengan dosa-dosanya sendiri dan juga dosa umat Tuhan. Disini tugas dari imam besar yang menjadi wakil dari umat Tuhan yang berurusan dengan dosa, sebenarnya tugas yang paling penting mereka membawa pelayanan pendamaian relasi, rekonsiliasi antara umat Tuhan dengan Tuhan sendiri. Ini tugas yang begitu penting, maka kita bisa lihat di sini, tugas seorang imam besar Harun itu, tugas seorang manusia yang menjadi wakil dari Tuhan dan dia harus berdosa untuk menjadi wakil dari umat Tuhan untuk membawa korban penebusan. Nah karenanya kita bisa melihat di sini kalau kita melihat pada Yesus Kristus, apakah Dia sesuai dengan syarat imam besar tadi? Kalau kita lihat imam besar itu harus manusia yang mewakili umat Tuhan, yang mewakili manusia lainnya, kita lihat inilah alasan mengapa Yesus Kristus pribadi kedua Tritunggal itu harus berinkarnasi menjadi manusia, karena harus manusia yang menjadi wakil dari manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan umatnya, kebutuhan manusia lainnya yaitu penebusan dosa. Tidak bisa manusia ditebus oleh malaikat, itu ada nilai yang berbeda, tidak bisa manusia ditebus oleh Binatang, nilainya juga berbeda, harus manusia ditebus oleh manusia. Karena Yesus Kristus berinkarnasi menjadi manusia, bertubuh berdaging sama seperti kita, Dia masuk pada syarat yang pertama harus manusia untuk menebus manusia. Syarat yang kedua Yesus Kristus harus juga menjadi perwakilan dari umat Tuhan, kalau kita lihat umat Tuhan pada zaman Harun, Harun itu adalah orang yang berdosa dalam satu kapal yang sama yaitu orang yang berdosa. Kemudian Tuhan Pilih satu untuk menjadi imam besar, tentu saja sebagai sesama orang berdosa dia tahu betapa mengerikannya dosa apalagi Harun tadi sudah melihat anaknya sendiri mati akibat dosa. Maka di sini imam besar itu selain manusia dia harus juga mengerti apa yang menjadi penderitaan yang diwakilkan manusia yang diwakilkan olehnya. Tetapi di sini Yesus Kristus kan tidak berdosa, kalau Harun tadi memang tahu imam-imam besar yang lain memang tahu mengerikannya dosa, betapa manusia itu takluk oleh dosa. Lalu bagaimana Yesus Kristus bisa menjadi representative dari kita, bagaimana Dia bisa menjadi wakil dari kita, bagaimana dia bisa tahu apa yang menjadi penderitaan kita, padahal Dia tidak berdosa? Kalau kita lihat kelahiran Yesus Kristus, kemudian sampai Dia melayani dan sampai Dia mati di atas kayu salib, kita akan melihat memang Yesus Kristus tidak berdosa tetapi bukan berarti Dia tidak mengerti apa yang jadi penderita manusia, bukan berarti Dia tidak mengerti apa yang menjadi penderitaan kita. Ketika Tuhan Yesus baru lahir,  seorang bayi yang baru dilahirkan baru berusia 1- 2 tahun, Dia harus mengalami tekanan politik dari penguasa yang bengis, yang begitu besar, Dia harus melawan Herodes yang mau membunuh Dia, sehingga Dia harus lari ke Mesir bersama dengan Yusuf dan Maria. Mungkin Dia baru bisa berjalan, Tuhan Yesus umur 1- 2 tahun mungkin, baru langkah-langkah kecil bisa berjalan sedikit, harus digendong oleh Yusuf oleh Maria untuk sampai ke Mesir Dia tahu kelemahan seorang bayi seorang kecil seorang hina yang melawan penguasa yang bengis.

Kemudian Yesus Kristus dilahirkan itu bukan sebagai anak sultan, bukan sebagai anak raja anak Herodes, ataupun anak kaisar tapi sebagai anak tukang kayu. Dia tahu bagaimana susahnya kesulitan ekonomi, dia tahu bagaimana susahnya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan makan. Yesus Kristus dikatakan sebagai anak tukang kayu, maka Dia melakukan pekerjaan yang sama seperti yang Yusuf lakukan. Yusuf membuat perabotan membuat peralatan rumah membangun satu rumah sebagai tukang kayu,  Yesus juga belajar dan membantu Yusuf untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dia tahu kesusahan untuk sekedar cari uang, untuk cari makan dan yang lebih besar lagi kalau kita mengatakan setiap hari kita bergumul dalam dosa, setiap hari kita digoda  iblis untuk berdosa, Yesus pun alami godaan yang sama seperti kita. Kalau kita lihat di Alkitab memang contoh yang paling jelas adalah ketika Tuhan Yesus setelah puasa 40 hari dibawa oleh roh ke Padang ke padang gurun, kemudian Dia lapar dan dicobai oleh iblis. Itu jelas godaan dari iblis, tapi kalau kita perhatikan dari kelahiran Tuhan Yesus sampai Dia mati di atas kayu salib, godaan iblis itu bukan terjadi pada waktu 40 hari Tuhan Yesus puasa itu saja, bukan! Tetapi godaan iblis itu terus mengganggu, terus menggoda Tuhan Yesus dari sejak Dia lahir sampai Dia hidup melayani, sampai Dia mati di atas kayu salib! Godaannya itu selalu ada untuk menggoda Yesus Kristus berdosa, tetapi Dia tidak jatuh dan tidak memilih untuk jatuh dalam dosa. Maka dari sini kita bisa melihat Yesus Kristus bisa menjadi perwakilan kita, karena Dia juga tahu setiap fase kehidupan yang kita alami. Dia yang pernah menjadi seorang anak kecil, yang harus belajar berjalan, yang harus belajar bicara, yang harus belajar banyak hal yang membantu orang tuanya mencari uang, yang harus melawan penguasa yang bengis, Dia melewati semua fase kehidupan itu, Dia tahu semuanya dan Dia juga digoda oleh iblis setiap saat, setiap detik yang sama seperti kita. Maka dia juga tahu kelemahan-kelemahan kita, Dia tahu apa yang jadi kesulitan kita sebagai manusia, maka Dia juga layak, Dia bisa menjadi representatif kita, menjadi wakil kita menghadap kepada Tuhan karena Dia tahu kondisi kita, Dia tahu kelemahan kita. Inilah imam besar kita! Tetapi di sini kalau kita melihat sudah ada dua syarat yang menunjukkan Yesus Kristus ini layak sebagai imam besar yang pertama Dia manusia, kemudian yang kedua adalah tahu juga setiap kelemahan kita, menjadi wakil kita. Syarat yang ketiga, Dia juga dipilih oleh Bapa. Bapa yang menyatakan Yesus Kristus sebagai “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaNyaalah Aku berkenan”. Allah berkenan untuk Dia, untuk Yesus Kristus menjadi wakil dari umat Tuhan, untuk Dia menjadi ada di dekat Bapa, untuk menyampaikan penebusan kurban bagi umatNya. Dia sudah memenuhi tiga syarat ini, tetapi yang menarik masih ada satu syarat lagi yang kalau kita mempelajari dari Kitab Keluaran dari kitab Imamat. Syarat yang sebenarnya Tuhan Yesus tidak akan bisa untuk penuhi kalau menurut aturan Imam Harun. Menurut aturan Imam Harun seorang imam besar dan seorang imam-imam itu harus keturunan Lewi sedangkan Yesus Kristus lahir dari Yusuf dan Maria, yang keduanya bukan keturunan Lewi bukan suku Lewi tapi suku Yehuda. Lalu bagaimana bisa Yesus Kristus ini masuk dalam syarat imam besar? Kalau kita lihat di ayat yang ke-6, kita akan menemukan satu nama yang satu sosok satu nama yang aneh yang ada di Alkitab yaitu imam besar Melkisedek. Nah sebelumnya, mari kita pikirkan ketika Tuhan pilih Harun untuk menjadi imam besar. Harun itu kan imam besar bagi bangsa Israel, bagi umat Tuhan, lalu bagaimana dengan orang-orang yang mau memberikan persembahan kepada Tuhan? Yang mau penebusan dosa kepada Tuhan, tetapi mereka lahir pada zaman sebelum Israel, pada zaman sebelum Yakub lahir? Kepada siapa mereka memberikan persembahan? Kalau mereka datang sendiri langsung kepada Tuhan, enggak bisa!  Syaratnya seperti tadi, orang berdosa datang langsung kepada Tuhan akan hangus binasa, maka tetap perlu ada perwakilan, tetap perlu ada orang yang menjadi penghubung antara orang berdosa dengan Tuhan. Harun dipilih untuk melayani itu bagi bangsa Israel. Bagaimana dengan orang yang bukan Israel? Nah ternyata Tuhan telah pilih yang sebelum bangsa Israel lahir, sebelum ada Yakub yang melahirkan 12 suku, sudah ada prinsip keimamatan ini. Mari kita buka Kejadian 14:18-20.

Saya bacakan Kejadian 14:18-20

18. Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. 19. Lalu ia memberkati Abram, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, 20. dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.

Disini muncul satu sosok seorang yang misterius yang Alkitab nyatakan. Ini adalah imam besar yang ada sebelum bangsa Israel, imam besar yang melayani Tuhan pada zaman Abraham. Abraham adalah seorang bapa orang beriman, tetapi ternyata seorang bapa beriman ini pun juga memberikan persembahan persepuluhan kepada Melkisedek. Maka siapakah orang ini? Kita lihat dalam Alkitab, kita akan lebih banyak membahas dalam Ibrani pasal 7 nanti. Hari ini kita bahas secara singkat, Melkisadek ini dikatakan dia adalah Raja Salem. Para teolog mengatakan Salem ini sebenarnya merujuk kepada Yerusalem. Jadi kita melihat sebelum Musa memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan dan Yosua membagi tanah itu menjadi bagian-bagian, jauh sebelumnya pada zaman Abraham sudah ada bangsa yang tinggal di tanah Kanaan. Sudah ada bangsa yang tinggal di Yerusalem yang dipimpin oleh seorang raja, yang rajanya bernama Melkisadek, Raja Salem. Dan yang menarik di sini, Raja Salem ini Melkisedek, juga memegang jabatan yang rangkap. Tadi di awal kita sudah melihat Yesus Kristus itu punya tiga rangkap jabatan yaitu Raja, Imam dan Nabi. Disini ada seorang raja yang juga punya dua rangkap jabatan yaitu raja dan imam. Ini hanya satu-satunya ditemukan dalam diri Melkisadek, tidak ada yang lain. Kalau kita melihat di Perjanjian Lama itu, ada raja-raja yang juga ada rangkap jabatan tetapi bukan raja dan Imam. kalau kita lihat Daud misalnya Daud seorang raja, tetapi kalau kita lihat dalam mazmur-mazmurnya, dia juga ada nubuatan akan kedatangan Mesias, ada nubuatan akan kedatangan Yesus Kristus. Maka Daud itu juga melakukan tugas nabi untuk menyiapkan kedatangan menunjuk kedatangan Yesus Kristus. Dalam mazmurnya, maka Daud bisa dikatakan raja dan nabi. Ada juga orang-orang lain yang merangkap jabatan nabi dan imam. Ini lebih banyak, Samuel misalnya. Samuel menubuatkan kedatangan Yesus Kristus, tetapi menerima persembahan dari umat Tuhan, membakarnya dan memberikan kepada Tuhan. Samuel merangkap jabatan nabi dan imam. Para nabi-nabi yang lain kurang lebih juga banyak yang merangkap jabatan nabi dan imam, tetapi tidak ada yang merangkap jabatan raja dan imam. Ada yang mau coba-coba untuk merangkap jabatan itu, yaitu Saul. Saul mau mencoba membakar persembahan untuk Tuhan dan itu di hadapan Tuhan dianggap sebagai penghinaan, dianggap sebagai api yang asing, juga tidak bisa memberikan persembahan, membakar persembahan untuk Tuhan. Sejak saat Saul membakar persembahan untuk Tuhan, Tuhan langsung nyatakan Saul sudah tidak bisa menjadi Raja Israel, sudah waktunya dia diganti oleh Daud. Karena Saul mencoba menjadi raja dan Imam, tidak bisa! Hanya seorang Melkisedek saja yang menjadi raja dan Imam. Sebagai Raja Salem, mendapat persembahan dari Abraham dan memberikan persembahan itu kepada Tuhan. Nah di sini dalam Ibrani 5:6 dikatakan Engkau adalah Imam untuk selama-lamnya menurut aturan Melkisedek. Nah Yesus Kristus di sini ini bukanlah imam yang menurut aturan Harun, tetapi menurut aturan Melkisedek. Kalau saya mengutip Pdt. Stephen Tong untuk memudahkan kita mengerti maksudnya apa menurut aturan Melkisedek, menurut aturan Melkisedek ini bisa diartikan juga menurut kelasnya Melkisedek ada kelas yang lain daripada kelasnya keimamatan Harun. Pak Tong menggunakan analogi jam tangan. Pak Tong mengatakan kalau kita punya jam tangan Seiko misalnya, kemudian kita melihat teman-teman kita yang lain pakai Casio, pakai Citizen, kita mengatakan oh kita ini ada dalam satu kelas yang sama kelas jam tangan Jepang.  Tapi kemudian kita melihat ada teman kita yang lain yang pakai jam tangan Rolex kita mengatakan, oh ini beda kelas kalau yang Rolex itu sekelasnya sama Omega, sama jam tangan-jam tangan Swis. Yang lain, ini di kelas yang sama mereka, tetapi ketika orang yang pakai jam tangan Rolex yang pakai jam tangan Omega berjumpa dengan orang yang pakai jam tangan Patek Phillipe itu akan mengatakan oh ini kelas yang lain. Patek Phillipe ini ada di kelasnya sendiri. Karena kalau kita lihat harganya, kalau jam tangan Rolex Omega itu sekitar 10 juta sampai 100 juta tapi kalau jam tangan Patek Phillipe itu bisa 4 miliar kurang lebih harganya dan fungsinya juga berbeda sekali. Fungsinya sangat rumit jam tangan Patek Phillipe ini dia bisa menetapkan waktu tanggal tahun dengan tepat. Ketika di bulan November kalendernya itu akan berhenti tanggal 28 dan di bulan maret dia langsung balik ke 1, misalnya. Begitu rumit fungsinya, maka dia ada di kelasnya sendiri, kelas yang berbeda dari kelas-kelas yang lain. Nah ketika dikatakan Yesus Kristus ini ada dalam kelasnya Melkisedek, berarti menunjukkan dia ada di kelas yang lebih tinggi, di kelas yang lain daripada kelasnya para imam-imam yang lain baik itu Imam Harun, baik itu Imam Kayafas, Hanas maupun imam-imam yang lain itu ada di kelas yang lebih rendah daripada kelasnya Melkisedek. Hanya melkisedek yang ada di kelas itu dan Yesus Kristus ada di kelas yang seperti itu, kelas yang lain, kelas yang lebih tinggi tapi kita juga bisa mengatakan loh kalau gitu berarti Yesus Kristus setidaknya ada dua orang dong, ada dua imam besar yang kelasnya setara.

Kalau kita lihat Melkisedek, tadi dia jabatannya adalah raja dan imam, kalau Yesus Kristus yaitu Raja, Imam dan Nabi. Maka dia benar-benar ada di kelas yang lain, yang hanya ada satu-satunya diantara semua yang lain. Dia adalah yang terbesar, tertinggi di antara semua yang lain. Nah inilah keimamatan Yesus Kristus, bukan menurut aturan Harun yang harus suku Lewi, tetapi menurut aturan melkisedek dan Ibrani juga mengatakan melkisedek ini tidak berbapa, tidak bersilsilah seakan-akan menunjukkan dia ini siapa sih keturunannya, dia ini dari suku apa sih? Itu tidak disebutkan, tetapi Dia dipilih oleh Allah menjadi Imam Besar. Melkisedek ini juga seorang manusia, dia bukan kristofani, dia bukan Tuhan sendiri, tapi dia seorang manusia yang dipilih oleh Allah yang keturunan silsilahnya itu misterius. Kenapa penulis Ibrani sampai mengatakan ini silsilahnya misterius? Karena mau menunjukkan bahwa Tuhan pilih imam besar Melkisedek itu melampaui keturunan, melampaui suku, melampaui orang-orang Lewi, maka ini imam besar yang bukan hanya melayani dari suku Lewi bukan hanya melayani orang Israel, tetapi karena dia seorang yang silsilahnya tidak diketahui, maka dia imam besar yang mencakup seluruh umat Tuhan bukan bangsa Israel saja, imam besar yang melampaui kesukuan inilah Melkisedek dan Yesus Kristus ada dalam level yang itu. Maka Dia imam besar yang bukan hanya untuk bangsa Israel, Dia imam besar yang bukan hanya melayani berdasarkan jabatan suku Lewi, tetapi Dia imam besar yang melayani melampaui bangsa-bangsa, Dia imam besar untuk seluruh bangsa, untuk kita Indonesia juga Dia layani. Maka di sini kita bisa melihat Yesus Kristus, Dia masuk dalam syarat-syarat sebagai Imam  Besar. Dia adalah seorang manusia, Dia yang mengerti kondisi manusia, Dia yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Imam  Besar dan Dia yang mengikuti aturan Melkisedek. Karenanya di sini kita bisa masuk pada poin yang selanjutnya, Yesus Kristus yang masuk dalam syarat sebaga Imam Besar. Sebagai Imam Besar, apa yang dia lakukan untuk melayani umat Tuhan? Kalau kita kembali lagi melihat contoh dari imam besar Harun, juga keturunannya orang-orang Lewi itu harus menerima korban dari umat Tuhan, harus menerima merpati bagi yang miskin, harus menerima domba yang yang sempurna, yang tidak ada cacat celanya sama sekali. Kalau merpati yang bisa terbang, yang paruhnya sempurna, semuanya sempurna, domba yang enggak ada kakinya, yang patah bulunya, yang baik semuanya, harus sempurna! Itu diberikan kepada Imam, kemudian Imam melakukan upacara keagamaannya dan akhirnya itu menjadi korban penebusan dosa korban yang sempurna. Ini adalah simbol bahwa harus yang sempurna untuk menebus yang cacat. Kita umat Tuhan, kita orang-orang yang cacat karena dosa, harus ditebus dengan yang sempurna. Ini adalah simbol dari Yesus Kristus sendiri, Dia sebagai Imam Besar bukan menerima persembahan Binatang, tetapi Dia membawa diriNya sendiri, membawa tubuhNya sendiri sebagai korban persembahan yang tidak bercacat . Yesus Kristus tidak berdosa sama sekali seumur hidupnya. Dia bukan keturunan Adam, dia dilahirkan dari benih wanita Maria dan juga Roh Kudus maka tidak ada dosa turunan yang diteruskan kepada Yesus Kristus. Secara keturunan Dia tidak berdosa dan sepanjang hidupnya selama 33 tahun, Dia tidak berdosa sama sekali. Maka Dia tidak kedapatan cacat sama sekali, yang tidak cacat sama sekali, yang tidak berdosa sama sekali, yang layak untuk menebus yang cacat. Yang layak untuk menebus yang berdosa. Yesus Kristus membawa diriNya sendiri sebagai korban persembahan, sebagai Imam Besar, korban terbaik yang Dia berikan adalah diriNya sendiri, yang Dia harus mati di atas kayu salib sebagai korban penebusan dosa itu. Tetapi Yesus Kristus ini bukan sekedar manusia biasa. Ya memang dia berinkarnasi, tetapi tetap Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia, maka dalam naturNya Dia adalah Tuhan dan manusia.  Ketika Yesus Kristus mati di atas kayu salib, yang mati di sini memang adalah natur manusianya, tetapi Dia Tuhan juga yang berkorban, menebus dosa kita, maka ada kualitas yang berbeda. Saya mengutip Pdt. Hendri Ongko, yang 2 tahun lalu pernah berkhotbah di sini untuk menjelaskan soal ini. Kalau Manusia yang berdosa itu kan perlu ditebus oleh yang harganya sama manusia sendiri, binatang itu nilainya lebih rendah daripada manusia makanya binatang itu harus dikorbankan tiap tahun sekali karena memang dia lebih rendah nilainya daripada manusia. Ribuan Binatang, ratusan binatang itu tidak lebih berharga daripada satu manusia. Maka manusia harus ditebus oleh satu manusia yang harganya sama. Nah Pdt. Hendri Ongko memberikan gambaran kalau misalnya Bapak dan Ibu sekalian itu punya jam tangan Rolex, entah kenapa pendeta-pendeta reformed ini begitu ahli soal jam tangan, kemudian dipinjamkan kepada saya kemudian saya pakai, mungkin untuk berenang di laut atau untuk berpetualang melakukan apa saja, tiba-tiba jam tangan itu lepas dan hilang. Saya cari-cari sudah enggak ada, enggak ketemu, kemudian saya datang kepada Bapak atau Ibu, bilang oh maaf jam tangan saya pinjam itu hilang. Saya hamba Tuhan yang baik, saya bertanggung jawab, maka saya mau gantikan jam tangan yang hilang ini. Satu jam tangan Rolex Bapak, saya ganti dengan 10 jam tangan Rolex tapi saya belinya di Lippo Cikarang yaitu jam tangan KW. Apakah kita yang meminjamkan jam tangan Rolex yang asli itu mau menerima 10 jam tangan KW? Kalau yang tahu harganya tentu mengatakan enak aja, satu jam tangan Rolex ini harganya 100 juta, yang kamu beli di Lippo Cikarang itu 1 juta kurang aja kamu bisa dapat, terus kamu mau kasih aku 10 itu tetap enggak berharga dibanding satu ini. Maka untuk menggantinya, harus satu yang mereknya sama, yang harganya sama, yang kualitasnya sama, baru itu impas, baru bisa diganti. Tetapi kalau saya mengatakan begini, saya  menghilangkan jam tangan Bapak, jam tangan Ibu, saya mau menggantinya. Kebetulan Kakak saya adalah yang punya pabrik Rolex di Swiss, jadi saya ganti dengan cara saya beri seluruh saham pabrik Rolex itu, seluruh perusahaan pabrik Rolex itu menjadi milik Bapak dan Ibu nama di sertifikatnya menjadi nama bapak dan ibu maka seluruh perusahaan itu, pabriknya, tenaga kerjanya, sistemnya, semua menjadi milik Bapak atau Ibu. Kita akan mengatakan oh ya ini ini jauh lebih ini impas, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk semua orang yang kehilangan jam Rolex semua bisa digantikan dengan pabrik yang tadi itu. Mungkin di sana ada 100, ada 1000 jam Rolex yang bisa menggantikan 100 orang atau 1000 orang yang kehilangan jam Rolex tad, nah ada kualitas yang berbeda. Disini kalau kita melihat Yesus Kristus, Dia adalah Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan yang ciptakan kita, kemudian Dia menjadi manusia dan Dia mati menebus dosa kita. Itu bukan hanya layak untuk satu manusia, tetapi kita semua, seluruh umat Tuhan. Satu orang mati, layak untuk menebus seluruh dosa umat Tuhan karena kualitasnya berbeda dan karena Dia adalah Tuhan, Dia tidak selama-lamanya mati. Setelah 3 hari, kemudian Dia bangkit dan 40 hari kemudian Yesus Kristus naik ke surga dengan membawa tubuhNya yang telah luka karena salib, sebagai bukti bahwa ini kurban penebusan telah terjadi dan sekarang Dia naik ke surga di sebelah kanan Allah Bapa.  Ini menunjukkan kalau pada zamannya imam besar Harun itu setahun sekali harus datang ke ruang maha kudus, menghadap kepada Tuhan, pada momen-momen tertentu membawa korban persembahan. Kali ini imam besar kita Yesus Kristus dengan Dia naik ke surga, setiap waktu Dia ada di sebelah Bapa membawa korban persembahan yang sempurna itu di hadapan Bapa, maka setiap saat Dia mengakses penebusan dosa, pengampunan dosa, pendamaian bagi umat Tuhan kepada Bapa. Setiap saat Dia menjadi wakil kita, maka sekali Dia mati naik ke surga, cukup sekali untuk selamanya dapat menebus dosa kita dan setiap kali kita berdosa, setiap kali kita menyakiti hati Tuhan, kita dengan berani dapat datang kepada Tuhan, mohon pengampunan daripada Tuhan setiap saat. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Dia ampuni dosa kita, kita kembali berekonsiliasi dengan Tuhan karena Iman Besar Agung kita setiap saat ada di sebelah Bapa dan ini satu yang berbeda sekali dengan imam besar Harun. Kita membayangkan kalau kita hidup pada zaman Harun, kemudian kita berdosa hari ini, kebetulan hari yom kippur itu masih 6 bulan lagi, bagaimana kita beroleh pengampunan dosa, kita masih harus menunggu 6 bulan lagi, kalau kita begitu bergumul terhadap dosa kita, begitu terganggu terhadap dosa kita, kita merasa begitu hina di hadapan Tuhan, tapi kita mau minta pengampunan dari Tuhan, kita mau rekonsiliasi dengan Tuhan, kita mau minta jawaban dari Tuhan, kita harus menunggu hari yom kippur, kita harus menunggu 6 bulan kemudian, kita harus menunggu 1 tahun sekali, itu kan begitu tidak enak, begitu membebani kita. Tetapi hari ini melalui Iman besar kita Yesus Kristus, ketika kita bergumul dalam kehidupan kita, kapanpun kita bisa datang kepada Bapa dalam doa ketika kita minta pengampunan dosa kita, sebenarnya tidak perlu waktu menunggu hari Minggu saja atau ibadah-ibadah tertentu saja untuk minta pengampunan dosa. Kita bisa setiap saat, ketika kita butuh Tuhan kita dapat mengakses di dalam nama Yesus Kristus,  Sang Imam Besar kita, karena Dia yang ada di sebelah kanan Bapa kita. Betapa bersyukurnya kita, betapa bersyukurnya kita yang bisa menikmati penebusan dari Imam Besar Agung kita ini. Maka di sini kita bisa melihat melalui Imam Besar Agung kita Yesus Kristus, yang Dia tidak membawa kambing domba dan Binatang, tetapi dia membawa diriNya sendiri untuk mati menebus dosa kita, maka kita yang berdosa ini telah ditebus secara sempurna oleh Yesus Kristus sang Imam Besar Agung kita. Maka ketika kita mengalami pergumulan, mengalami situasi yang sulit di tahun 2025 atau di tahun-tahun selanjutnya, mungkin kita merasa kenapa aku masih ada dosa tertentu yang terus aku bawa sampai tahun 2025? Ada pergumulan tertentu yang berlanjut dari tahun 2024 sampai 2025, ada pergumulan kesusahan hidup yang harus juga aku perjuangkan, kita bisa percaya, kita tidak menjalaninya sendirian, dan kita bisa setiap saat dalam kesedihan kita dalam kesusahan kita kita dapat datang kepada Bapa, mohon pertolongan, mohon kekuatan, daripada Bapa, setiap saat mohon pengampunan dosa karena Imam Besar kita Yesus Kristus ada di sana, yang terus berdoa syafaat bagi kita, yang terus menaikkan doa-doa bagi kita dan dengan keadanNya Dia yang mengerti kondisi kita, Dia yang tahu setiap kesusahan kita. Dia yang pernah mengalami itu, Dia bukan hanya sekedar berdoa karena tugas, tapi karena Dia juga ada di sebelah kita dan tahu apa yang kita alami. Dia juga pernah mengalami kelemahan-kelemahan yang seperti kita alami maka dia dapat menyampaikan doa-doa syafaatNya bagi kita di hadapan Bapa dan kita selalu dianggap benar di hadapan Bapa karena Bapa melihat Kristus. Inilah yang menjadi keringanan untuk kita, yang menjadi kelegaan untuk kita! Dosa kita, beban yang berat itu sudah selesai ditebus oleh Imam Besar Agung kita, maka pergumulan hidup kita ini hanyalah masalah sehari-hari saja, hanyalah masalah yang kecil, yang kita juga jalaninya tetap bersama Yesus Kristus. Maka kita dapat penuh percaya, penuh Iman menjalani tahun 2025 dan tahun-tahun selanjutnya dengan berpegang kepada imam besar agung kita itu.

YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=CE3WJNIytK8&list=PLnrWA7lZpNlL-xD5ajDsCvKjO8zpgh2fu&index=5

(Ringkasan ini belum diperiksa pembicara-WK)